Permandian ala Keraton Umbul Tirto Mulyo

Dewasa ini sekelompok orang memperkenalkan tempat wisata agar menjadi kekinian sangatlah gampang. Kata lainnya banyak jalan singkat untuk bikin populer mereka di media sosial secara instan. Unggah gambar cantik dan membanggakan diri seolah menjadi yang pertama kali datang dan bahagia adalah hal-hal yang terlihat lumrah bagi anak generasi zaman sekarang.

Saya pun menyadari bahwa hal tersebut membantu memberi pandangan baru terhadap tempat yang belum pernah dikunjungi. Ketika gambar sebuah kolam permandian berair jernih dikelilingi tembok batu bata merah yang bernama Umbul Tirto Mulyo tersebar luas, saya ikut terpancing untuk melihatnya lebih dekat. Hasilnya tidak hanya bertemu dengan sebuah tempat masih sepi saja. Namun, ada kisah masa lalunya yang menarik ditelisik.

gerbang Umbul Tirtomulyo

Persis di gerbang masuknya terdapat sepasang arca dwarapala dengan mata mengarah ke depan, seakan-akan bertugas sebagai penjaga tempat yang dulu pernah disakralkan. Seperti asal muasal penamaannya, Umbul Tirto Mulyo yang terletak di Desa Kemasan, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah tersebut diartikan sebagai sumber mata air yang mulia. Tirto mempunyai arti air, sedangkan Mulyo berarti yang dimuliakan.

Tidak terlalu jauh jika ditempuh dari Kota Solo, hanya berjarak sekitar 20 kilometer dari pusat kota. Sayang keberadaan sumber mata air Tirto Mulyo sempat terabaikan selama beberapa dekade. Belum banyak yang mengenalnya sebagai umbul atau kolam mata air yang bisa direnangi oleh pengunjung dari luar. Kalah pamor dengan permandian Pengging yang terletak di kabupaten yang sama.

Kelompok-kelompok tertentu termasuk beberapa kerabat keraton Solo yang masih mengagungkannya. Padahal tidak terlalu susah mencari lokasi umbul yang terus mengeluarkan mata air jernih di Desa Kemasan itu. Jalurnya searah dengan umbul-umbul di Kabupaten Klaten. Lokasinya juga sudah terdeteksi oleh google map. Bedanya, Umbul Tirtomulyo masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Boyolali.

Sebenarnya ada beberapa sumber mata air lain di desa tersebut, tetapi hanya Umbul Tirto Mulyo yang tampak dirawat dan sudah diberi sentuhan baru oleh investornya. Diakui oleh penjaga Umbul Tirtomulyo bahwa area tersebut sudah banyak berubah. Dulu bentuk kolam tidak sebagus sekarang. Lumut tebal dan bandel pernah menempel di tepiannya. Bahkan tembok terbuat dari batu bata merah dan pintu kayu yang terlihat seperti sekarang terbilang baru.

Kisah Umbul Tirto Mulyo tidak terlepas dari peranan Sri Susuhunan Paku Buwono X yang dikabarkan sering berkunjung di sana pada hari-hari tertentu puluhan tahun silam. Umbul Tirtomulyo sudah diperkenalkan sejak masa Sri Susuhunan Paku Buwono X (PB X) memerintah Kasunanan Surakarta Hadiningrat (bertahta tahun 1866 – 1939). Raja dan kerabatnya pernah berkunjung ke Umbul Tirtomulyo untuk menggelar padusan menjelang bulan Ramadan atau sekadar tirakatan.

Wajar jika mengingat lokasinya yang tidak jauh dari Umbul Pengging, tempat rekreasi keluarga raja Kasunanan Surakarta kala itu. Yang terdengar tidak masuk di akal justru kebiasaan berendam di malam hari pada masa tertentu oleh beberapa golongan. Datang untuk mencari berkah dari langit dan berburu pencerahan, atau masih menggunakan taman air peninggalan kerajaan sebagai sarana terkabulnya doa dan permohonan menjadi alasan-alasan kelompok tersebut mengunjungi Umbul Tirto Mulyo.

