Makan Enak di Pekalongan

Kali pertama menginjakkan kaki ke Pekalongan, tak ada sesuatu yang memikat. Waktu itu saya hanya sedikit terbuai oleh koleksi batik di Museum Batik, belum menaruh minat untuk mencari tahu sejarah bangunan tua, apalagi asal muasal pencipta motif klasiknya. Boleh dibilang awal perjumpaan saya dengan Pekalongan tidak terlalu intim, bahkan tidak sempat mengecap kuliner khasnya. Kunjungan yang terlalu singkat mungkin jadi penyebabnya. Pedekate gagal, katanya.

Pada kunjungan kali berikutnya, saya seolah mulai mengerti curahan perasaan Pekalongan. Ternyata di kota tersebar bangunan tua peninggalan kolonial yang sarat sejarah. Sisa kejayaan perdagangan etnis Tionghoa dan Arab pun mulai menarik perhatian. Sementara di kabupaten ada bentangan alam yang menghanyutkan, ditambah kompleks bekas pabrik gula dan tata ruangnya yang membuat hati saya semakin terlena.

Ragam kuliner yang tersebar di sana juga berhasil dicicipi satu-persatu. Sudah saatnya saya membagi beberapa permainan rasa kuliner Pekalongan di sini. Are you ready? 😉


Awalnya saya tidak terlalu paham dengan apa yang dimaksud dengan Nasi Megono. Rupanya salah satu menu kondang di Pekalongan tersebut sejatinya adalah nasi yang dibubuhi olahan nangka muda. Cacahan nangka muda yang sudah diberi parutan kelapa dan bumbu itu disajikan dengan sepiring nasi putih hangat.

Jika menghendaki tambahan lauk, pelanggan bisa menambahkan tempe goreng, ayam goreng, ikan asin, bakmi, dan lainnya pada sepiring Nasi Megono seperti yang pernah saya coba di Warung Eyang Uti di Jl, KHM Mansyur, Kota Pekalongan. Jangan lupa mencocolnya dengan sambal tauco yang tersedia di atas meja. Bungkusan Nasi Megono juga banyak dijumpai di warung-warung pinggir jalan dan pasar tradisional dengan harga mulai dari Rp2.500,- sampai Rp6.000,- perporsinya.

Lain cerita dengan Apem Kesesi yang dibawa oleh salah satu kawan Blogger Pekalongan di Warung Eyang Uti siang itu. Dari penjelasannya, saya jadi tahu bahwa membuat kudapan langka asal Kecamatan Kesesi, Kabupaten Pekalongan itu tidaklah mudah. Tepung beras harus direndam selama dua hari agar bisa digiling. Perendaman ini membuatnya berfermentasi.

Setelah itu ditiris dan direndam lagi semalam supaya menghasilkan adonan tepung yang siap dicampur dengan gula merah. Terakhir adonan apem dituangkan di atas selembar daun pisang hingga menyerupai bentuk serabi tipis. Meskipun proses pembuatannya rumit, hasil jadinya tipis, legit, dan tidak lengket di rongga mulut. Bikin nagih!


Tauto Klego
Tauto H. Kunawi – Klego

Jika ditanya kuliner apa yang paling berkesan selama di Pekalongan? Saya pasti akan menjawab Tauto Klego atau lebih dikenal dengan Tauto H. Kunawi Klego. Perlu perjuangan dan tekad yang kuat untuk menemukannya. Google map saja salah menaruh titik lokasi, gimana nggak stres? Justru berkat GPS alias Gunakan Penduduk Setempat, saya berhasil menemukan warungnya yang nyempil di Jalan Teratai 5 no 23, Klego, Kota Pekalongan.

Potongan daging yang disajikan bersama soun atau mie putih resep H. Kunawi tersebut memang andalan. Tak sia-sia keringat mengucur deras demi mencari warung Tauto legendaris di Kota Pekalongan tersebut. Warungnya sederhana dengan beberapa meja dan kursi panjang. Tampak beberapa pelanggan etnis Arab menunggu dengan sabar mangkok tauto disajikan di mejanya.

