Kuliner Yogya Masih Ngangeni

Berburu kuliner di Yogyakarta itu gampang-gampang susah. Letak warung-warung acuan yang berjauhan satu sama lain sering menjadi alasan akhir kenapa selalu melewatkan kuliner tersebut ketika liburan di Yogya. Namun, jika diniati datang dan makan di tempatnya langsung, selain kepuasan, makanan juga terasa lebih nikmat daripada mengecapnya di suatu food court yang menawarkan sajian dengan nama sama, tetapi beda rasa, ‘kan?

Woles, dab. Seperti tulisan tentang kuliner Yogya sebelumnya, saya belum akan menulis tentang gudeg. Sejatinya provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang meliputi Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulonprogo, dan Kabupaten Gunung Kidul masing-masing memiliki aneka sajian yang bikin kangen dan sudah selayaknya semua dikenal dan dicicipi oleh para pelancong.

Are you ready?
________

Mari awali perburuan kuliner di Kota Yogyakarta dengan Lupis Mbah Satinem. Bentuk jajanan terbuat dari beras ketan ini serupa dengan lontong nasi, tapi lupis punya tekstur lebih padat dan lengket. Mbah Satinem (73) yang sudah berjualan sejak tahun 1960-an menaburi dan melumuri irisan lupisnya dengan parutan kelapa dan gula merah cair. Konon, presiden kedua Republik Indonesia pernah menggemari lupis buatan Mbah Satinem. Harga sepincuk lupis legendaris bikinan Mbah Satinem ini hanya Rp5.000,- saja.

Usia senja tidak menghalangi Mbah Satinem berjualan lupis tiap pagi (mulai jam 06.00 sampai persediaan habis) di pojok pertigaan Jl. Pangeran Diponegoro sebelah Hotel Pesonna Tugu. Mengingat kondisinya sudah tidak sebugar dulu, kini Mbah Satinem dibantu anaknya, Mukinem. Sebenarnya ada jajanan lain yang dijual oleh Mbah Satinem seperti cenil, gatot, dan ketan putih. Sayang saya tiba di sana terlalu siang, pukul delapan pagi, hanya kebagian lupis saja. Jajanan lainnya sudah ludes diborong oleh pelanggan-pelanggannya.


Gado-Gado olahan Bu Hadi yang dijual di Pasar Beringharjo masuk sebagai salah satu kuliner lawas Kota Yogyakarta. Warung gado-gado Pasar Beringharjo dibuka pertama kali oleh (alm) Mbah Rejo Pawiro pada tahun 1952. Kemudian dilanjutkan oleh Bu Sutiyah Hadi Prayitno yang mempertahankan resep sambel gado-gado warisan Mbah Rejo. Dari keuletan Bu Sutiyah lah gado-gado Pasar Beringharjo ini kemudian dikenal dengan sebutan Gado-gado Bu Hadi.

Warung yang sekarang menempati lantai dua Pasar Beringharjo blok F2 sudah diteruskan oleh anak ke-4 Bu Hadi yang bernama Wiwik (54). Potongan wortel, kentang, ketimun, kubis, lontong, tomat, selada, telur, dan taoge adalah isi dari sepiring Gado-gado Bu Hadi. Tak ketinggalan guyuran saus kacang yang lembut dan tidak terlalu manis. Selain gado-gado yang dijual dengan harga Rp18.000,- per porsi, mereka juga menjual lotek, kupat tahu, dan ketoprak. Wiwik sebagai generasi ketiga sudah menerima layanan pesanan gado-gado melalui aplikasi GoFood.


Siapa pernah ke Kotagede, Kota Yogyakarta? Selain menawarkan wisata sejarah terkait peninggalan keraton Kotagede dan permukiman awal dinasti Mataram Islam, Kotagede juga memiliki sebuah pasar tradisional yang menjual penganan dengan proses pembuatan masih tradisional. Salah satunya adalah Kipo.