Kini kompleks permandian sudah dikelilingi oleh tembok berbahan bata merah guna mempertegas area permandian. Gapuranya dibikin mirip bekas keraton Kotagede yang terletak di Yogyakarta dengan pintu kayu berukir gaya Jawa Kuno. Pun terdapat pelataran kanan dan kiri sebagai tempat tunggu dan istirahat pengunjung. Kamar ganti dan toilet telah tersedia di sana. Sementara kolamnya berada di tengah-tengah bangunan dengan umbul yang mempunyai arti mata air mumbul atau naik ke permukaan memenuhi kolam.

pendapa taman air Tirtomulyo
taman air Tirtomulyo yang asri

Saat mengunjunginya pada hari biasa, kolam persegi dengan kedalaman satu setengah hingga dua meter tersebut terlihat sepi. Tampak anak-anak asal Desa Kemasan saja yang meramaikan suasana kolam. Mereka tanpa ragu melepas bajunya, lalu langsung meloncat dari tepi kolam. Dinginnya air mereka abaikan. Oh ya, Umbul Tirtomulyo yang dibuka untuk umum sejak beberapa tahun lalu sudah menyediakan jasa persewaan ban pelampung yang bisa dipakai oleh siapa saja yang memerlukannya.

Sejauh ini belum ada loket khusus yang menarik tiket retribusi pengunjung. Tersedia kotak di depan pintu masuk sebagai wadah bagi pengunjung untuk membayar biaya masuk secara sukarela. Berikan jumlah yang wajar karena perawatan kolam masih dilakukan oleh penjaganya langsung. Mengingat masih ada yang menganggapnya sebagai sebuah tempat yang sakral, alangkah baiknya tetap menjaga tutur kata dan tindakan ketika berkunjung ke sana.

Di balik kesan mistis yang terlanjur disematkan oleh beberapa kelompok, Umbul Tirtomulyo memiliki sumber mata air jernih, segar, dan tidak pernah kering. Aliran air dari kolam juga disalurkan sebagian untuk menghidupi persawahan dan tambak ikan yang dikelola oleh penduduk Desa Kemasan dan sekitarnya. Pepohonan tumbuh rimbun mengelilingi kompleks kolam renang Tirtomulyo, sehingga membuat aktivitas berenang semakin asyik dan menenangkan jiwa yang sedang resah.

Umbul Tirtomulyo Boyolali
Tirtomulyo, obyek wisata sarat sejarah di Sawit, Boyolali

Jika ada yang berhasil mendapat pencerahan saat kungkum di sana, simpan saja di dalam hati. Namun, jika ada yang bertemu tak sengaja dan berhasil menggaet puteri atau pangeran keraton, please bagi resepnya ya. 😉

42 Comments Add yours

  1. Alid Abdul says:

    Sangat jarang ya kolam renang dengan sumber mata air alami tanpa kaporit yang bikin mata pedih. Di Jombang ada satu yang seperti itu tapi jauh dari rumah.

    Secara buat orang sekarang bentuknya agak creepy dan nggak menarik jadi mungkin sepi. Zamannya waterpark yang lebih modern dengan water splash ahaha. Tapi kalau boleh milih mending aku berenang di sini deh. Lebih segar airnya.

    1. Boyolali tekan Klaten termasuk surga mata air alami dari dulu. Kalo air tanah Boyolali yang melimpah kebanyakan difungsiin sebagai tambak ama kolam pemancingan, Klaten malah diviralkan pakai foto underwater kekiniannya. Itu bedanya hehe. Umbul Tirtomulyo di Boyolali termasuk yang telat terkenal karena kebalap ama tetangganya. Jadi kapan arep mrene, Lid? 🙂

    2. Hannif says:

      Durung tau nang klaten sih. Nang klaten akeh umbul yang sumbernya dari mata air.