Ditawarkan tauto daging atau tauto campur (daging dan jerohan) sesuai selera pelanggan. Selanjutnya mereka akan menuangkan kuah kaldu soto daging yang berwarna merah karena diberi sambal tauco. Memang terlihat agak aneh ketika melihat perpaduan kuah soto dan tauco di sana, tapi setelah menyeruput kuahnya, ugh ini beda dengan makanan berkuah pada umumnya! Oh ya, mereka juga menyediakan nasi putih atau kupat sebagai pelengkap Tauto. Warung Tauto kuah kental milik H. Kunawi buka dari jam 08.30-16.00 WIB. Harga semangkok Tauto H. Kunawi Klego cuma Rp15.000,- saja.


Adalah Inayah, blogger Pekalongan yang merekomendasikan tempat makan yang terletak di Jalan Jlamprang no 30A, Krapyak Lor Gang 9, RT 02 RW 06 ini. Lagi-lagi google map belum mendeteksi lokasi warungnya secara tepat, sehingga saya harus mengandalkan bantuan penduduk setempat untuk menemukannya. Memang unik kuliner yang diberi nama Mi So bikinan Bu Khikmah. Bu Khikmah bercerita bahwa beliau sudah jualan Mi So selama 20 tahun. Wow! Jadi apa itu Mi So?

Mie dan so (bahasa Jawa dari melinjo) adalah asal penamaan Mi So yang dijual di sana. Semangkuk Mi So racikan Bu Khikmah berisi tetelan daging dan tulang sapi, tahu, telur puyuh, bakso, dan kulit melinjo. Terakhir beliau menyiramnya dengan kuah kaldu sapi kental yang mengepulkan aroma penggugah selera makan. Ikut ditambahkan pula kerupuk dan cabai utuh bagi yang suka pedas. Sudah kebayang rupanya? Nah, warung ini buka setiap hari, kecuali Jum’at mulai 8 pagi sampai 3 sore. Harga mulai dari Rp15.000,- perporsi.


Warung Pindang Tetel Mbak Ana di Jalan Raya Pekajangan, Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan jadi perhentian berikutnya. Kali ini giliran om Sarbu, fotografer senior Pekalongan yang merekomendasikan pindang tetel khas Kedungwuni. Dari hasil tanya jawab singkat dengan penjualnya, saya jadi tahu bahwa suami Mbak Ana yang bernama Krisdianto lah yang mengawali usaha sejak 20 tahun yang lalu. Artinya sebelum mereka menikah, Mas Krisdianto sudah berjualan Pindang Tetel di Kedungwuni. Kurang legendaris apa lagi?

Yang bikin geleng kepala adalah harga perporsi Pindang Tetel yang cuma Rp8.000,- saja! Padahal makanan khas Pekalongan tersebut terdiri dari irisan tetelan daging, kikil sapi, diberi pelengkap kerupuk, dan lontong. Kuah coklat kehitamannya diberi bumbu kluwak atau biji kepayang mirip seperti sajian rawon di Jawa Timur. Porsi tetelan dagingnya memang tidak terlalu banyak, tapi kuah kental racikan Mas Krisdianto mengenyangkan perut dan bikin saya ketagihan pindang tetel. 😀


Untuk menetralisir daging-dagingan, mari selingi mata dan perut dengan yang segar dulu …

Limun Oriental Pekalongan
limun rasa frambozen dan jeruk

Sudah tahu tentang Limun Oriental, belum? Minuman berkarbonasi ringan yang pernah saya tulis sebelumnya punya aneka rasa. Lokasinya juga tidak sulit ditemukan, di Jl. Rajawali Utara No.15, Kota Pekalongan atau persis di belakang Museum Batik Pekalongan.

