Bakdan ing Pasar Gede SOLO

Dilimpahi warisan budaya Jawa yang masih lestari dan beberapa bangunan bersejarah yang belum tergerus oleh modernitas menjadi salah satu keunggulan Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan sebutan Kota Solo. Sadar belum mempunyai label kota wisata dan tidak punya potensi wisata alam seperti kabupaten-kabupaten di sekitarnya, pemerintah Kotamadya Surakarta selalu giat mengadakan event bulanan yang sudah diagendakan setiap tahunnya.

Libur lebaran menjadi salah satu momen yang diharapkan dapat mengenalkan seperti apa wajah Solo. Jan e ono opo ning Sala? Berbagai upaya dilakukan guna menahan wisatawan dari luar kota yang tengah mudik di Solo Raya ataupun turis yang sengaja atau malah tidak sengaja nyasar liburan di Kota Solo. Maka dari itu sengaja dimunculkan rentetan acara seni dan budaya yang digelar usai perayaan Idul Fitri.

smile of market
Wajah-wajah di pameran foto “Pesona Pasar”

Selain Grebeg Syawal yang merupakan agenda rutin Kasunanan Surakarta Hadiningrat untuk menyambut Idul Fitri, Kota Solo juga menyiapkan event bertema Bakdan ing Solo seperti Bakdan ing Balekambang di Taman Balekambang dan pertunjukan Sendratari Ramayana yang digelar di Benteng Vastenburg. (Bakdan, bahasa Jawa dari berlebaran). Mulai tahun 2016 tema diperluas dengan menambahkan sebuah festival yang berlokasi di pasar-pasar tradisional di Kota Solo dengan nama Festival Pesona Pasar Tradisi.

Pasar Gede Hardjonagoro, Pasar Triwindu dan Pasar Kembang menjadi lokasi penyelenggaraan festival. Selama tiga hari berturut-turut mulai dari tanggal 8 Juli sampai 10 Juli 2016 ditampilkan tari-tarian budaya, pertunjukan musik etnik, dan parade kostum hias di masing-masing pasar.

Tak hanya itu saja, beragam ekspresi dari para pedagang pasar, mbok gendong, tukang parkir hingga pak becak diabadikan dalam potret muka yang dipajang di depan pasar. Gambar aktivitas sehari-hari mereka juga diambil secara khusus dan dipamerkan di Galeri Pasar Gede Hardjonagoro sisi Barat lantai dua.

Saya menyempatkan diri untuk menonton pada hari kedua di Pasar Gede Hardjonagoro dan hasilnya tidak mengecewakan. Awalnya ada rasa pesimis, siapa sih yang mau menonton acara sederhana semacam ini di saat mereka yang liburan panjang justru sibuk browsing tempat wisata yang berbau alam dan tantangan.

Tidak jarang para wisatawan justru lebih grenk dengan festival besar yang digembar-gemborkan oleh media massa jauh hari sebelumnya. Meski pada akhirnya pertunjukan besar itu rata-rata hanya menjadi tontonan petinggi negara semata yang duduk di panggung kebesaran dan tidak mau duduk bersama rakyatnya #ups. 😀

Sanggar Metta Budaya Surakarta
Sanggar Metta Budaya Surakarta

Kenyataan yang terjadi pagi itu wajah festival terlihat merakyat. Sejumlah penonton baik warga Solo maupun pengunjung dari luar kota menyempatkan berhenti sejenak di depan pintu masuk utama Pasar Gede Hrdjonagoro. Tidak ada kursi kebesaran untuk petinggi negara apalagi panggung megah seperti festival-festival pada umumnya. Penonton berdiri dan berbaur dengan pedagang pasar yang juga antusias melihat permainan alat musik yang dimainkan oleh anak-anak dari Sanggar Metta Budaya Surakarta.

Alat musik pukulnya menggunakan drum-drum bekas cat tembok, drum air, botol-botol minuman soda, dan galon-galon air mineral. Suara yang dikeluarkan berpadu dengan dentingan marching bells dan tabuhan drum. Musik yang mereka mainkan diikuti goyangan dari ibu-ibu berpakaian ala mbok gendong (sebutan juru angkat di pasar) dengan atribut yang sudah dihias agar lebih menarik.

Usai parade singkat, maestro tari asal Solo, Bambang Besur membawakan pertunjukan “Badak-Badak” lantai dua gedung barat pasar. Sayangnya gerakan nyentrik dan musik alami yang keluar dari pita suaranya kurang diminati orang awam. Tari kontemporer yang dibawakan Bambang Besur masih terasa aneh bagi beberapa golongan. Hanya jajaran fotografer dan pemburu foto berita yang terlihat menikmati obyek yang meliuk-liukkan tubuh berbalut kain warna keemasan tersebut.