    3. Si Alid piknik e kadohan, sampe umbul-umbul e Klaten wae urung dijamahi

    4. Alid Abdul says:

      Wis tauuuuuuuuuuuuu

  2. Jadi inget tempat renangku sama temen temen kuliah yang mblusuk mblusuk. Wkwkw.
    Duh airnya bikin pengen nyebur, Koh 😀

    1. Ayo buruan ke Umbul Tirtomulyo pas weekday mumpung tempatnya belum terlalu ramai di dunia maya. 😀

  3. Temboknya dari bata merah, seperti yang ada di Kotagede dan sekitarnya. Terlepas dari kesunyian di sana, aku rasa anak-anak yang bermain air di kolam tersebut menikmati tanpa merasa terganggu karena banyak orang yang berenang.
    Besok kudu cari wangsit di sana *eh

    1. Kalo berhasil dapat urutan nomor trus menang lotere plis kasih tahu pake bisik-bisik ya hahaha.

  4. Bara Anggara says:

    Sayang yah belum dikelola dengan profesional (tarif masuk dll),, tapi lumayan lah udah direnov di beberapa titiknya..

    -Traveler Paruh Waktu

    1. Ada yang berkata bahwa kepemilikan lahan masih menjadi hak Keraton Kasunanan Surakarta. Sepertinya di antara pihak keraton dan pemerintah daerah masih belum ada jalan terang sehingga tiket masuk resminya nggak diberlakukan dulu.

  5. Kirain di Jogja, ternyata di Boyolali ya. Boleh nih buat melarikan diri dari panasnya hawa Solo 🙂

    Kalo seumur aku boleh nggak pake baju juga mas? 😀

    1. Kalo seumuranmu nggak pake baju pas nyemplung di sana palingan langsung diseret ke kantor desanya trus disidang massal hahaha.

  6. Heriand.com says:

    Ini kok tempat pemandiannya keren banget yah, jadi pengen kesini.

    1. Spot di Umbul Tirtomulyo Instagrammable banget kalo bahasa kids zaman now hahaha. Ayo Her ramein Umbul Tirtomulyo di Boyolali. :’)

  7. Hendi Setiyanto says:

    minimal, lokasinya beda jauh dengan umbul di Klaten yang super duper ruame, hening dan sunyi…cocok

    1. Sebelah kolam permandian dibikin lahan khusus buat piknik keluarga yang punya gazebo-gazebo, tapi belum diresmikan jadi Umbul Tirto Mulyo belum ikut naik daun. Sementara ini masih cocok buat menyepi sambil berendam. 😀

  8. dwisusantii says:

    Wah, ternyata Mas Halim nemuuu aja tempat-tempat begini. Tadi pas baca terus scroll foto, aku sempat mencoba mengeja aksara jawanya. Eh ternyata udah dikasih caption di bawahnya. wkwk.

    Dengan retribusi pengunjung yang masih seikhlasnya, semoga tempat ini selalu mendapatkan perawatan dan perhatian dari pemerintah setempat. Jaraaang-jarang tempat begini yang masih terawat 🙂

    1. Umbul atau mata air di sekitar Tirto Mulyo malah belum mendapat perhatian pemerintah dan investor. Hanya warga setempat yang masih menaruh kepercayaan terhadap mata air lain di sekeliling Umbul Tirto Mulyo. Andai mereka dirawat dengan baik niscaya akan membantu menaikkan ekonomi warga, kan? 🙂

  9. Serasa bermain air di kolam kerajaan ya…

    1. Yuk main ke Umbul Tirtomulyo. 🙂

  10. Avant Garde says:

    waktu main ke rumah sodara di sawit suka main ke tempat ini waktu kecil, sekarang udah berubah, lebih asri 🙂

    1. Persis di sebelahnya dibangun semacam arena pemancingan dan gazebo-gazebo untuk piknik gitu. Sepertinya ada investor yang meliriknya, sehingga sekarang kawasan Tirtomulyo jadi terlihat lebih bagus. 😀

  11. Evi says:

    Tentunya sisa-sisa kepercayaan mistis yang ditinggalkan oleh para raja jawa, auranya tetap melayang-layang di sekitar mata air ini ya Lim. Itu mungkin yang mengilhami orang yang berlama-lama berendam Mencari wangsit di sini

    1. Nah itu sebabnya beberapa bekas lahan kerajaan di Jawa ada yang sengaja dijadikan kompleks makam oleh beberapa raja. Niat raja supaya rakyat tidak mengagungkan dan menyembah sesuatu yang keliru dan kurang masuk di akal. 🙂

  12. yusmei says:

    Lim iki cedak omahku. Paling 10 menit hahaha. Dulu waktu SD sering ke situ, tapi belum sebagus sekarang…

    1. Wah suk kudu mampir omahe mbak Yusmei disik njaluk es teh, bubar kui lagi nyemplung umbul hahaha. Tempate wes terawat dan cocok buat foto ala-ala lo. Yen sukmben mbak Yus meh pre-wed di sana bisa banget, cedak en murah di ongkos. 😀 😀

  13. wahh boleh nih di datengin, btw itu jam sepinya jam berapa gan?

