Sambut Sang Mentari di Desa Pujon Kidul

“Kalau mau lihat pemerahan susu sapi, besok pagi bisa ikut saya ke kandang jam empat subuh,” ajak Bu Umi setelah saya menanyakan perihal produksi susu sapi perah di rumahnya.

“Tapi cuma satu sapi saja yang akan diperah, karena sapi betina yang satunya akan melahirkan,” sambung Pak Slamet. Tawaran yang langsung saya sambut dengan anggukan dan senyum lebar.

Mereka berdua adalah pemilik homestay yang saya inapi di Dusun Maron ketika tim piknik #EksplorDeswitaMalang singgah di Desa Wisata Pujon Kidul, Pujon, Kabupaten Malang bulan April 2017 lalu. Meski keseharian mereka berbicara dalam bahasa daerah Madura, tetapi bahasa Indonesia yang lancar tetap mereka pergunakan ketika bercakap-cakap dengan tamu homestay.

Itu merupakan salah satu upaya dari pihak kelompok sadar wisata untuk memajukan desa wisata yang telah mereka bina. Pun dengan halaman asri di sepanjang jalan Dusun Maron dan kedua dusun lain di Desa Pujon Kidul. Dari cerita Pak Slamet, saya jadi mengetahui bahwa ada semacam sayembara yang digelar setiap tahun sekali atas prakarsa Udi Hartoko, Kepala Desa Pujon Kidul.

Bagi siapa yang memiliki halaman terbersih dan tercantik akan mendapatkan penghargaan dari kepala desa. Tentu saja itu menjadi motivasi kuat bagi warga di Desa Pujon Kidul untuk selalu menjaga keasrian halaman rumahnya agar mendapat perhatian dari penyelenggara. Sementara bagi sebagian wisatawan yang singgah, hal tersebut menjadi bonus perjalanan dan bisa jadi faktor yang bikin betah tinggal lama di sana.

Bukit Amping Pujon Kidul
pemandangan dari Bukit Amping di Desa Pujon Kidul

Keesokan harinya saya sedikit menyesal karena ingkar terhadap ajakan Bu Umi untuk melihatnya memerah susu sapi. Apa daya sekitar pukul empat subuh, kendaraan yang menjemput saya, Rifqy, dan Tomi sudah menunggu di depan rumah. Usai berpamitan dengan pemilik rumah, kami melanjutkan perjalanan untuk menjemput kawan yang lain di homestay masing-masing yang letaknya berdekatan dengan rumah singgah saya.

Tidak terlalu jauh jarak dari Dusun Maron menuju Bukit Amping. Hanya sekitar sepuluh menit berkendara melewati tanjakan demi tanjakan di jalan yang masih sepi aktivitas warga. Bukit Amping sendiri merupakan sebuah bukit yang tidak terlalu tinggi, tapi pemandangan yang ditawarkan sungguh indah. Di sana terdapat lapangan landai sehingga kendaraan beroda empat bisa naik dan diparkir di atas. Spot ini sudah diperkenalkan oleh Pokdarwis Pujon Kidul sebagai salah satu tempat keren untuk melihat matahari terbit.

Bagaimana tidak membuat mata terpukau jika terbentang pesona perbukitan yang menjadi batas wilayah administratif Kabupaten Malang dan Kabupaten Kediri dari Bukit Amping. Memang pemandangan jajaran pegunungan yang ditawarkan tidak sama dengan Cafe Sawah, beda sudut pandang. Bukit Amping menyuguhkan deretan Gunung Arjuno-Welirang di sebelah timur laut, lalu Gunung Kawi dan Gunung Kelud di sisi selatan yang dikelilingi hamparan rumah-rumah warga Desa Pujon Kidul tampak dari atas.

Untuk informasi tentang ketersediaan homestay di Desa Wisata Pujon Kidul dan paket yang ditawarkan bisa menghubungi langsung Pak Udi, selaku Kepala Desa Pujon Kidul melalui nomornya 081232581056.

Setelah puas menikmati pesona Sang Mentari dari Bukit Amping, kami dibawa turun menuju Cafe Sawah. Rupanya penampakan Cafe Sawah di pagi hari berbeda jauh dengan apa yang saya lihat pada hari sebelumnya. Saat musim libur dan akhir pekan tiba, kondisinya selalu dipadati ratusan wisatawan dari Malang dan luar kota. Bahkan beberapa pelanggan terlihat rela antre supaya bisa menikmati keunikan Kafe Sawah.

Sedangkan pada hari biasa tercatat sekitar tiga ratus hingga empat ratus pengunjung mampir ke kafe tersebut setiap harinya. Letaknya yang tidak terlalu jauh dari Kota Batu jadi alasan wisatawan untuk singgah. Tempatnya juga terbilang ramah dan nyaman untuk acara liburan keluarga. Ditambah pilihan menu makanan dan minuman yang nikmat serta pemandangan hamparan sawah milik petani setempat turut menjadi keunggulan dari Cafe Sawah di Pujon Kidul.

Lalu bagaimana keadaan Cafe Sawah di pagi hari? Sepi banget, cocok untuk duduk sembari melamun dan merancang rencana untuk masa depan! #halah. Beneran asyik untuk mengabadikan segala sudut tempat makan yang telah dibuka sejak November 2016 tersebut pada pagi hari. Di luar pagar Cafe Sawah pun terbentang ladang-ladang sayur mayur milik para petani yang bisa dikunjungi oleh siapa saja.

