Ada Apa di Kudus?

Kabupaten Kudus yang terletak di Provinsi Jawa Tengah sisi utara ini termasuk salah satu wilayah yang dilewati oleh Jalan Raya Pos yang pernah dibangun oleh Herman Willem Deandels. Jarak Kudus sekitar lima puluh kilometer ke timur dari Semarang. Bukan tanpa sebab Jalan Raya Pos atau sering disebut Jalan Deandels yang membentang dari Anyer sampai Panarukan itu melewati Kudus.

Tebu yang akan diolah menjadi gula kristal di Suikerfabriek Rendeng dan randu/ kapuk pernah menjadi komoditas andalan sebelum Kudus lebih populer dengan sebutan Kota Kretek. Masa kejayaan rokok kretek masih bisa dilihat sekarang. Perusahaan rokok nasional masih berdomisisli di Kudus. Mereka tidak melupakan begitu saja hal-hal yang pernah mengangkat potensi kotanya.

koleksi Museum Kretek Kudus
koleksi macam sigaret di Museum Kretek Kudus

Industri rokok kretek yang pernah dibangun oleh Nitisemito tahun 1900-an mengawali sejarah panjang rokok batang di Kudus. Namun kini ketenaran rokok cap Tiga Bal milik Nitisemito bisa dibilang sudah tinggal kenangan, posisinya telah digantikan oleh perusahaan-perusahaan rokok besar generasi setelahnya seperti Nojorono (Clas Mild), lalu Djarum, Delima, Sukun, dan merk rokok lainnya.

Jangan khawatir, sejarah singkat mengenai kretek di Kudus mulai dari Nitisemito hingga Djarum bisa dilihat dan dipelajari di Museum Kretek Kudus yang telah dibuka dan diresmikan pada tahun 1986 oleh Soeparjo Rustam, Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia waktu itu. Tiket masuk museum yang berlokasi di Jalan Getas Pejaten no.155, Kudus murah meriah, hanya Rp2.000 saja. Akan tetapi museum yang buka setiap hari mulai dari jam 08.00-16.00 tersebut masih belum banyak dilirik oleh wisatawan dari luar kota.

Tata letak ratusan koleksi di dalamnya memang belum diperhatikan dengan baik dan belum punya alur yang membuat nyaman para pengunjung. Tiap sudutnya tampak suram. Koleksi foto para pendiri perusahaan rokok di Kudus, alat pemotong daun tembakau, pelinting rokok tradisional, jenis daun-daun tembakau yang telah diawetkan dari beberapa daerah di Jawa, jenis alkohol untuk pengawetan daun tembakau, hingga mesin giling rokok secara manual dipamerkan di sana.

Proses pembuatan rokok pun dijabarkan dengan singkat dan cukup membantu memahami cara kerja mesin-mesin di pabrik rokok pada zaman dulu. Yang paling menarik perhatian saya adalah perjalanan waktu ragam suvenir yang pernah dibagikan oleh perusahaan besar di masanya. Mulai dari set cangkir dan teko terbuat dari porselen, jam dinding, hingga payung, mug, polo shirt di era 2000-an.

koleksi Museum Situs Pati Ayam
fosil kerang laut , penemuan Situs Patiayam Kudus

Masih menyoal tentang museum, Kabupaten Kudus juga mempunyai sebuah tempat khusus yang menampung penemuan fosil gajah purba yang diperkirakan berumur lebih dari 400.000 tahun. Letak museum yang diberi nama Museum Situs Patiayam berada di Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kudus. Jarak tempuhnya sekitar setengah jam dari kota.

Luas keseluruhan situs purbakala di Pegunungan Patiayam mencapai 2.900 hektar dengan meliputi wilayah Kabupaten Kudus dan sebagian kecamatan di Kabupaten Pati. Dikisahkan situs yang terletak di lereng selatan Gunung Muria ini awalnya terpisah dengan daratan Jawa (bergabungnya Gunung Muria dengan Pulau Jawa secara permanen baru terjadi pada abad ke-17). Terjadinya letusan Gunung Muria 400.000 tahun lalu mengakibatkan makhluk hidup di sana terkubur oleh hujan material vulkanik.

Penemuan kerangka gajah purba Stegodon trigonochepalus dalam kondisi masih lengkap, tidak tercerai-berai sempat melambungkan nama Situs Patiayam. Kerangka itu mulai diteliti oleh Balai Arkeologi Yogyakarta pada tahun 2007, disusul penemuan peninggalan masa Pleistosen (10.000-1.000.000 tahun lalu) yang lain seperti fosil-fosil fauna laut, moluska, ikan hiu, penyu (Cheloniidae), buaya (Crocodylidae), harimau (Felidae), badak, kerbau.