    1. Pagi hari antara jam 8 sampai jam 10 kolamnya masih sepi. Saran saya jangan datang waktu weekend atau hari libur, bisa dipastikan penuh pengunjung dan bikin nggak nyaman berenang. 🙂

  14. Weleh, ini deket rumah tapi baru tau kalo ada umbul ini..
    Arsitekturnya keren.. Boleh ni dicoba kapan-kapan..
    Makasih infonya gan…
    Anda berjasa memberi tahu saya..

    1. Ayo disambangi, mas Angga. Tempatnya sudah bersih dan nyaman buat ciblon. Senang deh tulisan ini bisa membantu penjelajahan jenengan. 😉

    2. Sipp ms.. Semoga dalam waktu dekat bisa coba ke sini..

  15. Dyah says:

    Jadi pengin nyemplung. Kalau berenang di kolam yang langsung dari sumber airnya, nggak takut mata perih kena air.

    1. Airnya bebas dari kaporit, airnya juga mengalir terus dari sumbernya langsung. Seger banget, kak. Mesti mampir ke Umbul Tirtomulyo kalau pas mlipir Boyolali. 😀

  16. Gara says:

    (gaya toddler) Amuh mau resep buat menggaet pangeran juga ea Mas? (nggak tahan baca kalimat terakhirnya, hehe peace).
    Budaya air yang demikian vital sepertinya sudah merasuk banget di dalam kebudayaan Jawa ya. Banyak sekali pemandian dari masa kerajaan Mataram yang sepertinya tidak jauh dari daerah pegunungan. Apalagi berkas-berkas pemujaan (saya akan menyebutnya pemuliaan) terhadap air juga sangat tampak di tempat ini, yang kelihatan dari nama pemandiannya. Kiranya, yang masih menjadi pertanyaan apakah ada peninggalan asli dari tempat ini yang, mungkin saja, berasal dari masa yang lebih tua dari awal abad ke-20?
    Dasar kolamnya tampak menarik.

    1. Garaaaa kamu ganteng kek pangeran deh hahaha. Mengenai peninggalan dari Mataram Kuno atau bahkan era sesudah itu di area Desa Kemasan mestinya ada, tapi kemarin belum menemukannya. Pemandian yang dinilai lebih sakral bagi warga Boyolali dan sekitarnya, pun pernah jadi taman sarinya Kasunanan Surakarta justru di Pengging, peninggalan kerajaan Pengging (jaya di masa dinasti Pajang abad 13-14).

    2. Gara says:

      Wah, menarik buat dijelajahi, pemandian-pemandian kerajaan. Sepertinya kalau Mas bikin rubrik khusus untuk itu, menarik nih, hehe.
      Terima kasih untuk informasinya!

  17. Koh, ini keren banget lho! Sumpah mupeng abis!
    Btw, Itu ada tempat ganti/bilas yang proper nggak? 😀
    Abis katanya belum begitu dikelola secara profesional kan.

    1. Tenang, sudah ada kamar mandi bersih dan berpintu yang bisa digunakan pengunjung untuk ganti baju atau bilas badan. Jadi miss Kendall nggak usah takut diintip apalagi di-candid ama paparazi hahaha.

  18. odydasa says:

    Pembangunan Tirta Mulya terintegrasi dalam 1 paket revitalisasi Pengging, kalau tidak salah, sebagai salah satu penginggalan PB X. Walaupun sebenarnya secara peninggalan sejarah, daerah situ, dan Sawit secara umumnya, beserta sekitarnya menyambung ke Pengging di utaranya, dan ke baratnya, terdapat jejak2 masa klasik yang tua, dg banyaknya peninggalan berupa arca, batuan kuno (bisa jadi batuan dari reruntuhan candi), petirtan, dll, yg merata hampir di semua desa di Sawit.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.