Menyelami Edukasi Rumah Atsiri

“Tanpa kita sadari, sesungguhnya ada tanam-tanaman yang mengandung minyak atsiri di sekitar kita,” ujar Nobi, staff ahli botani Rumah Atsiri Indonesia, sembari menunjuk daun serai di sampingnya. Tidak lama kemudian, dia memotong kecil selembar daun serai wangi lalu menyodorkannya ke peserta Tour Taman. “Ini yang minyak atsirinya kita kenal dengan citronella oil,” tambahnya. “Berbeda dengan serai dapur yang sering disebut lemongrass.”

Jika tidak diamati dengan teliti, bentuk serai wangi dan serai dapur hampir mirip. Padahal daun serai wangi lebih tinggi dan merunduk dibandingkan dengan daun serai dapur. Wanginya pun lebih kuat serai wangi. Tidak salah jika ditilik dari sejarahnya, bangunan lama Rumah Atsiri Indonesia yang berlokasi di Desa Plumbon, Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah pernah berfungsi sebagai pabrik penyulingan minyak atsiri yang sebagian besar bahannya adalah serai wangi.

Kali kedua kunjungan saya ke Rumah Atsiri Indonesia pada November 2018, tampak ada beberapa pembenahan tata ruang dibandingkan sebulan sebelumnya. Seperti penempatan ruang pameran barang koleksi milik pabrik lama yang sudah ditata rapi di area lobby dan souvenir outlet yang sudah menempati ruang baru lebih luas. Hingga tulisan ini diterbitkan, belum semua ruang di Rumah Atsiri Indonesia difungsikan. Namun, keindahan arsitektur pabrik peninggalan Bulgaria dan wujud baru hasil rekonstruksinya selalu membuat saya terkagum-kagum dan betah.

Sejarah Rumah Atsiri Indonesia berawal dari kisah panjang kerja sama ekonomi antara pemerintah Indonesia dan Bulgaria yang mulai dilakukan pada tahun 1961. Dalam perkembangannya semasa Republik Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Sukarno, pemerintah Bulgaria memberikan dukungan di bidang teknik dan ilmu pengetahuan untuk mempererat hubungan bilateral mereka.

Pada tanggal 1 Agustus 1963, mereka mewujudkannya dengan mendirikan sebuah pabrik minyak atsiri di Desa Plumbon, Tawangmangu yang diberi nama Pabrik Citronella. Sebagai negara penghasil minyak wangi, Bulgaria memerlukan biang minyak atsiri untuk produksinya. Indonesia sendiri diuntungkan karena bisa memanfaatkan hasil panen serai wangi yang tumbuh subur di tanah Jawa.

Rumah Atsiri Indonesia
Rumah Atsiri Indonesia

Sayang gerakan revolusi yang melanda Indonesia pasca Gestapu 1965 memberi dampak cukup besar bagi kelangsungan Pabrik Citronella. Bulgaria termasuk salah satu negara di Eropa Timur yang menganut paham komunis Soviet kala itu. Empat tahun kemudian, seluruh tenaga ahli asal Bulgaria terpaksa pulang ke negaranya dan pengelolaan pabrik dioper sepenuhnya ke Perusahaan Negara (sekarang BUMN) naungan Departemen Perindustrian Rakyat.

Akibat tidak diimbangi dengan ekonomi yang stabil, Pabrik Citronella sempat dilikuidasi dan diambil alih oleh PT Intan pada tahun 1986. Pabrik minyak atsiri yang dikelola PT Intan hanya beroperasi sampai tahun 2011 saja. Selanjutnya pabrik dibiarkan tanpa aktivitas, mangkrak, bahkan peralatan pabrik berbahan tembaga warisan Bulgaria telah hilang satu-persatu.

September 2015, pabrik kosong tersebut berpindah kepemilikan lagi. Kali ini diambil alih oleh PT Rumah Atsiri Indonesia yang mengubah fungsi awal Pabrik Citronella menjadi sebuah museum tentang minyak atsiri sekaligus taman edukasi untuk segala usia. Bangunan kosong pabrik digunakan sebagai restoran, ruang pameran, dan ruang kelas. Lalu halaman yang mengelilinginya telah ditanami pepohonan dan bunga-bunga beratsiri.

Siang itu Nobi tidak memandu seorang diri, dia didampingi oleh Nice selama membawa peserta Tour Taman berkeliling ke Atsiri Garden dan Atsiri Plantation. Selama dua tahun terakhir, Rumah Atsiri Indonesia mengembangkan dan membudidayakan berbagai tanaman atsiri. Kebun mereka kini memiliki sekitar 40-an tanaman atsiri yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia sampai benua seberang.