Bahkan penemuan bagian dari kerangka manusia purba di Situs Patiayam dikatakan memiliki beberapa kemiripan dengan manusia purba dari Situs Purbakala Sangiran di Sragen. Saat ini Museum Situs Patiayam belum memiliki ruang pamer yang besar. Kabar baiknya museum telah memiliki penjaga museum yang sanggup memberikan informasi terkait penemuan purbakala di sana.

Selanjutnya mari beranjak ke utara mendekati puncak Gunung Muria, menuju Desa Japan di Kecamatan Dawe, Kudus, di mana terdapat sebuah obyek wisata alam yang menurut saya unik karena memiliki sumber mata air dengan tiga rasa yang berbeda. Tidak disangka memang tiga kolam di Desa Japan benar-benar punya air dengan rasa yang tidak tawar.

Pertama-tama saya dan kawan-kawan harus menaiki puluhan anak tangga sebelum disambut oleh gerbang yang dibuat ala candi Hindu dengan tempelan piring hias di dindingnya. Suhu udara di obyek Air Tiga Rasa Rejenu cenderung dingin dengan pepohonan rimbun mengelilingi tiga kolam kecil yang sudah diberi pembatas tembok dengan tinggi setengah badan orang dewasa.

Mata air yang pertama memiliki rasa manis sedikit masam, kemudian mata air pada kolam kedua punya rasa seperti minuman bersoda, dan yang terakhir beda sedikit dengan yang kedua (ada yang mengatakan mirip arak/ tuak). Tentu apa yang akan dirasakan oleh lidah tergantung indera pengecapan masing-masing individu, bisa berbeda satu sama lain.

Banyak warga dan pengunjung dari luar kota yang mempercayai bahwa ketiga mata air itu bisa menyembuhkan segala penyakit. Sejauh ini belum ada penelitian resmi dari lembaga kedokteran yang mengiyakan pendapat tersebut, hanya sugesti dari kalangan tertentu yang membuat ceritanya berkembang seperti itu.

Tak jauh dari Air Tiga Rasa Rejenu terdapat air terjun yang cukup terkenal di Kudus bernama Air Terjun Montel. Montel, bukan Mentel! Kami hanya perlu mengarahkan kendaraan pribadi mengikuti jalan kembali ke Desa Colo atau menyewa jasa ojek yang mematok harga Rp60.000 sekali jalan dari air tiga rasa menuju air terjun. Jasa ojeknya mahal, tapi itu jadi pilihan kepepet jika pengemudi kendaraan beroda empat tidak berani tancap gas naik ke atas dari Desa Colo atau lahan parkir kompleks makam Sunan Muria.

Dari gerbang loket (tiket masuk Rp5.000/ orang) menuju air terjun, pengunjung tidak perlu menaiki ratusan anak tangga, juga tidak usah repot melewati medan yang ekstrem seperti beberapa air terjun lainnya. Warung-warung makan pun sengaja menggelar kursinya di sepanjang jalan naik ke air terjun, memudahkan siapa saja yang ingin beristirahat dan mengisi perut. Mungkin faktor-faktor itulah yang membuat Air Terjun Montel menjadi obyek wisata alam favorit warga Kudus.

Air Terjun Montel ini hanya memiliki ketinggian lebih dari dua puluh meter dengan debit air tidak terlalu besar waktu saya mengunjunginya tahun lalu. Kolamnya tidak terlalu dalam dengan bebatuan besar mengelilinginya. Aliran sungainya juga aman dan dangkal sehingga banyak pengunjung yang asyik mencelupkan badannya sampai sebatas pinggang. Entah mereka sekedar membasahi pantat atau ada maksud buang air kecil, hanya mereka yang tahu. 😛

Sebenarnya masih ada air terjun-air terjun cantik yang tersebar di lereng Gunung Muria, ada beberapa yang sudah dikenal dan ramai dikunjungi wisatawan, ada pula yang masih menyembunyikan diri, malu memamerkan kemolekannya di depan banyak orang. Dengan penjabaran kuliner Kudus di tulisan sebelumnya 9 Kuliner Wajib Dicicipi di Kudus ditambah daftar pesona Kudus yang lain di sini, masih mau bertanya lagi ada apa di Kudus?

41 Comments Add yours

  1. Aku sudah berkunjung ke Museum Kretek Kudus. Koleksinya memang terbatas tetapi dedikasi yang diusahakan disana sangat patut dihargai. Waktu di sana aku sempat ngobrol dengan Pak Yanto, kepala museum, dan mendengarkan berbagai kendala dalam mengelola museum ini.