Bisa minum di tempat atau membawanya pulang. Alasan harus mampir ke sana tentu saja karena minuman jadul semacam Limun Oriental sudah jarang ditemui di kota lain. Mereka juga mempunyai tempat minum yang memberi kesan rumah berusia puluhan tahun yang terawat dengan perabot tua yang vintage banget.

Baca lebih lengkap di sini –> Limun Oriental Pekalongan.

Es Daber atau  Es Dawet Beras jadi minuman yang bisa dicicipi ketika selesai mengunjungi Museum Batik Pekalongan. Gerobak Es Daber yang dijajakan oleh Pak Rochlan biasa berhenti di antara museum dan masjid. Dawet berwarna putih itu diberi sirup merah rasa kelapa, kemudian jeruk limau diperas di atasnya. Manis gula dan asam dari jeruk limau campur jadi satu, memberi efek segar pada tenggorokan kering. Harga segelasnya hanya Rp5.000 saja.


Jika sebelumnya saya pernah menuliskan bawah Kecamatan Wonopringgo, khususnya Desa Wonopringgo punya keunggulan Nasi Goreng Wonopringgo karena sebagian besar warga berprofesi sebagai penjual nasi goreng, ternyata masih ada kuliner lain yang nggak boleh dilewatkan ketika berkunjung di sana. Salah satunya adalah Tauto Kloso yang warungnya berada di Jalan Raya Wonopringgo No.560, Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan.

Kenali Nasi Goreng Wonopringgo lewat –> Festival 1000 Piring Nasi Goreng

Kuah kaldu dari Tauto Kloso lebih encer, berbeda dengan kuah kental milik Tauto Klego di atas. Meski pada dasarnya mereka masih memakai bahan yang sama, yakni tetelan daging dan jerohan, campuran sambal tauco, rempah dan bumbu yang digunakan meninggalkan rasa yang ringan ketika disantap. Kuah Tauto Kloso dibuat sedikit pedas, cocok ditemani lontong dan kerupuk sebagai pelengkap tauto Pekalongan.


Kluban Bothok
Kluban Bothok

Tak saya sangka jika racikan urap bisa dimakan bersama dengan kuah pindang. Memang terdengar aneh, tapi makanan tersebut justru menjadi menu favorit beberapa warung di Desa Wonopringgo dan Desa Rowokembu. Mereka menyebut campuran sayur mayur yang terdiri dari bayam, kubis, kacang panjang, kubis, taoge, parutan kelapa, mlinjo, dan rebung dengan nama kluban. Jika kluban dimakan bersama Pindang Tetel, jadilah Kluban Pindang Tetel. Bisa mencoba langsung kelezatan Kluban Pindang Tetel di Warung Mbak Ipah di Desa Wonopringgo yang punya kuah pindang tak beda jauh dengan Kedungwuni. 🙂

Beda dengan Kluban Bothok yang sempat saya cicipi di warung sebelah Warnet Jalan Raya Wonopringgo no.831, Desa Rowokembu, Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan. Penjualnya menaruh lodeh sayur isi tahu dan bongkrek berkuah santan untuk dicampur dengan kluban. Awalnya lidah agak tidak terbiasa dengan perpaduan rasa dari bongkrek. Namun, lambat laun terasa nikmat juga, apalagi kluban yang tidak beda jauh dengan urap merupakan racikan sayur yang menyehatkan.


Last but not least, saya akan menutup perburuan kuliner di Pekalongan dengan menu ndeso yang mendunia. Jika orang Indonesia menyebutnya dengan nama keong, koki bule malah mengenalnya sebagai escargot, salah satu makanan mahal di restoran elite dengan harga ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Beruntunglah di warung Pecel & Keong Mak Kiwil yang terletak di Dukuh Mrican Barat RT 12 RW 01, Sragi, Kabupaten Pekalongan masih menjual sepiring penuh keongnya dengan harga Rp15.000,- saja.