“Siapa tahu apa itu atsiri?” tanya Nobi. Ada yang menjawab essential oil, ada pula yang spontan menjawab minyak terbang. “Tidak ada kata lain untuk atsiri. Atsiri ya atsiri. Padanan Bahasa Indonesia atsiri adalah asiri yang berarti mudah menguap pada temperatur relatif rendah. Hasil penyulingan dari tanaman beratsiri itulah yang dinamakan minyak atsiri atau minyak eteris atau minyak terbang.”

Selama tur, kami diajak mengenali jenis tanaman yang bisa disuling minyak atsirinya dan kegunaannya. Bau-bauan yang dikeluarkan oleh tanaman atsiri pada dasarnya berguna sebagai alat pertahanan agar tidak diserang oleh hama. Kandungan minyak atsiri bisa bersumber dari daun, biji, bunga, kulit, dan akar tanaman tersebut. Meskipun demikian, tidak semua tanaman yang daun atau bunganya mengeluarkan wewangian dan bau menyengat bisa digolongkan sebagai tanaman yang mengandung minyak atsiri.

Beberapa tanaman atsiri yang ditanam di sana sering saya dengar bahkan jumpai di sekitar rumah, sebut saja Kamboja, Melati, Kenanga (Cananga odorata), Sedap Malam, Kemuning (Murraya paniculata), Lada, Kemangi, Cengkih, Jahe, Laos, dan daun Pandan. Mereka juga menanam Nilam yang terbagi beberapa jenis lagi, Nilam Jawa, Nilam Sabun, dan Nilam Aceh. Di petak yang lain terdapat tanaman Adas, Jeringau (Acorus calamus), Rosemari, Chamomile (Matricaria chamomilla), Sage, Lavender, daun Mint, Eukaliptus (Eucalyptus sp.), pohon Kayu Putih (Melaleuca leucadendron), pohon Cendana, pohon Gaharu, dan lain-lain.

Jenis tanaman Atsiri di Indonesia bisa dibaca di sini.

Tanaman favorit saya selama berkeliling taman adalah Mawar Bulgaria (Rosa damascena) yang memiliki bunga warna merah muda. Sering disebut Mawar Damaskus, meskipun mawar ini banyak dijumpai di negara asalnya, Turki dan Bulgaria. Bibitnya didatangkan langsung dari Bulgaria. Samar-samar baunya mirip dengan bunga Mawar ndeso yang dulu tumbuh liar dan sumbur di Tawangmangu.

Tak kalah menarik adalah Palmarosa (Cymbopogon martini), jenis rumput asal negara India. Dari kejauhan Palmarosa mirip ilalang liar dengan bunga kecil warna kuning kecoklatan. Ketika diraba daunnya, aroma tipis bunga mawar akan keluar dan menempel di telapak tangan. Tak heran minyak atsiri dari daun Palmarosa sering dijadikan sebagai campuran sabun, minyak wangi, bahkan campuran air mawar palsu.

Cara pemandu Tour Taman di Rumah Atsiri Indonesia boleh saya bilang sangat mengedukasi bagi orang awam yang belum terlalu mengenal tanaman atsiri. Kami tidak hanya diajak mencium, meraba, dan meremas daun atau bunga supaya aroma atsirinya keluar, tetapi juga diajarkan membedakan bau dan kegunaan dari dua jenis tanaman yang terlihat mirip. Seperti beda aroma antara serai wangi dan serai dapur yang dijelaskan oleh Nobi di awal.

Sesekali saya juga diperbolehkan mengunyah daun yang telah dipetik khusus oleh pemandu sebagai percontohan tanaman atsiri. Daun Mint salah satunya. Mint dapur berdaun hijau muda yang sering dipakai sebagai campuran minuman ternyata berbeda dengan Mint coklat berdaun kecil meruncing kecoklatan. Mint coklat punya rasa lebih segar dan pedas setelah dikunyah dan dikecap.

Dilarang memetik daun atau bunga tanpa pengawasan dan seizin pemandu Rumah Atsiri!

Dari ilmu botani kilat yang disampaikan oleh kedua pemandu Tour Taman, saya jadi belajar membedakan Ylang-Ylang atau Kenanga Filipina yang ternyata tidak seharum Kenanga tanaman hias rumah meskipun genus mereka sama. Begitu juga dengan Lavenderan (Salvia leucantha) yang selama ini sering disangka sebagai Lavender karena memiliki bunga warna keunguan. Ternyata oh ternyata Lavenderan sejatinya adalah Sage Meksiko, termasuk dalam golongan tanaman herbal Sage yang daunnya beratsiri.