Kipo
Kipo

Rasa penasaran pembeli saat melihat bentuk makanan kecil warna hijau sebesar ibu jari dan pertanyaan “iki opo?” menjadi asal muasal nama Kipo, jajanan khas di Pasar Legi Kotagede. Kulitnya terbuat dari tepung ketan yang diberi pewarna alami daun suji. Dalamnya diisi gula merah dan kelapa parut. Meskipun isinya sama, Kipo berbeda dengan Klepon. Ketebalan kulit dan proses pembuatan yang menjadi pembeda keduanya.

Pembuatan Kipo kurang lebih seperti ini, adonan kipo yang sudah dialasi daun pisang akan diletakkan di atas layah gerabah, lalu dipanggang. Hasilnya akan tampak sedikit gosong di bagian dasar. Rasa manis dari lelehan gula merah dan harum daun pisang membentuk identitas rasa dari Kipo. Penjaja makanan di Pasar Kotagede menjual sebungkus Kipo isi enam dengan harga Rp2.000,- saja.

Selain Kipo, Pasar Kotagede juga menjual jamu fresh yang diperas langsung oleh penjualnya. Tidak pernah terbayang sebelumnya saya akan meminum jamu model demikian sebab terbiasa minum jamu yang sudah diwadahi botol oleh mbok jamu gendong. Sementara itu jamu di Pasar Kotagede mengharuskan saya melihat secara live proses pembuatan dan minum hasil perasan tangan si penjual.

Bu Atun, salah satu penjual Jamu Kotagede memeras sendiri parutan batang, daun-daunan, dan rimpang dari aneka tanaman herba. Beras Kencur, Kunir Asem, Temulawak, dan Kunyit Asem adalah beberapa jenis jamu yang dijual di sana. Uniknya, pembeli yang menghendaki minum di tempat tidak diberi gelas kaca sebagai tempat minumnya, tetapi jamu akan diwadahi batok kelapa! Per batok jamunya cuma Rp5.000,- lho. Murah dan menyehatkan. 🙂


Soto Tahu Kemasan
Soto Tahu Kemasan

Beranjak ke warung soto di Jalan Kemasan no.14 Ringroad Selatan, Banguntapan, Kabupaten Bantul yang pernah di-maknyus-kan oleh alm Bondan Winarno. Sesampainya di sana, saya mendapati warung makan berdinding anyaman bambu dengan kapasitas ruang maksimal sekitar 50 orang. Meskipun tempatnya sederhana, jalan depan Warung Soto Tahu Kemasan milik Pak Marjudi selalu dipenuhi kendaraan roda empat para pelanggan yang antre membeli soto mulai jam 7 pagi sampai siang hari.

Soto kuah bening olahan Pak Marjudi ini cuma diberi irisan tahu bumbu bacem dan taburan taoge, seledri, dan bawang goreng saja. Istimewanya adalah jumlah lombok sesuai permintaan pembeli yang nantinya diulek dan dimasukkan ke dalam mangkuk soto. Pun dengan ketersediaan daun kemangi di atas meja yang boleh diambil sepuasnya. Jangan heran jika datang terlalu siang akan kesulitan mendapatkan selembar daun kemangi karena tingginya antusias pelanggan terhadapnya.

Lidah yang belum pernah mengecap soto dicampur daun kemangi yang sering dijadikan lalapan mungkin akan menganggapnya aneh. Namun, setelah beberapa lembar daun dimasukkan ke dalam mangkuk, ada perpaduan gurihnya kuah dan wanginya kemangi yang menciptakan cita rasa baru. Sebagai pelengkap semangkuk Soto Tahu (harga per mangkuk Rp9.000,-), warung Pak Marjudi telah menyediakan berbagai lauk seperti empal, babat, sate ampela hati, sate usus, dan lauk lainnya.


Selanjutnya mari mengenal kuliner Yogya yang bernama Brongkos. Ada yang mengatakan makanan kesukaan salah satu sultan Kasultanan Yogyakarta ini berasal dari Demak, didukung oleh jumlah warung makan brongkos di Yogya terlampau sedikit dibandingkan dominasi warung gudeg. Padahal brongkos yang berisi tahu, kacang tolo, kulit mlinjo, dan daging sapi ini punya rasa manis yang Yogya banget. Bumbu halus yang terdiri dari kluwak atau biji kepayang, kemiri, ketumbar, kencur, bawang merah, bawang putih, dan gula merah adalah kuncinya.

