Kuliner Yogya Yang Ngangeni

Saat saya ditanya oleh teman maupun saudara tentang apa saja kuliner khas di Daerah Istimewa Yogyakarta, saya hanya bisa menjawab gudeg. Lalu bengong, mikir, masa iya Yogyakarta cuma punya kuliner gudeg? Masa iya di Kota Yogyakarta dan kabupaten sekitarnya nggak ada makanan tradisional yang khas dan bukan kuliner bawaan pendatang dari kota lain?

Hasil perenungan dan pencerahan dari beberapa kawan akhirnya saya menemukan sedikit dari kuliner-kuliner di Daerah Istimewa Yogyakarta selain gudeg dan kopi Joss! Ternyata ada beberapa yang menurut saya enak dan ngangeni. Tentu saja jenis makanan yang enak bagi saya belum tentu dirasa enak oleh lidah yang lain. Tergantung selera lidah masing-masing.

Are you ready? 😉


Pertama ada Pecel Senggol di Pasar Beringharjo, Yogyakarta yang mungkin sudah sering dimakan atau hanya dilewati saja oleh wisatawan luar kota. Dari Malioboro menuju Benteng Vredeburg pasti melewati kawasan ini. Saking sempitnya jarak antara tempat duduk pelanggan dan jalur pejalan kaki yang hendak masuk ke pasar, sering didapat senggol-senggolan antar keduanya. Karena sebab itulah banyak orang menyebutnya pecel senggol. 🙂

Seporsi Pecel Senggol diisi dengan sayur-sayuran yang umumnya kacang panjang, kubis, taoge, daun pepaya, bayam, persis seperti pecel ala Jawa Timuran, tak ketinggalan selalu ditambahkan kembang turi. Ikut ditawarkan tambahan bakmi atau bihun yang kemudian diguyur sambal kacang sebagai dressing.


Untuk urusan makan Bakmi Jawa di Yogyakarta saya sedikit pilih-pilih dengan tempat yang ditawarkan. Alasan apa lagi selain di Kota Solo ada banyak warung bakmi Jawa yang enak. Tapi dua tempat yang pernah saya kunjungi di Kota Yogyakarta berikut punya keunggulan yang belum pernah dilihat sebelumnya.

Bakmi Mbah Gito
Bakmi Kuah – Mbah Gito

Warung Bakmi Jawa Mbah Gito yang beralamat di Jl. Nyi Ageng Nis no.9 Rejowinangun ini letaknya agak nyempil dan belum terdeteksi oleh peta dunia maya. Saat menggantungkan diri dengannya malah nyasar dan terpaksa mengandalkan GPS atau Gunakan Penduduk Setempat. Singkatnya saya dan kawan waktu itu tiba dan langsung memesan menu yang ditawarkan. Ada Bakmi Kuah, Nasi Goreng, Nasi Mawut ( nasi campur bakmi yang digoreng ) dan pilihan yang lain.

Interior ruang yang meninggalkan kesan ndeso ditonjolkan di warung bakmi ini. Lesehan yang terbuat dari bambu, kayu-kayu yang sengaja tidak dihaluskan menjadi keunikan dari warung. Tak ketinggalan beberapa barang kuno dipajang sebagai hiasan. Sayang cara memasaknya tidak menggunakan anglo tanah liat yang menggunakan bahan bakar kayu, sudah menggunakan kompor gas. Jadi bagi saya rasa bakmi standar bakmi Jawa. Hanya suasana warung yang unik menjadi daya tarik bagi penggemar foto diri sendiri dengan latar belakang ala ala.

Bakmi Goreng Kadin
Bakmi Goreng Kadin

Sedangkan warung bakmi lain yang pernah saya kunjungi adalah Warung Bakmi dan Bajigur Kadin Mbah Hj. Karto yang beralamatkan di Jalan Bintaran Kulon no 6, Yogyakarta. Menu yang ditawarkan tak jauh beda dengan warung bakmi lainnya yaitu, Bakmi Godog, Bakmi Goreng dengan atau tanpa telur, Cap Jay, Bakmi Istimewa dan Bakmi Spesial sesuai pelengkap yang ditambahkan.