Setelah Tour Taman selesai, saya beranjak ke ruang peraga distilasi yang bisa dilihat secara langsung oleh pengunjung Rumah Atsiri Indonesia setiap hari Sabtu dan Minggu mulai pukul 12.00 WIB. Bukan proses penyulingan minyak atsiri dalam jumlah besar yang dilakukan oleh Baim, salah satu staf R&D Rumah Atsiri, melainkan proses sederhana dari bahan mentah tanaman atsiri yang dikukus dengan nyala api sedang selama berjam-jam sehingga menghasilkan minyak nabati berwujud cairan kental.

Baim menggunakan alat masak berbahan stainless steel seperti dandang yang wadahnya memiliki penyekat berlubang yang memisahkan air di dasar dengan bahan mentah di atasnya. Daun serai wangi yang dipanennya pagi hari telah dipotong-potong agar dalam satu wadah bisa muat banyak. “Lima kilogram serai wangi yang dipanasi dengan suhu rendah selama kurang lebih 3 sampai 4 jam akan menghasilkan minyak sekitar 30 mililiter saja,” jelasnya.

Seperti saya sebutkan sebelumnya bahwa kandungan minyak atsiri bersumber pada setiap bagian tanaman, yakni daun, biji, bunga, kulit, dan akar. Proses distilasi sederhana yang dilakukan oleh Baim hanya digunakan untuk menyuling minyak dari daun beratsiri. Singkatnya uap hasil rebusan serai wangi akan keluar dari ketel dan dialirkan naik ke tabung.

Tabung tersebut terdiri dari dua lapis. Tabung dalam untuk menampung hasil penguapan, sedangkan tabung bagian luar untuk mengalirkan air dalam proses pendinginan agar semua uap dapat terkondensasi. Hasil akhir penyulingan akan mengalir ke pipa separator yang memisahkan air dan minyak.

Proses distilasi daun berbeda dengan penyulingan bunga seperti mawar dan melati yang memiliki kelopak bunga mudah layu saat dikukus. Mereka memerlukan perhatian khusus dengan cara membalut satu-persatu kelopaknya memakai minyak nabati yang tidak berbau (biasanya lemak babi) agar kandungan atsirinya terserap. Setelah melalui proses pelapisan berulang-ulang, minyak nabati itu yang akan disuling menjadi minyak atsiri, bukan menyuling dari bunganya langsung.

Rumah Atsiri Indonesia
palmarosa Rumah Atsiri Indonesia

Usai mengelilingi Rumah Atsiri sekali lagi dan mengikuti tur singkat, saya jadi semakin paham apa itu atsiri dan macam-macam tanaman beratsiri. Rata-rata bibit minyak atsiri memberi efek menenangkan, antiseptik, dan regenerasi sel. Selain digunakan sebagai aromaterapi, minyak atsiri juga tidak lepas dari kehidupan sehari-hari. Minyak kayu putih adalah salah satu manfaat dari minyak atsiri yang disuling dari Kayu Putih. Komposisi bahan untuk membuat krim wajah, sabun mandi, hingga parfum pun tidak bisa jauh dari minyak atsiri.

Rumah Atsiri Indonesia bukanlah sebuah wahana yang hanya memanjakan wisatawan untuk berswafoto dengan latar belakang taman bunga saja. Kekayaan tanaman atsiri yang dipamerkan di kebunnya menyadarkan saya betapa kaya hasil alam Indonesia. Sepulang dari sana malah jadi ingin menanam tanaman atsiri sendiri di rumah. Menelusuri pabrik-pabrik penyulingan atsiri yang masih tersisa di Indonesia sepertinya menarik juga. 😉


Note: Jika tertarik mengikuti Tour Taman, bisa melakukan pendaftaran terlebih dahulu di Rumah Atsiri Indonesia setiap hari atau datang langsung dan mendaftar di ruang penerima tamu mulai pukul 10.00 hingga 16.00 WIB.

Advertisement

14 Comments Add yours

  1. Bama says:

    Ohh langsung aha moment buatku setelah baca postingan ini. Jadi waktu trip ke Bhutan bulan lalu, pemanduku memetik sejenis rerumputan yang dia bilang “lemongrass”. Tapi pas aku cium aromanya beda dengan serai yang selama ini aku tau. Ternyata ada dua jenis serai, dan yang aku cium di sana itu ternyata citronella. Wah, tempat ini menarik banget, Halim. Aku kayaknya bisa betah berlama-lama di sana sambil menghirup aroma wewangian alami di sekeliling. Berdasarkan informasi yang kamu tau, di Rumah Atsiri Indonesia ini menyediakan tur dalam Bahasa Inggris juga gak ya? Karena aku langsung kepikiran kayak Museum Ullen Sentalu yang ada tur dalam dua bahasa jadi sangat membantu wisatawan asing yang pengen belajar lebih jauh tentang aspek-aspek budaya Indonesia.