Keong tutut yang didatangkan tiga hari sekali dari Demak itu dimasak oleh Hj. Tarisem dengan kuah gulai pedas. Beliau sudah berjualan selama 30 tahun, pelanggannya datang dari mana saja setiap harinya. Memerlukan kurang lebih satu ton keong dalam satu bulan untuk memenuhi permintaan mereka. Tak heran memang ketika saya datang ke sana bersama teman saya, Bayu dan keluarganya, banyak kendaraan beroda empat dan mobil berplat dinas menyambangi warung yang terletak di dalam perkampungan tersebut. Bikin penasaran, kan? Kalau penasaran ya datanglah sendiri ke Pekalongan. 😉


Note: Cita rasa makanan yang telah saya sebutkan di atas berdasarkan pengalaman pribadi yang mungkin dirasa kurang enak atau enak banget, semua relatif. Mungkin ada yang bilang Tauto A lebih enak daripada Tauto B, atau pindang tetel yang di warung XX lebih enak. Sekali lagi, kembali ke selera lidah masing-masing. Salam kuliner!

72 Comments Add yours

  1. Budi Santoso says:

    wenak-wenak kabeh

    1. Yuk mari dipilih kuliner Pekalongan yang cocok di lidah, mas Budi 😀

  2. kunudhani says:

    Banyak sekali rekomendasinya 😁 tapi paling buat pengen limun, sama dawet beras 😄

    1. Tulisan lebih lengkap tentang Limun Oriental bisa dibaca di artikel sebelumnya. Ada ragam rasa limun yang bisa dinikmati di sana. 🙂

  3. Inayah says:

    mantaap jivva, aku terharu baca postingan ini. kangen rumah *halah

    1. Hahaha terima kasih ya, kaka Nayah sudah bantuin cari Mi So di Krapyak. Lain waktu ditunggu rekomendasi kuliner Pekalongan yang lainnya. 🙂

  4. alaniadita says:

    Huwaaa. Postingan bikin laper.
    Suatu hari aku pernah kesasar sehari di pekalongan, dan blas ga ada ide untuk kulineran. Padahal banyaaak yaa tempatnyaaa.

    1. Wah sayang banget, kuliner Pekalongan khas dan ada beda dengan kota pantura lainnya. Kunjungan berikutnya harus cicip beberapa, mungkin kunjungan yang kemarin masih pedekate gagal hahaha.

  5. rini says:

    Kalau penasaran, direkomendasikan datang Pekalongan sendiri banget Mas Halim? 😀
    Semua kulinernya enak ya. Tapi berbau daging, kelapa/santan semua. Bahkan udah berkuah santan masih pakai tetelan.
    Yang paling menggoda limunnya

    1. Mesti sempetin kulineran di Pekalongan karena Pekalongan nggak cuma batik aja, eciyeee… 😀

      Limun Oriental memang paling hits, dijamin ketagihan kalo udah pernah minum. 😉

    2. rini says:

      Baiklah, itu sehari doang ngga cukup Mas. Mblenek 😂😂

  6. Keong e bikin ngiler hahahahha. Beberapa makanan sudah pernah tahu, tapi banyak yang gak kupahami hahahhah. Semua kok santamn ya, ati-ati jaga makanannya, jangan kalap hahahhahaha

    1. Enak kabeh kuliner e Pekalongan, wes kalap… Untunge sih kemarin diimbangi makan serat ijo-ijo dari kluban, jadi kolesterol terkontrol hahaha.

  7. Nasi goreng Wonopringgo ga dimasukke?

    Penasaran Limun jane, tp cuma buka pas weekday tok, bener?

    1. Wes ditulis khusus jadi cuma kukasih tautan buat Nasi goreng Wonopringgo hehehe.

      Limun buka setiap hari kecuali Jum’at ama hari besar. Menyesuaikan hari libur karyawan pabriknya.