Lidah saya pernah mengecap brongkos dari dua warung makan berbeda di Kota Yogyakarta. Pertama adalah Warung Handayani yang dirintis oleh Adiyo Utomo dan Sardiyem pada tahun 1960-an. Beralamat di Jl. Gading No.2 Alun-alun Kidul memudahkan lokasinya dicari oleh wisatawan seusai keliling keraton. Brongkos di sana memiliki tiga pilihan lauk, yaitu telur bebek, daging ayam atau tetelan daging sapi. Masing-masing memiliki kuah kecoklatan dengan rasa gurih santan dan manis dari bumbu halusnya.

Warung Handayani yang buka dari jam 7 pagi sampai sore ini juga menjual minuman segar Es Campur yang disukai oleh pelanggannya. Jika menginginkan ketenangan, jangan datang bertepatan dengan jam makan siang. Susah mencari tempat parkir kendaraan dan harus antre duduk akan jadi risikonya. Sekadar info, seporsi Nasi Brongkos Telur memiliki harga Rp14.000,- dan harga sepiring Nasi Brongkos Koyor Rp25.000,- sedangkan Nasi Brongkos Komplit Rp32.000,- lalu Es Campur isi kelapa muda dan tape Rp8.000,-.

Brongkos Yogya
Brongkos Bu Rini Pasar Ngasem

Brongkos yang pernah saya cicipi berikutnya berada di samping Pasar Ngasem. Sebenarnya lokasi Warung Brongkos Pasar Ngasem ini tidak jauh dari obyek wisata Pulau Cemeti Taman Sari, tetapi belum banyak wisatawan luar kota yang ngeh kalau warung ini memiliki olahan brongkos yang lezat karena papannya bertuliskan “Soto Ayam Kampung dan Brongkos”. Meskipun sudah dua kali makan di sana, saya masih saja terpikat dengan brongkos olahan Bu Rini, belum sempat mencicipi soto yang dikabarkan enak juga.

Bu Rini adalah penerus usaha dari ibunya, (alm) Bu Repan yang telah membuka warung di Pasar Ngasem pada tahun 1973. Kelezatan resep bumbu halus dan santannya meresap ke dalam tahu putih, daging sapi, dan telur bebek yang dimasaknya dalam satu panci. Mereka hanya menjual brongkos daging sapi saja, tidak ada pilihan daging ayam. Keramahan dan keuletan Bu Rini sebagai generasi kedua pembuat brongkos berhasil meyakinkan saya bahwa masakannya diracik dengan bumbu tambahan, yakni kecintaannya terhadap brongkos.

Cukup membayar Rp20.000,- untuk per porsi brongkos, sudah termasuk lauk telur dan daging.  Psttt, jangan bilang siapa-siapa, brongkos di sini memiliki porsi lebih besar daripada warung lain. Hehehe. Warung brongkos yang buka mulai dari jam 7 pagi sampai 5 sore ini punya lokasi nyempil masuk gang sebelah Pasar Ngasem. Jika kesulitan mencarinya, bisa mengandalkan petunjuk dari penduduk setempat, okay?


Sop Merah Prawirotaman
Sop Merah

Siapa suka makanan pedas? Barangkali Sop Merah Bu Asih yang beralamat di Jalan Kol. Sugiyono no 74, Brontokusumo, Kota Yogyakarta bisa jadi pilihan. Penampakannya seperti sop daging ayam pada umumnya. Bedanya sop di sini diberi pasta cabai yang punya level-level tingkat kepedasan sesuai permintaan pembeli. Sejak warung ini dibuka oleh Bu Asih pada tahun 1993, Sop Merah lah primadonanya, mengalahkan menu lain seperti nasi goreng, mie rebus, dan mie goreng.