Warung Bakmi Kadin Mbah Hj. Karto yang berdiri sejak tahun 1947 ini masih menggunakan alat masak tradisional, anglo tanah liat dengan bahan bakar arang. Akhirnya menemukan Bakmi Jawa yang dimasak dengan cara tersebut di Yogyakarta! Juru masak di sana seolah sudah tahu kapan waktu yang tepat untuk memasukkan bumbu dan tahu tingkat kematangan yang diminta oleh pelanggan. Lebih menyenangkan lagi suara wajan dan percikan api arang yang bersahut-sahutan menjadi musik pengiring saat dinner tanpa candle light di sana. 😀


Sate Klatak Pak Pong
Sate Klatak Pak Pong

Saya bingung menjelaskan bagaimana rasa dari Sate Klatak Pak Pong yang hits ini. Warung Sate Klatak di Jalan Imogiri Timur, Bantul ini bisa dibilang tidak pernah sepi dari pelanggan, baik siang maupun jelang makan malam. Gurih sudah pasti karena garam dan lada yang menjadi bumbu utamanya. Tidak manis karena tusukan sate-sate tidak pernah dicelup ke dalam resep khusus seperti racikan sate kambing pada umumnya.

Kesimpulan bagi saya yang terbiasa makan sate kambing dengan olesan kecap, rasa dari daging kambing di sini hambar, tapi tingkat kematangan maksimal. Hal itu disebabkan oleh penggunaan jeruji sepeda yang terbuat dari besi sebagai tusukan sate-satenya. Mirip cara memasak dengan metode BBQ grills.

Untuk pendamping satenya diberi kuah kaldu untuk mencelupkan daging sate yang telah disajikan. Jika kurang manis ada kecap yang tersedia di meja. Tapi bukan makan sate klatak kalo dicampur dengan bumbu lain. Kehambarannya yang menjadi pemikat dan pembeda dengan sate kambing se-Indonesia. 😉


Lotek Colombo Bu Bagyo di Jalan Sagan Baru no.1, Yogyakarta menjadi salah satu kuliner favorit saat singgah di Yogya. Menu yang disodorkan oleh pramusaji hanya menuliskan Gado-gado dan Lotek yang masing-masing diberi pilihan tambahan lontong atau nasi. Masih ada pilihan lain Sop Ayu ( sop yang berisi rolade dan sayuran ) dan beberapa pilihan chinese food, tapi kata seorang kawan nggak afdol kalo ke Yogya belum makan Lotek Bu Bagyo!

Lotek Colombo Bu Bagyo
Lotek Colombo Bu Bagyo
Lotek Colombo
tenaga ulek di Lotek Colombo

Sepiring penuh bayam, kubis, kecambah yang diberi potongan gimbal dan lontong lalu diguyur dengan saus kacang ini penampakannya biasa-biasa saja saat tiba di meja makan. Tapi, sebentar… Ulekan bumbu kacang Lotek Kolombo Bu Bagyo lah yang membedakan tingkat kelezatan dengan lotek-lotek yang lain di Yogya. Nggak salah lagi kalau ke Yogya harus sempatkan mampir ke sini. Kalau perlu bikin tren LOTEKDAR! 😉


Siapa sudah pernah ke Kaliurang, Sleman? Jika diperhatikan dengan saksama, hampir sepanjang jalan Yogya-Kaliurang tersebar warung-warung yang menjual makanan bernama Jadah Tempe. Jadah adalah olahan beras ketan dan parutan kelapa yang dikukus selama kurang lebih satu jam. Adonan setengah jadi itu kemudian ditumbuk dan jadilah Jadah khas Kaliurang. Lalu bagaimana rasanya jika jadah dimakan bersamaan dengan tempe bacem?