Di hari berikutnya giliran grup musik Kemlaka memainkan beberapa lagu diiringi perkusi dan tabuhan yang bernuansa etnik. Mereka juga berkolaborasi dengan sanggar tari Pesona Nusantara yang unjuk kebolehan dalam menari Tari Gugur Gunung dan Tari Paci asal NTT. Dilanjutkan dengan tarian berjudul “GRAY” yang dibawakan oleh Nungki Nurcahyani di dalam pasar! Mbak yang satu ini berjalan, menari, bersandar di lemari dagangan sesuai dengan insting seninya disaksikan pembeli yang lalu lalang di sana.

Jelang pukul 10.00 WIB, penonton diarahkan menuju Gedung Pasar Gede sebelah barat untuk menonton pertunjukan tunggal penari dan pemusik dari grup Sumeleh yang terdiri dari empat orang yang masing-masing bernama Galih, Sunarso, Mintari dan Surni. Gerakan tari mereka yang Solo banget berhasil membius pemburu foto dan penonton yang antusias melihat dari awal hingga akhir.

Secara tidak langsung Festival Pesona Pasar Tradisi yang berlangsung di Pasar Gede Hardjonagoro, Pasar Triwindu dan Pasar Kembang selama tiga hari itu berhasil membuat orgasme para pemburu foto. Juga sukses menjadi tontonan bermutu warga Solo yang berlibur di kotanya sendiri, enggan terjebak macet di antara ribuan orang yang liburan panjang serentak di kota-kota wisata.

Festival Pesona Pasar Tradisi yang merakyat ini seolah memberikan anggapan bahwa libur lebaran di kota sendiri saja sudah mengasyikkan, kenapa harus belain piknik ke kota lain? Belum tentu kota sebelah punya suasana liburan yang merakyat seperti di sini, kan? 😉

31 Comments Add yours

  1. Huahuahua, seru juga acara di Solo, mas 😀
    Sebenarnya ahri ini paling rame itu di Jepara, sayangnya aku udah kerja 😦

    1. Yahh sayang banget nggak singgah di Jepara untuk lihat ramainya syawalan di sana, Sitam. Mesti nunggu tahun depan lagi donk hehehe

  2. dwisusantii says:

    “bahwa libur di kota sendiri saja sudah mengasyikkan, kenapa harus belain piknik ke kota lain?”

    Adalah alasanku untuk terus mengenal dan menulis kota sendiri mas. Jadi dolannya cuma di timur rumah, selatan rumah, ehehehe.
    Tapi bolehlah besok ke solo dikabari pas ada event kaya begini. Aku suka liat poto poto di pameran pesona pasarnya ituuu :’)

    1. Dolan rada timur lagi ketemu Klaten trus Solo loh. Hayoo udah pernah ke umbul-umbul di Klaten belum? 😀
      Sekali-kali eh sering juga boleh, main dan lihat rumput tetangga biar bisa bandingin dengan rumput di rumah sendiri, mbak Dwi hehehe.

  3. Solo kadang emang punya wajah yang disembunyikan je. Kalau ke Solo biasanya bingung mau kemana, lha iki malah ada acara keren gini. Aku juga ikutan orgasme baca tulisanmu mas. #Eh

    1. Nah loh hahaha. Kalo demen seni tari klasik, pertunjukan musik etnik, apalagi wayang orang boleh intip Kota Solo rodo lama. Festival musik sudah antre untuk beberapa bulan depan, ada SIPA, Solo City Jazz, Festival Payung dll. 😀

  4. Ketika potensi alam tidak bisa dijual maka kreativitas lah yang harus mengambil alih. Rupanya para penentu kebijakan di Solo mengambil langkah yang kedua ini. Hebat. Semoga semakin banyak acara kesenian seperti ini dan jadi ciri khas kota Solo. Dengan demikian akan semakin banyak wisatawan yang melirik ke kota ini

    1. Langkah yang diambil bisa dibilang banyak rintangan karena belum semua wisatawan yang nyasar di Solo suka dengan suguhan semacam ini. Kadang tetap berharap bangunan bersejarah bisa dikombinasikan dengan kesuksesan pertunjukan seni di dalamnya. Agar semakin menggugah minat pariwisata Indonesia terhadap seni, budaya dan heritage seperti yang sudah berhasil dilakukan oleh negara tetangga. 🙂

  5. BaRTZap says:

    Ah serunya acara libur lebaran di Solo. Kalau di Bogor isinya cuma macet Lim, aku kemarin lebih milih di rumah aja daripada jalan-jalan akhirnya 😀