Sabar mengantri adalah moto yang harus diterapkan oleh tiap pelanggan Warung Sop Merah Bu Asih yang punya jam buka mulai pukul 5 sore sampai 9 malam. Setelah mengambil nomor antrean dan memilih lauk yang diinginkan (suwiran daging ayam, dada, paha, sayap, dan kepala ayam), langkah berikutnya adalah membayar ke kasir dan duduk manis menunggu semangkuk sop hangat disajikan di atas meja. Selagi musim penghujan tak ada ruginya menyempatkan untuk menikmati kehangatan Sop Merah ini. (Harga mulai dari Rp15.000,-)


Pasar Godean yang berlokasi di Jalan Godean, Godean, Kabupaten Sleman menjadi perhentian saya berburu kuliner Tahu Guling. Setelah berjuang mblusuk pasar, nyasar, dan tanya sana-sini, akhirnya saya berhasil menemukan lokasinya. Informasi tentang Tahu Guling Mbah Joyo yang legendaris dan pernah menjadi makanan favorit presiden kedua Republik Indonesia tersebut masih minim sekali. Nyatanya, warung yang menjual kuliner khas Yogya satu ini sudah buka sejak tahun 1942 oleh alm Mbah Joyo di area Pasar Godean.

Resep Tahu Guling Mbah Joyo kini diteruskan oleh anak perempuannya yang saya panggil Mbah Putri. Dari beliau, saya mendengar langsung kisah awalnya membantu bapak mulai tahun ’80-an hingga didatangi oleh ajudan presiden dan diminta untuk memboyong gerobak tahu gulingnya ke Istana Negara tahun 1993. Rupanya tahu guling racikan mereka diam-diam digemari oleh alm Presiden Soeharto kala itu. Sedahsyat itukah rasa Tahu Guling Mbah Joyo?

Tahu Guling Mbah Joyo
Mbah Putri, penjual Tahu Guling di Pasar Godean

Kupat, tahu kuning, dan tempe goreng adalah bahan baku utama dari Tahu Guling. Bumbu yang digunakan adalah bawang putih, gula merah, cabai yang diulek di piring. Kemudian ditambah irisan kubis, taoge, seledri, dan taburan bawang goreng yang diguyur dengan kuah bawang. Terakhir, kerupuk warna-warni sebagai topping-nya. Sekilas saya melihatnya sebagai perpaduan Kupat Tahu Magelang dan Tahu Kupat Solo yang sudah menyesuaikan selera lidah Yogya.

Baca juga –> Kuliner Yogya yang Ngangeni

Mbah Putri yang tinggal di daerah Sidomulyo membuka warungnya di Pasar Godean setiap hari mulai pukul 7 pagi hingga 3 sore. Beliau menambahkan jika tiap Wage, warung tutup. Sesampainya di rumah, beliau harus menyiapkan tujuh kilogram beras untuk membuat 100 kupat yang akan dijual keesokan hari. Tahu nggak berapa yang harus saya bayar untuk sepiring tahu guling racikannya? Rp5.000,- saja!


Last, but not least. Rujak buah yang dikombinasikan dengan es puter telah menjadi hidangan penutup yang khas dan tersebar di kompleks Pura Pakualaman. Meskipun ada beberapa pilihan warung rujak es krim di sana, lidah saya tetap saja terpikat dengan rasa Rujak Es Krim Pak Paino yang terletak di Jl Harjowinatan, Purwokinanti, Pakualaman, Kota Yogyakarta (jam buka 10.00-14.00). Bubuhan sejak tahun 1990 di gerobak milik Pak Paino menegaskan bahwa ia termasuk salah satu pionir Rujak Es Krim di Yogya. 😀

Komposisi bahan rujak buahnya tak jauh dari serutan buah segar seperti mangga muda, kedondong, pepaya, nanas, bengkoang, dan ketimun yang diberi sambal rujak campuran asam Jawa, kacang tanah, gula merah, dan cabai. Yang bikin beda dan nagih adalah es krim puternya yang memakai pemanis dan pewarna alami dari buah naga. Sehingga Rujak Es Krim Pak Paino harga Rp7.000,- tersebut meninggalkan tekstur lembut dan rasa manis yang tidak bikin tenggorokan gatal.