    1. Yakin deh dirimu pasti betah lama singgah di sana, Bama. Saya sendiri saja keliling taman, mondar-mandir mengagumi fasad bangunannya dari pagi sampai sore hahaha. Dari Rumah Atsiri, saya juga baru nyadar bahwa ternyata ada banyak tanaman dengan genus yang sama, tapi menghasilkan bebauan dan khasiat yang berbeda. Atau sebaliknya, bentuk daun mirip, tapi beda nama dan bau seperti Eukaliptus dan Kayu Putih. 😀

      Untuk pemandu berbahasa asing, menurut info dari staf di sana, sudah pemandu yang bisa memandu wisatawan asing dengan Bahasa Inggris. Hanya saja untuk ahli botani yang bisa menjelaskan seluk-beluk tanaman atsiri masih perlu diasah kemampuan berbahasa Inggris mereka supaya tidak salah menyampaikan informasi penting ke pengunjung. 🙂

  2. Sekilas aku baca malah keingat sama buku Aroma Karsa hahahahah. Ceritanya sama-sama tentang bunga, ekstrak bunga, sampai aroma yang bisa dijadikan parfum.

    1. Malah belum baca Aroma Karsa, kirain isi novelnya Dee seputar rasa karsa makanan aja hehehe. Jadi penasaran baca deh. 😀

  3. Evi says:

    Jadi ingat masa kecil, di halaman rumah nenekku rimbun oleh serai wangi. Tak pernah dimanfaatkan, hanya acara balimau (sehari menjang ramadhan) digunakan untuk membuat ramuan mandi..

    Jadi aslinya atsiri itu gunanya sebagai benteng pertahanan tumbuhan ya? Baru tahu

    1. Wahh menarik nih tanaman serai wangi ikut andil dalam acara adat. Kalau ada link tulisannya boleh dibagi, tante Ev. 😀
      Bau-bauan yang dihasilkan tanaman atsiri selain untuk menarik perhatian serangga yang membantu penyerbukan bunga, ada juga yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap predatornya. 🙂

  4. minyak2 atsiri ini aku tau dari instagram yang sering bersliweran dipromosikan oleh para influencer. yang aku kenal dan banyak orang menanam di sini ya daun nilam atau kami lebih mengenalnya sebagagi daun “dilem” biasanya sehabis dipanen terus dijemur sampai kering baru kemudian dijual ke pengepul. lalu jadi inget daun koka yang di bukunya trinity, hehehe ga ada hubungannya sih

    1. Tanaman atsiri fungsinya tidak bisa jauh dari tanaman herbal. Seperti nilam yang kata Hendi dikeringkan lalu dijual ke pengepul, brarti daun kering tersebut buat konsumsi jamu atau rebusan obat. Berbeda dengan pemanfaatan sebagai atsiri, nilam yang masih segar akan disuling untuk diambil minyak atsirinya. 🙂

  5. dwisusantii says:

    Mas, pertama: Kamu udah lamaa enggak posting tapi tulisanmu masih yahud begini. Ahaha. Kedua: Setelah baca, aku jadi googling serai yang aku tanam di rumah itu serai dapur apa serai wangi. Dan masih bingung. Haha.
    Oalah, air mawar yang dijual di penjual-penjual bunga itu juga memanfaatkan ini? aku kira benar-benar dari mawar diperes-peres :p

    1. Hahaha ini jawab yang pertama kudu tersipu malu atau senyumin aja? 😀 😀 Untuk serai, gampangnya begini… kalau daunnya diremas ada bau seperti daun jeruk, brarti serai dapur. Sedangkan serai wangi punya daun berbau samar-samar minyak telon. 🙂

  6. Hmmm, menarik sekali. Tulisan ini memancing rasa penasaran dan keinginan untuk ikut tur hahaha. Di luar Sabtu-Minggu, aktivitasnya di sana ngapain? Riset/penelitian dan produksikah? Melihat produk minyak yang dihasilkan, itu apakah dipasarkan secara bebas atau tergantung pada permintaan, Mas?

    Membaca ini, kita jadi merasa bersyukur, warisan dari kerja sama Indonesia-Bulgaria bisa dipertahankan bahkan berinovasi.

    1. Weekday, pengunjung bisa rikues kelas atau mengunjungi exhibitionnya. Untuk aktivitas laboratorium masih belum siap dibuka untuk umum. Mudah-mudahan tahun depan sudah buka semua. Bangunan tua ini memiliki tuan baru yang peduli terhadapnya, sehingga auranya tetap melekat tanpa mengubahnya secara drastis. 🙂

    1. Mari berkunjung ke Rumah Atsiri Indonesia 🙂

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.