  8. Oh my oh my, bacanya sambil ngeces. Kaya enak2 banget. ❤

    1. Hihihi hayoo sudah pernah coba kuliner Pekalongan yang mana aja? 😀

    2. Belum ada. 😥
      Tapi keong suka masak sendiri si Kakak. 🙂

    3. Nasi Megono.. Unik sekali namanya… Jadi kepingin mencoba kuliner disini.. Kalau hidangan Miso di Taipei isinya hanya bihun dan tahu pakai kuah panas pedas khas Taiwan…hihihi.

  9. Nggak ada ayam di postingan ini 🙂 btw itu dawet menarik kayaknya.

    1. Bahan dasar ayam banyak dipakai buat olahan nasi goreng Wonopringgo hahaha. Lainnya dominan tetelan daging sapi dan sayuran. Kemarin belum nemu kuliner berbahan ikan laut, secara Pekalongan kota pesisir. 🙂

    2. Aduh nasi goreng jadi pengen deh. Nggoreng sendiri 😭

  10. imambepe says:

    kebetulan simbahku orang pekalongan tapi ada beberapa makanan yang ditulis mas halim belom pernah saya makan, karena klo disana selalu dimasakin makanan rumahan buatan simbah hehehe…
    yang pernah dimakan: tauto, apem, sego megono, pindang tetel. selain itu belom makan yang lain hehehe…

    1. Masakan rumah lebih nikmat, apalagi dimasak oleh simbah di rumah, mas. Siapa tahu kuliner Pekalongan yang kusebutin di atas dan belum pernah dicicipi bisa rikues ke simbah biar dimasakin hehehe.

  11. Dwi Susanti says:

    Lengkapnya. Segitu makanan semuaa, sampai bingung nyebutin ulang, namanya susah diingat. Kaya Tauto kirain soto :p aku penasaran, penampilannya menarik, cokelat-cokelat kentel kuahnya. Karena sudah agak nggak penasaran sama Limun, aku malah sempet *mak cegluk* liat segelas dawet berasnya. Semua kepingin.

    Mas, mohon nimbang dulu sana :p
    Iya, aku kalau Pekalongan ingetnya batik, kemudian perkampungan nelayannya 🙂

    1. Tauto sama dengan soto dicampur sambal tauco hahaha. Enak lo Tauto, makanan wajib dicobain di Pekalongan. Limun, Es Daber, slurppp semua deh. 😀

      Kabar gembiranya, berat badan nggak naik, tapi perut buncit sepihak. Ibarat cinta yang bertepuk sepihak belum dapat balesan surat pena huhuhuhu.

  12. Bikin ngiler mas jadinya, tapi yang kelihatannya paling greget mah mi so itu, pedas-pedas cocok buat saya. Mudah2an lain waktu bisa berkunjung ke pekalongan mengunjungi gedung-gedung tua, museum batik dan tentu mencoba kulinernya

    1. Mi So mengenyangkan perut banget, isi dan kuahnya sampai nyaris tumpah. Kudu diseruput cepat-cepat selagi masih mengepul hangat. 😀

      Pekalongan nggak cukup diputari sehari aja. Luangkan waktu beberapa hari untuk keliling Pekalongan agar puas kulineran dan wisata sejarah, mas Anjar. 😉

  13. Ikrom Zain says:

    pernah nemu botolnya limun itu pas ke semarang kemarin
    asyik penampakannya klo masih ada isniya (ya iyalah)
    keongnya itu ama semacam cool ya yang di sawah2 itu
    enak…

    1. Keong tutut lebih gemuk-gemuk, setahu saya sih ada budidayanya di daerah Demak. Kalau keong sawah lebih kecil, yang ini sih enak dijadiin sate keong hehehehe.