    Nah kalau ke situs Pati ayam, belum. Waktu itu sudah mau mampir waktu pulang dari Lasem tapi jalannya kelewatan jadi males balik lagi 🙂

    1. Ruang khusus untuk Nitisemito dengan beberapa peninggalannya menjadi daya tarik Museum Kretek Kudus. Wahh beruntung sekali tante Ev bisa bertemu langsung dengan kepala museumnya, lalu sempat diajak masuk ke dalam rumah adat Kudus-nya juga kah? 🙂

      Ayoo ke Kudus lagi. Situs Patiayam belum terlalu terkenal, tapi membanggakan dengan penemuan Stegodon di situsnya. Kalau ada kesempatan mlipir Kudus wajib mampir ke sana. 😉

  2. dwisusantii says:

    Jadi nanti kalau temenku ada yang nanyain ada apa di kudus tinggal sodorin ini aja mas? lengkapnya dari museum sampai air terjun. Aku penasaran sama air yang berasa arak :p

    1. Air Tiga Rasa Rejenu yang dibilang punya rasa mirip arak hanya kerasa masam aja di lidahku, coba kalau mbak Dwi ke sana tolong bantu cicip ya. Hahahaha. Monggo loh tulisan ini bisa dibagi dan disebarkan ke teman-teman mbak Dwi yang akan liburan ke Kudus, klik lalu ketik Amin. 😛

  3. Yang kuingat kala ke Lereng Muria itu ojek Colo yang pake motor 2 tak ngebut banget ahahhahah

    1. Laju kendaraan mas-mas ojek di sana nyantai banget. Atau memang tanjakan dan turunannya curam, sehingga mereka jalannya melambat ya? Sampai lupa bawa perasaan saking terpesonanya dengan bentangan bukit di lereng Muria. 😀

  4. Alid Abdul says:

    Heh di Kudus ada Air Terjun? Wow aku terkejut. Aku di Kudus ada sodara sih tapi gatau rumahnya mana wkwkkw. Aku sih gak suka ngerokok tapi di… eh tapuki lambe.

    1. Yasir Yafiat says:

      Ada banyak loh Lid air terjun di Kudus. Monggo ke Kudus.

    2. Alid Abdul says:

      wuih ciyus? anterin aku wkwkw

    3. Yasir Yafiat says:

      Siap… Tinggal atur jadwalnya aja….

    4. Woiii ndang digoleki alamate sodaramu. Eh tapi ojo njaluk rokok ning dulurmu, nko ndak dikon ngerokok. Hahaha

  5. Yasir Yafiat says:

    Biasanya kalau saya ke Rejenu lewatnya dari Montel Bang, lebih deket. Dari Montel tinggal naik jalan setapak hingga sampai di jalan beton arah rejenu. Dari situ kira-kira 1 km an.

    1. Dulu juga lewat Montel dan kembali ke parkiran mobil di dekat kompleks makam Sunan Muria itu, Yas. Setelah lihat air terjun Montel yang lumayan instagrammable jadi penasaran dengan keindahan air terjun yang lain di lereng Muria nih. 😀

  6. Gara says:

    Wah saya penasaran dengan Patiayam. Karakteristiknya mirip dengan Sangiran ya, bekas laut. Pantas ada fosil kerang-kerangan. Memang daerah dekat laut adalah sumber kehidupan di zaman purba dulu ya Mas. Cuma kalau mau jelajah sana mesti jangan diforsir, takutnya drop lagi seperti ke Sangiran dulu, empat museum dalam satu hari, haha. Apalagi pengen icip-icip air tiga rasanya juga, penyebabnya apa ya Mas rasa airnya bisa berbeda seperti itu? Kudus lengkap euy, kurang rasanya sehari dua di sana, haha.

    1. Hahaha jadi inget trip Sangiran itu super padat bener. 😀 Rasa dari air tiga rasa belum mengetahui dengan jelas apa penyebabnya, antara akar pohon yang menampung air atau akibat reaksi kandungan mineral dari bawah tanahnya. Mesti cicip sendiri biar nggak penasaran, Gar. Dan jalan santai di Kudus nggak salah banget, kompleks Kauman di belakang Masjid Menara Kudus dan sisa peninggalan Hindu-Buddha juga asyik ditelusuri. 😀

    2. Gara says:

      Oke siap… Kudus punya banyak hal yang dapat dijadikan topik tulisan ya, Mas.