Noted: Rasa enak atau tidak enak dari sebuah makanan adalah relatif. Mahal atau tidak, itu pun tergantung dari kemampuan dompet tiap individu. Acuan pilihan kuliner di atas berdasarkan pengalaman lidah saya dan saya kembalikan ke selera lidah masing-masing. Yang jelas jangan lupa kulineran sambil liburan di Yogya. Salam kuliner. 😉

36 Comments Add yours

  1. 😋😋😋 sedap. Ngggk sekalian berburu kuliner malamnya koh?

    1. Kuliner malamnya baru cicip Sop Merah hahaha. Hayoo belum pernah coba makanan apa saja dari daftar di atas? 🙂

    2. Yang di kotagede tok 😅.
      4,5 taun d Jogja aku jarang nget eksplor kuliner. Giliran dah pindah, baru kepengen wkwk

  2. dwisusantii says:

    Ini kenapa pada kompak posting kulineran enak-enak yang memancing bunyi krucuk-krucuk di perut?
    Ituu juga udah nulis dan nyicip rujak es krim Pakualaman. Huhuhu.

    Jadi inget ceritanya mertua pas ngira kemangi di soto kemangi (kemasan) itu dikiranya buat ngusir nyamuk 😀
    Lhaiyaa kan biasanya kemangi ada di pecel lele apa pepes… Tapi memang sih, soto kemasan tu udah punya posisi di lidahku wkwk. Enak e.

    Warung Handayani aku pernah e nyoba es e.. Secara kan aku penggemar es-es an segala rupa. Di Solo ada Es apalagi mas selain es kapal? Biar jadi pr kalau ke sana lagii…

    1. Kan biar banyak yang tahu bahwa Yogya nggak cuma punya gudeg, jadi kompakan post kuliner Yogya deh. #ngeles 😛 Rujak Es Krim nyobain yg Pak Paino? Ternyata lebih mantap yg Pak Paino ketimbang yg di depan pura. Eh tapi tergantung selera sih hehehe.

      Es Kapal salah satu yg unik di Solo. Lainnya sih Es Dawet Beras, trus Es Beras Kencur, Es Tentrem… ehmm lainnya Es Dawet Selasih… lainnya lagi tanya lokal guide Solo. 😀 😀

  3. Hadeeeeh dari semuanya ini aku baru pernah makan yang Es Krim Pakualaman. Hahaha.
    Belum pernah mencicipi yang lain, tapi yakin kalau ini semua enak. Bahkan mungkin ada yang masuk kategori enak banget. 😀
    Paling pernah sih nyobain makan bubur di Pasar Lempuyangan, sama kayak yg diposting Hannif 🙂

    1. Ndak apa, Lan. Masih ada banyak waktu berburu kuliner khas mumpung sekarang dirimu stengah menetap di Yogya. Yen ada kuliner baru kasih tahu yah hihihi

  4. Eksapedia says:

    Jogja emang ngangenin ya mas.. ngga cuma wisata alam dan sejarah budayanya aja tapi juga kulinernya.. 😀
    udah lama ngga ke Jogja jadi makin kangen lihat postingan ini 😀

    1. Monggo sempatkan liburan ke Yogya sambil kulineran. Biar liburnya terasa lengkap. 🙂

  5. 555 says:

    Mas, koe kudu nyoba soto bakso neng njero Pasar Legi Kotagede. Wis dodolan luwih seko 40an tahun. Seko sing dodolan jamu isih ngidul sebelahe wong dodol tongseng. Tongseng e yo enak sih jane.

    1. Iki Soto Bakso pindahan warung Bakso cerak makam Kotagede, bukan? Penasaran nyariin tempat itu soale pindah beberapa tahun lalu.

  6. Avant Garde says:

    kirain bakal bahas gudeg mas 🙂 aku jogja paling seneng rujak es krim hehehe…

    1. Rujak Es Krim ada beberapa lapak di kompleks Pakualaman, yang menurutku nggak bikin tenggorokan gatal sih yang di belakang. Tepatnya di Jalan Harjowinatan yang kutulis di atas, mas. Coba sendiri aja untuk membuktikan langsung benar atau nggaknya hehehe.