      Limun Oriental sudah dikirim ke beberapa daerah. Mungkin yang mas Zain lihat di Semarang betul produksi Limun Oriental Pekalongan. 😉

  14. heriand says:

    Sore-sore gini liat makanan di blog Mas Halim, jadi pengen ke Pekalongan hahahaha.
    Ajak saya kesana mas. xD

    Btw visit blog saya di Heriand.com ya 🙂

    1. Hahaha semoga setelah baca ini masih ada rumah makan atau warung yang buka agar perut nggak tambah lapar. Hahaha.
      Ayok Her, lain waktu kalau ke Pekalongan lagi saya akan berkabar, siapa tahu bisa diajarin motret sama Heri. 🙂

    1. Kebetulan serba daging semua, hanya kluban yang menggunakan bahan baku sayuran hehehe. Untuk ikan-ikanan belum menemukannya. Akan saya tambahkan jika sudah mengeksplorasi makanan khas di Pekalongan lagi. 🙂

  15. Avant Garde says:

    Aku gak menyangka Pekalongan menyimpan kuliner segini banyak 🙂

    1. Hayoo sudah pernah cicip yang mana aja pas mlipir Pekalongan? Garang Asem Masduki? Atau yang kuseubutin di sini? 😀

    2. Avant Garde says:

      belum semua (malu) :p

  16. Hastira says:

    wah harus aku coba kalau ke pekalongan nih

    1. Monggo dipilih, mbak Tira. Hehehe. Masih ada garang asem Masduki yang terkenal di Pekalongan. Lalu kuliner yang lain menyusul kalau sudah ada datanya. 😀

  17. jonathanbayu says:

    Oh tidak, liat nasi megono langsung ngiler! Suka banget ini, kalo di Jakarta sering beli karena kebetulan di dekat rumah ada yg jual.

    1. Sempet bingung di awal kenapa gori-nya nggak dikuah manis seperti gudeg di Solo-Yogya, apa nggak aneh rasanya. Ternyata oh ternyata cacahan gori buat Nasi Megono enak juga ya hahaha.

    2. jonathanbayu says:

      Biar beda kali mas haha tapi ttep enak lahh

  18. Betapa beruntungnya saya baca blog ini setelah makan, jadinya nggak sampai nge-ces 🙂

    Mi So ini tampak mirip dengan Soto Mie Betawi ya, mas; hanya saja ingridients-nya memang beda – dengan kuah kaldu sapinya bisa dibayangkan betapa gurihnya

    Melihat botol limun berwarna hijau itu, terlintas dalam bayangan saya Vodka dingin hahahaha

    Nasi Megono memang hits lah ya, juara ini!

    Olahan keong tututnya bersih nggak, mas? Pernah makan dan masih ada tanah di dalamnya, ilfill kan jadinya 😦

    1. Wah gagal bikin ngiler sebelum makan nih hahaha. Mi So segar banget kuah kaldu balungan sapinya, mesti dicicipi sendiri biar nggak penasaran. 😛

      Hahaha bisa aja lo lihat botol limun hijaunya disangka Vodka. Tentunya limun nggak ada kandungan alkoholnya, beda ama Vodka hihihi.

      Sewaktu makan keong olahan Mak Kiwil, saya tidak mendapati cangkang yang banyak pasirnya. Malah kerasa endapan dari bumbu gulainya. Pedas, segerrr. 😀

  19. wahh ternyata kuliner pekalongan banyak juga yaa..
    saya cuma tau beberapa saja sih

    1. Kuliner di Pekalongan beragam dan enak-enak semua. Mesti sempetin cobain satu-persatu kalau main ke Pekalongan lagi, kak Endah. 😉

  20. Walah, banyak banget kulinernya ya, mas. Hampir semuanya menarik. Dari Nasi megono, Tauto, Mie So, Pindang Tetel, sampai Kluban yang unik. Itu pindang tetelnya murah bangeeettt.

    Btw, Nasi Megono nikmat disantap pake tempe mendoan anget mas 😀

    1. Nasi Megono sarapan sederhana yang ngangeni banget. Solo nggak ada yang jual makanan khas Pekalongan. Sudah pernah cobain kuliner yang mana aja nih? Hehehe

    2. Baru Nasi Megono aja, mas. Hehehe

  21. Wah murah banget Mas harga pindangnya.. Kalau makan disini mah bisa #GagalGemuk

    1. Usahakan diet dulu sebelum berangkat ke Pekalongan. Nah, setelah sampai di Pekalongan baru dipuas-puasin makan makanan khas Pekalongan sampai perut buncit lagi hahaha.