Jadi begini, satu tempe bacem dijepit oleh dua buah jadah hangat yang sekilas terlihat seperti burger. Gurih, legit, dan manis dari tempe bacem beradu rasa di mulut. Mbah Carik bisa dibilang pelopor kreasi burger ala Kaliurang tersebut. Sehingga banyak warung di taman rekreasi yang menempel papan dengan bubuhan nama Mbah Carik supaya pengunjung tertarik untuk membelinya. Sementara warung lama Mbah Carik yang asli berada tidak jauh dari Tugu Udang Kaliurang. Harganya mulai dari Rp2.000,- per bijinya. 🙂


Ketika disodorkan alamat Mangut Lele Mbah Marto, peta dunia maya kelabakan. Lokasi warungnya yang berada di tengah kampung pun menyusahkan kendaraan roda empat masuk ke dalam gang sempitnya. Pelanggannya harus berjuang sedikit dengan jalan kaki menuju Warung Mangut Lele Mbah Marto yang terletak di Dusun Ngireng-ireng, Saraban, Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul. Cara tercepat menuju ke sana adalah GPS – Gunakan Penduduk Setempat setelah kendaraan sudah tiba di ISI Yogya. 🙂

Mangut lele Mbah Marto
Gudeg dan Mangut Lele Mbah Marto

Setibanya di sana memang racikan Mbah Marto tidak mengecewakan. Semua diracik di dapur yang dibiarkan layaknya dapur wong ndeso. Banyak yang terpikat dengan kesederhanaan tempat memasaknya yang langka di mata orang kota. Padahal selain keunikan itu, racikan bumbu mangut lele yang dimasak Mbah Marto ini beneran maknyus! Tekstur daging lelenya empuk dan matang dengan sempurna. Ditambah pelengkap gudeg yang bikin ngiler duluan sebelum disantap. Hehehe.


Tentu masih ada banyak tempat yang menjual kuliner asli Yogyakarta yang sejauh ini masih menjaga ketradisionalannya dan belum banyak terkontaminasi dengan kecapan pendatang dari luar. Sekali lagi daftar kuliner di atas enak atau tidak enaknya tergantung selera lidah masing-masing. Kalau ada rekomendasi kuliner ndeso yang enak lainnya di Daerah Istimewa Yogyakarta kasih tahu saya ya. 😉

52 Comments Add yours

  1. Makanannya enak semua. Cuma untuk mencari lokasinya gusi rajin-rajin bertanya dan berkeliling pakai kaki, ya Halim. Kalau menggunakan mobil di Jogjakarta banyak Yang Terlewatkan 🙂

    1. Yang mblusuk masuk gang kudu belajar menghormati lokal dan merasakan sendiri seperti wajah Yogya yang di pinggiran kota. 🙂

  2. aqied says:

    Dulu jaman mbah gito masih sepi dan belum sebesar sekarang, masaknya masi pake anglo. Jd luamaaaaaaaa banget. 45 menitan lah nungguin nya sampe tidur tidur. Skrg makin melebar sampe tingkat segala juru masak makin banyak dan kompornya jg ganti deh.

    1. Cuman Mbah Marto aja yang belum pernah coba, padahal deket rumah.. Oh, iya mas halim besok lihat pembukaan Festival Lima Gunung ndak?