  7. Avant Garde says:

    kudus, satu2nya kota di jawa yg menurutku namanya paling unik, kudus, suci 🙂

    1. Salut juga dengan toleransi yang ditanamkan oleh Sunan Kudus dengan tidak menyantap daging sapi untuk menghormati umat Hindu yang saat itu masih mendominasi daerah tersebut. 🙂

    2. Avant Garde says:

      bener sekali mas, kota toleran… ohya, aku lupa ngucapin gong xi fa cai.. semoga makin sukses di tahun ini mas, makin kece tripnya 🙂 #ngunyah kue keranjang dari bangka 🙂

  8. winnymarlina says:

    kalau ingta kudus itu soto dan rokok namun wisata banyk ternyata

    1. Nggak cukup sehari untuk keliling Kudus, Win. 😉

  9. jiaaaaaah baru aja kemaren blusukan ke kudus. abis dr museum kretek, penasran nyari2 pabrik2 pabrik rokok yg bungkusnya dipajang dimuseum ntuh. *kurang kerjaan XD

    1. Waktu ke sana yang terlihat jelas sih merk Nojorono dan Djarum karena pabriknya beridiri di tengah kota. Lainnya rata-rata nggak terlalu jelas plang nama pabriknya, tapi kalau mau dicari satu-persatu bisa banget tuh yen selooo. Hahaha

  10. Dita says:

    air 3 rasa itu apa aja rasanya kak? rasa yang pernah ada? rasa yang tertinggal? atau rasa-rasanya masih sayang? *diceburin ke air terjun*

    1. Rasa ditinggal mantan itu cenderung masam gitu, kak. Trus rasa gagal move on tinggal ditambahin perasan jeruk nipis biar tambah masam hahaha. Yang jelas minum air sebanyak apapun di sana rasah-mbayar. 😀

  11. mysukmana says:

    aku duwe sedulur ning kudus mas, tapi lali sekarang dimana…sedulur adoh soale, malah blm pernah berkunjung ke museum kretek

    1. Dolan Kudus sekalian mampir Pati. Golek kacang Dua Kelinci, maz. 😉

  12. Aji Sukma says:

    Jadi itu air tiga rasa yg rasa soda bs di ambil banyak2 ga? *siapin kemasan trs dijual* 😀

    1. Ide bagus tuh, trus gawe merk baru nyaingi bakul mijon-mijon di bus umum antar kota kae ya? Hahahaha

  13. Fubuki Aida says:

    Belum pernah semua ini ahhh. Tak kira kudus cuma ada masjid sama makam

    1. Kudus nggak punya pantai, tapi pesona alam di lereng Muria asyik buat dikunjungi, mbak Aida. Yukk list di atas didatangi satu-persatu. 🙂

  14. wah. aku belum pernah ke Kudus nih.
    Btw, skrg jarang nemui rokor lawas e. paling lawas rokok Kebo. Berarti museum rokok yang bagus masih di Surabaya semua ya
    Menarik itu sumber mata airnya. Tiga rasa 🙂

    1. Koleksi di House of Sampoerna Surabaya sepertinya lebih general. Kalau di Museum Kretek Kudus semua koleksi rokoknya dari perusahaan rokok yang pernah ada di Kudus semua. 🙂

  15. Fajrin Herris says:

    Ah museum rokok dan air terjun nya yg bikin mupeng mas. Keren euy kota kudus.. culik aku mas culik.. 😂😂

    1. Ayolah disempetin cari waktu khusus buat keliling Jawa Tengah. Solo, Semarang, Kudus, lalu lanjut Rembang. Asoyyy lah 😀

    2. Fajrin Herris says:

      Mudah”an tahun ini mas bisa backpackeran ke Jawa Tengah. Aku nabung dulu..

  16. Hendi Setiyanto says:

    Di rumah, aku masih punya sarung, sajadah, kalender, dan souvenir lainnya saat orang tua masih berdagang dulu dan tiap lebaran, sales rokok tadi memberikannya. sarungnya walaupun sudah robek tapi hingga kini masih dipakai karena adem dan motifnya tentu saja batik dengan motif merek rokok tadi dengan cengkih dan daun tembakaunya

    1. Batik motif merek rokoknya kelak bisa jadi barang berharga incaran kolektor nih. Dirawat gih hahaha. Yang masih penasaran zaman dulu gimana ya penampilan mbak spg rokok? Apa seperti sekarang yang pake rok kurang bahan itu? Hahaha.

    2. Hendi Setiyanto says:

      Dulu pakaiannya biasa2 saja kok…sekarang? 😊

  17. Deddy Huang says:

    Informasi kayak gini membantu teman-teman kita yang mau berkunjung ke Jawa lho, Halim.

    1. Mudah-mudahan tulisan ini bisa bermanfaat bagi calon wisatawan yang hendak ke Kudus. Jadi kapan mau main ke Jawa? 🙂

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.