    1. Dilema kalo hidup di kota wisata ya, Bart hehehe. Antara senang kota atau kabupatennya jadi rame wisatawan, tapi di sisi lain kok nyebelin karena warga aslinya malah jadi nggak leluasa bergerak ke mana-mana. 😀
      Tahun depan kabarnya event serupa akan digelar lagi di pasar-pasar. Harapanku sih ramenya wajar saja, jangan sampai mbludag tak terkendali yang berakibat macet di jalan yang dilalui para pemudik. 😀

    2. BaRTZap says:

      Iya dilema banget, apalagi kalau pemerintah kota belum berhasil menemukan ramuan yang pas untuk membuat kota menjadi sedikit lebih teratur 😦

  6. Hastira says:

    wah keren sekali nih acara , benar2 bakal dikenang wisatawan

    1. Hiburan sederhana yang merakyat di kota Solo yang so selow, mbak Tira 😀

  7. tggl 8 kmrn balik dr wonogiri knp gak mampir sini dulu ya 😦

    1. Yahh padahal informasinya banyak disebar di media sosial seminggu sebelum lebaran. Brarti tunggu lebaran tahun depan lagi. 😀

  8. audris says:

    Bandung ga ada ginian :(( asik ya ada hiburan di kota sendiri, mana fotonya ketje ketje bisa untuk aplot ig wkwk.

    1. Hehehe kemarin puas banget ambil banyak gambar selama pertunjukan berlangsung, obyeknya fotogenik semua. 😀

  9. yogisaputro says:

    Keren banget. Liburan menarik, murah meriah.
    Pengen banget ke tempat-tempat wisata pas ada festival gitu, karena rasanya beda.

    1. Dua bulan ke depan ada deretan festival, pertunjukan musik di Kota Solo. Mulai dari SBC ( Solo Batik Carnival ), SIPA ( Solo International Performing Arts ), Solo City Jazz bulan September 🙂

  10. Gara says:

    Bagus ya Mas event-nya. Selain mengenalkan sisi lain budaya Jawa ke masyarakat luas, pagelarannya juga jadi angin segar banget buat Solo, memantapkan identitas sebagai kota budaya. Nggak sabar nih buat bisa main-main ke Solo, hehe. Mana tahu ada acara yang bisa saya lihat secara langsung. Btw framing pengambilan fotonya keren Mas, seperti sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui.

    1. Akhir bulan Juli ada satu event yang bisa diintip di Taman Balekambang. Semoga waktunya pas dan nggak mepet dengan jadwal yang lain ya hehehe. Pastinya next trip ke Solo kudu sempetin lihat Wayang Orang Sriwedari, Gara. Ntar kumintain izin buat masuk ke ruang rias pemain sebelum mereka mentas biar ada kesan tentang Solo. 😉

  11. jonathanbayu says:

    Pasar gede paling favorit mah kalo pas pulang kampung, cari apa aja ada apalagi kulinernya..lengkap 😀

    1. Loh asli manakah, Jo? Solo? Solo Raya? Ingatanku kok mengatakan dirimu anak ibu kota hehe

    2. jonathanbayu says:

      Saya asli jawa mas Halim, cuma kelamaan aja di ibu kota hehe

    3. jonathanbayu says:

      eh iya maksudnya asli Solo raya haha *salah tulis*

    4. Jangan-jangan kita tetangga kampung? Hahahaha. Kabar-kabar kalo pas pulang Solo yes, siapa tahu aja bisa ketemuan. 😉

    5. jonathanbayu says:

      Wah bisa jadi nih haha
      Sip mas, kalo pulang saya kabari biar ketemuan hehe

  12. Yasir Yafiat says:

    Wow… Salut dengan Solo. Selalu mengembangkan seni dan budaya yang ada untuk menarik wisatawan. Kota yang penuh dengan seni dan budaya. Ajiiiib…

    1. Kalo suka dengan seni tari Jawa klasik di sini gudangnya. Suka dengan pertunjukan seperti Wayang Orang, di Solo asalnya. Kalo demen musik etnik yang bertaraf internasional bisa juga mlipir ke Solo. Hahaha komplitlah cari yang berunsur seni dan budaya Jawa 🙂

  13. ah aku suka nih ngamatin budaya kek gini
    trus dari foto fotonya juga bercerita banget
    tapi sejujurnya aku takut ama yang dibedakin putih xixixi

    1. Nyaris setiap satu bulan sekali Solo punya event atau festival dan carnaval yang bisa diintip loh. Yuklah main ke Solo hehehe.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.