    2. Benere faktor lama itu yang jadi sesi akrab semeja makan. Kalo perlu habisin kacang atau cemilan lain di atas meja makan hahaha. Masih ada bakmi yang lebih enak di Solo kalo mnurut lidahku jd berani bilang yg mbah Gito biasa aja. 😀

    3. aqied says:

      Dulu pas rame jg masih sempet bertahan pake tungku, tp trus smp waiting list dan mbludak banget kayanya akhire ganti kompor.
      Indeed, bakmi nya enak tp gak uwau banget, cuma suasananya enak. Hahahah

  3. iyoskusuma says:

    Lagi hujan deras dan baca ini… Enak semua ya. Hahaha. Selalu makan pecel depan Pasar Beringharjo, tapi baru tau ini disebut pecel senggol. Menarik 🙂

    1. Kuliner Yogya selain gudeg dan kopi joss yang pasti. Masih ada banyak yang nyempil dan enak lainnya. Mari berburu kuliner enak di Yogya 🙂

  4. awansan says:

    lotek colombo tuh emang juara, tapi harganya lumayan bikin mhs kelas bawah senut2.. kalo enak dan murah favorit saya lotek putri di jalan pandega marta hehe

    1. Lotek Putri noted! Kalo ke Yogya mo cobain ke sana biar ada pembanding buat Lotek Bu Bagyo. 🙂

  5. rifanfauzan says:

    mantap nih referensi kuliner buat nanti kalau main ke jogja wkwk

    1. Asekkk. Kalau dapat kuliner baru yang enak lainnya kasih tahu ya. 😀

  6. Beberapa tempat pas lebaran harganya ikut melonjak naik ahhahahah

    1. Hahaha dilema piknik di kota wisata pas liburan, mesakne turis yang rencanain budget mepet ya >.<

  7. Dita says:

    belum pernah makan lotek sama mangut lele mbah martoooo…huaaaa aku kangen Jogjaaaa

    1. Kalau ke Jogja ya tahunya cuma Gudeg Yu Djum, Pecel Senggol (lebih tahunya Pecel Pasar Bringharjo), dan Raminten :)) Oh, Gudeg di Jl. Prawirotaman juga enak. Yang jual mbah-mbah di pos kampling kalau pagi. Terus Mie Jawa di alun-alun selatan. Antrinya kadang kurang ajar, melebihi dokter spesialis. Bookmark dulu ini kalau ke Jogja lagi 😀

    2. Dita says:

      alun-alun selatan itu yg ada mobil2 dan sepeda lampu2 meriah manjah itu kan ya?

    3. Iya betuuul! Yang jualan kayak udah nggak butuh uang, pelan banget masaknya. Kzl! :’))))

    4. Mie Jawa alin-alun selatan NOTED! Next time mau berburu kuliner yang pinggir jalan masih pakai tenda atau kalau perlu masih dijual pake gerobak. Penasaran rasa yang masih asli sebelum mereka terkenal. 🙂

    5. Siapkan hati kalo sudah nyasar ke Lotek Colombo, takutnya jadi ketagihan dan ngebet ajakin LOTEKDAR! 😛

  8. ngiler mas mocone hehehe…
    btw aku ga terlalu suka gudeg jogja, bukan berarti ga doyan, tp buat yg ga suka manis kayak aku rasanya gudeg jogja kemanisan hhehehe :3

    1. Berarti kudu cobain Sate Klatak yang punya rasa hambar khas Bantul. Mungkin cocok di lidah, Jo. Hehehe

  9. winnymarlina says:

    yogya itu yah emang murah meriah

    1. Murah di tempat tertentu, mahal di tempat yang sudah berani buka harga mahal 😀 😀

  10. evylia hardy says:

    Lotek, lotek … duh jadi inget masa kuliah dulu, anak2 se kos sering antre lotek di deket universitas sanata dharma n atmajaya

    1. Lotek yang bukan asli Yogyakarta seolah jadi kuliner yang banyak ditemui di area sekitar kampus ya. Makanan sehat yang mengenyangkan. 🙂

  11. annosmile says:

    bakmi kadin menurutku rasanya biasa aja..
    menang ada hiburan keroncongnya hihihi

    1. Minta saran donk mana warung bakmi enak di Yogya. Baru sempetin makan dua tempat itu jadi nggak ada pembanding lain hehehe.

  12. Glek.. glek,,, glek… itu bakmi-nya menggoda sekali. Sebagai penggemar mie, saya yang di Bandung cuma nelen-nelen air liur.