  22. Cuma pernah makan Tauto aja gan..
    Rasanya cukup khas…

    1. Cicip kuliner Pekalongan yang lainnya dijamin nggak nyesel udah liburan ke Pekalongan. 😀

    2. Ya besok kalo main ke Pekalongan…

  23. lihat gambarnya bikin ngileeerrr

    1. Mari dipilih-pilih kuliner Pekalongan yang cocok dengan selera lidah. 😉

  24. adi pradana says:

    Es Limunnya mauuuuu…..

    1. Seger banget limun Oriental-nya. Monggo dipilih mau rasa yang mana. 🙂

  25. adi pradana says:

    Es limunnya seger banget tuh… ngiler nih.

    1. Limun Oriental minuman jadul yang bikin nagih. Kalo ke Pekalongan mesti sempetin datang ke tempat pembuatannya langsung, mas Adi. 😀

    1. Monggo dipilih-pilih. Mau cicip Tauto khas Pekalongan atau mau cobain Pindang Tetel? 🙂

  26. Lingga says:

    Limunnya menggod, ternyata masih ada yg produksi 😀

  27. yaa allah keonggg… naak tenan kui. aku nyawang aeh langsung maak cleguk caakk.
    kui lek nek mahku desa kana jenenge koll sawah..

    jatu enake di oseng-oseng kecaap pedas.

    https://notedcupu.com/

    1. Oseng-oseng pedesss… ini gantian daku yang bayangin betapa sedap dan maknyusnya keong oseng kecap pedes. Tanggung jawab! Hahaha

  28. Aku jadi pengen ke Pekalongan mas kayaknya pengen tak coba semua gegara blm pernah nyoba sama sekali makanan khas pekalongan. Btw apem kesasi ini rasanya manis banget ga mas ? aku paling penasaran sama apemnya..

    1. Nggak bikin kecewa deh semua kuliner di Pekalongan. Mulai dari yang berkuah sampai yang lauk kering, bikin ketagihan deh. 😀

      Apem kesesi nggak terlalu manis, ada masamnya sedikit jadi nggak bikin eneg. Nah ini termasuk jajanan langka. Mudah-mudahan pas lagi main ke Pekalongan bisa nemu Apem Kesesi. 😉

  29. aya says:

    sering denger, dan pernah lihat nasi megono, tapi belum pernah ngerasain. Ternyata Pekalongan punya wiskul yang menarik ya, wkwkkw boleh lah nanti dicoba

    1. Kuliner Pekalongan unik dan nggak ada yang seenak itu di luar Pekalongan. Pas main ke sana kudu cicipi semuanya. Kalau bingung bisa ajak blogger lokal biar tahu lokasi pasnya. 😉

  30. Koh, bangunan tua di pekalongan baik kota atau kabupaten di mana saja ya? Cuma nemu museum batik sama bekas kantor karesidenan doang ._.

    1. Heritage di Kota Pekalongan terbagi di kampung Arab, Jetayu (Museum Batik dsk), dan pecinan (sekitar klenteng). Kalau mblusuk gang-gang kecil niscaya ketemu banyak bangunan tua yang keren semua. 😀

      Kalau di kabupaten kebanyakan ngumpul di Kedungwuni sebagai sentra batik motif buketan, Wonopringgo sebagai bekas kompleks pabrik gula, lalu ada juga kompleks pabrik gula Sragi. 🙂

  31. Ida Aisha says:

    Ulasan kuliner di Kota Solo malah belum ada, Mas? Kapan-kapan bisa review nasi liwet, cabuk rambak, lenjongan, dll. Semoga makin berkembang blog-nya 🙂

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.