  7. Avant Garde says:

    Oke sip mas, kapan2 ya tak cobain, matur nuwun :))

  8. Soto kemasan enak, abis muter-muter sepedaan lanjut nyoto. Gusti seger banget ahahhahahah

    1. Pas banget kui sarapan soto bar sepedaan, Sitam. 😀 Kombinasi tahu dibacem sama daun kemangi ternyata enak. 🙂

  9. Cerita Dita says:

    Kuliner jogja selalu ngangenin apalagi lupisnya

    1. Lupis-nya Yogya tetep favorit yah. Hehehe

    2. Cerita Dita says:

      saya dulu di semarang banyak sih yg jual lupis cuma rasanya beda

  10. Aih, jogja dengan segala kenangannya. Baru sekali mampir kesana, makannya enak, harganya juga pas dikantong lah. Kota wisata, kota kuliner, kota pendidikan.. jd laper liat makanannya, mesti masuk list kalau ke sana lagi

    1. Didaftar dulu makanan mana yang akan dicicipi saat liburan ke Yogya. Dan selamat berwisata kuliner di Yogya, mas 🙂

  11. @nurulrahma says:

    Wadaawwww, mbaca ini sambil nyiapin tadah iler 😀

    Aku mau k Jogja lagi, tapi sayangnyaaaa bareng kluarga besar (20 orang!) dan ngga sempat mampir ke sini deh

    1. Kalau berwisata rombongan bisa coba mampir ke Soto Tahu, warungnya luas dan bisa muat banyak orang. Barangkali aja keluarga sukses dibujukin makan pagi atau makan siang ke sana hihihi.

  12. Alid Abdul says:

    Kok aku gak diajak makan di Kipo, Soto Tahu, Sup Merah, Tahu Guling, Rujak Es Krim. Awas koen kooooooooooooooooooo!!!!

    1. Oh iyo, mbiyen cuma sempet mamam gado-gado karo brongkos ya? Hahaha. Makane suk yen nyogyo maneh didaftar sik kuliner sing mbok pingini. 😛

  13. Sonny Hendrawan Saputra says:

    Wow dari semua rekomendasi, baru coba brongkos Handayani.. Kayaknya good time to go back to yogya dan kulineran lagii.. Thanks rekomendasinya ko Halim

    1. Luangkan banyak waktu dan perut buat kulineran di Yogya hehehe. Kadang letaknya yang tidak di satu titik bikin wisatawan luput mencicipi semua kulinernya. 😀

  14. wooooo enak-enak tur legi sepertinya. eh itu jamu kalau di pasar manis punggelan sebotol cuma 5 ribu saja dan penjualnya merupakan pendatang dari solo. itu yang menarik ya si mbah pas motongnya pakai benang gitu

    1. Jamu di Kotagede harga segitu mungkin karena pasarnya sudah jadi tempat wisata kunjungan wisatawan luar Yogya dan mancanegara. Kalau di luar sana masih ada kok yang murah. Seperti daerah Sukoharjo – Solo Raya – yang dinobatkan sebagai pusatnya jamu Jawa Tengah. 😀

  15. Saya orang jogja tapi belum pernah makan di lokasi-lokasi itu, hehe keterlaluan.
    Saya kurang suka brongkos tolo, senengnya brongkos daging. Bisa dicoba di daerah pasar Tempel, maknyus pokoke.

    1. Noted terima kasih buat rekomendasi Brongkos daging di Pasar Tempel. Lain waktu akan saya coba untuk membuktikan kelezatannya sendiri. 😀

  16. aris armunanto says:

    Wisata sambil kulineran itu wajib kalau nggak nnt nyesel, apalagi di Yogya pilihannya seabreg, semuanya menggoyang lidah

    1. Monggo disambangi warung makan yang sudah saya tulis di atas. Kalau ada tambahan warung makan khas Yogya yang lain boleh loh ditambahi. 😉

  17. basirun says:

    lengkap banget … dan kenapa ya gak bosen bacanya

    1. Asyik… Terima kasih. Semoga tulisan di atas bermanfaat buat berburu kuliner di Yogya. 😉

  18. sewa gedung pernikahan says:

    pernah nyobain soto tahu , enak banget

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.