    1. Bakmi Jawa yang masih jual di gerobak bukan warung atau rumah makan biasanya lebih enak lagi rasanya. Tapi saya belum sempat menemukan yang jenis itu karena nggak pernah singgah lama di Yogya. Jadi selamat berburu kuliner bakmi kalo liburan ke Yogya. 😀

  13. dwisusantii says:

    Ini miedes pundong belum adaa :p . Mie dengan bahan baku singkong,
    Mie lethek jugaa, yang digiling pake sapi,
    Hayukk ke pundong :’)

    1. Iyaaaaa ituuu kuincar tapi belum kesampaian karena nggak ada yang nganterin. Jadi Mbak Dwi mau anterin ke sana kalo diriku liburan ke Yogya lagi to? Hahahaha

  14. Mau donggg bakmi Mbah Kartooooooooo … :9
    Ama sate klatak pastinyaaaa …

    1. Yuk omm ke Yogya lagih, ntar makan Bakmi Karto lagi. Dinner tanpa candle light yah. 😛

  15. Muh. Asyraf says:

    artikel yang kereen, good

    1. Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini, teman. 🙂

  16. yahh. aku belum pernah makan lotek dan pecelnya. ada yg belum masuk ki. Gudeg Yu SUM.wkwk

    1. Hahaha iyaa Gudeg Yu Sum yuk. Mo bikin perbandingan rasa beberapa gudeg Solo-Yogya di tulisan mendatang. Dukung saya pake vocher makan gudeg ya kaka. 😀

  17. Agung Han says:

    Jadi kangen sama Jogja, saya dulu langganan makan di Wirobrajan 🙂

  18. rahmiaziza says:

    Bakmi kuah keliatannnya segeeer. Ah jadi kangen Jogja, kangen belaja di Malioboro hehehe

    1. Apalagi bakmi kuah yang dimakan pas hujan sore hari, bonus warung yang punya pemandangan pinggir sawah. Nikmat. 😀

  19. Salman Faris says:

    Halim sukses bikin gue ngiler banget hahaha, apalagi bakmi jowo sama gudegnya itu enak banget kelihatannya hehehe

    1. Nahh iya kemarin pas di Solo mo kuajakin makan Bakmi Jawa yang enak di Solo kelupaan. Suk mlipir lagi ke Yogya ama Solo lagi ya, Man 🙂

  20. huaaa beneran ngiler aku bacain atu atu, palagi liat fotonya hihi
    kayaknya aku lagi ngincer pecel nih

    1. Hahaha semoga pas baca ini kondisi perut sudah terisi yah, biar nggak ngidam pecel sampai Yogya. 😛

  21. fahrurizki says:

    sego goreng mbah marto, pasti mantappppp

    1. Mantap meski ada yang lebih mantap lagi, masakan ibu di rumah hahaha. Kalau ke Solo atau Yogya berkabar agar bisa saya ajak ke warung bakmi Jawa enak. 🙂

  22. ndundupan says:

    Lain kali coba sate klatak pak untung di imogiri mas http://www.panduaji.net/2015/08/kuliner-sate-klatak-pak-untung-di.html . kalau enggak gitu di deket aloon aloonn kidul ada warung nasi jinggo yang juga recomended dan murah meriah 😀

  23. Iwan Tantomi says:

    Mangut lele, kemarin belum kesampaian, cuma ngelewatin doang 😑

    1. Duhh sayang banget, padahal Mangut Lele itu kuliner uenakkk di Bantul, DIY. Itu artinya kak Tom disuruh balik ke Yogya lagi. 🙂

    2. Iwan Tantomi says:

      Yaudah nanti ke sana lagi, toh juga selemparan sandal dari Malang

      (((SELEMPARAN SANDAL)))

  24. Mydaypack says:

    hehee iyaa sama2, jangan lupa mampirjuga yah di mydaypack.com

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.