Ketika yang lain asyik mengabadikan gambar dari dalam, saya justru memutuskan untuk keluar dan melihat lebih dekat wajah-wajah para petani yang hendak memulai kegiatannya. Awalnya ada kecanggungan ketika saya membuntuti ibu-ibu petani ke ladangnya. Lambat laun mereka menebar senyum dan lambaian tangan, suatu tanda kesiapan dari mereka terhadap kamera saya yang terus menyoroti aktivitas yang mereka lakukan pagi itu.

Para petani di sana mengolah ladangnya untuk ditanami aneka sayuran. Tanah gembur berkah dari dataran tinggi Desa Pujon Kidul memudahkan petani menanami segala sayur-mayur di ladang mereka. Mulai dari wortel, selada, kubis, kembang kol, hingga tomat tumbuh subur di sana. Jika masa panen telah tiba, mereka akan memulai aktivitasnya sedari subuh untuk segera memetik hasilnya agar bisa diangkut ke pasar dan dibawa ke kota.

Ada pun yang baru berangkat ke sawah pada pagi hari, seperti salah satunya Bu Juwariyah yang saya jumpai pagi itu. Beliau terus menebar senyum tatkala saya mengikutinya ke ladang. Setibanya di lahan yang telah ditumbuhi selada dan bawang, Bu Juwariyah dengan cekat menampung air dari saluran pengairan dengan ember yang sengaja dibawanya dari pondok. Tak selang lama, guyuran air dari ember mulai membasahi tanah yang telah ditumbuhi sayuran segar miliknya.

Dari bibir tipisnya terlontar kata demi kata yang merangkai kisah perantauannya. Bu Juwariyah bercerita bahwa sejak anaknya berumur delapan tahun, beliau merantau dari Balikpapan mengikuti kemauan suaminya pulang ke Pulau Jawa. Desa Pujon Kidul menjadi tempat mereka membesarkan anak-anaknya dan melewati hari tua. Sekali dalam satu tahun, perempuan berusia sekitar enam puluh tahun tersebut mengusahakan untuk pulang ke Balikpapan, sekedar bertemu dengan saudara-saudarinya yang masih tinggal di sana.

Mendengar perjalanan hidupnya membuat saya tergugah untuk bercakap-cakap lebih lama. Ingin pula mendengar kisah inspiratif dari petani yang lain. Sayang waktu yang terbatas menjadi penghalang. Ada rentetan jadwal yang harus dilakukan sebelum saya dan kawan-kawan yang lain melanjutkan perjalanan dan kembali ke kota asal masing-masing.

Percakapan pagi itu pun diakhiri dengan lambaian tangan dari Bu Juwariyah. Diikuti senyuman para petani yang melintas di sepanjang jalan saya kembali ke atas. Kehangatan dan kesederhanaan yang dirindukan. Terpaan sinar matahari pagi yang menghangatkan raga mengawali hari yang menenangkan di Pujon Kidul.

See you again, Pujon Kidul. 🙂

37 Comments Add yours

  1. Huahuahua nggak bisa nginap di sana dan liat sunrise & sunsetnya indah banget. Nasib karyawan hahahhahaha.
    Tapi senang sih bisa lihat orang-orang yang menyetor susu perahan waktu sore, ruame banget.

    1. Untung kalian yang memutuskan pulang lebih dulu dapat momen perah susu dan setor susu pas sore hari itu ya. Rameee banget suasananya. Jadi tahu proses demi proses pengolahan susu di tempat aslinya. Trus jadi kepingin sesap susu segar di sana lagi deh. 😀

  2. dwisusantii says:

    Yah, ingkar dari dijanjeni jam empat tapi kan masih punya cerita memerah susu sapi di hari lain kan mas 🙂

    Pagi-pagi udah pada ala-ala levitasi segala, udah pada mandi?
    Pagi-pagi juga udah pedekate sama Bu Juwariyah buat mrospek anak gadisnya?

    1. Mereka pada semangat levitasi ala-ala, padahal perut masih kosong, tapi stamina mereka strong banget kayak mau apel gebetan hahahaha. Anake Bu Juwariyah kayak e wes do rabi, malah anak e pemilik homestay yang kutempati bareng Qyqy sing isih jomblo. 😛

  3. Evi says:

    Aku suka banget membaca tiap posting Halim mengenai blusukan di desa-desa seperti ini. Seperti ikutan bangun pagi, terus naik mobil, mendarat di Cafe Sawah dan melihat petani bekerja. Indah ya pedesaan di Jawa…

    1. Desa wisata-desa wisata yang telah kukunjungi selalu meninggalkan kesan-kesan yang baik. Seandainya dikasih tempat untuk tinggal selama sebulan di sana tentu akan kulaksanakan, soalnya tempatnya tenang dan bikin kerasan. Ingin sekali belajar bercocok tanam di sana untuk menyambung hidup. 😀

  4. Malang itu dingin, Pujon lebih dingin dari Malang, terus kalo Pujon jam 4 pagi tuh apa nggak kayak kulkas, koh? 😐
    Waaa jadi ibuknya itu bukan orang Jawa? Suaminya itu mungkin dulunya transmigran terus pulang ya? Terus aku baru tau di Pujon banyak yang bahasa Madura wkwkwk.

    Ya sehat-sehat nggih, buk, pak.

    1. Untungnya ke sana pas “summer” jadi udara nggak terlalu dingin, jaket tipis amanlah buat menginap di Pujon Kidul lewat bulan April hihihi. Bu Juwariyah kelihatan banget logatnya nggak ada Jawa Timurannya blas, dan kemarin nggak sempat ketemu dengan suaminya jadi belum ngobrol lebih intim. Mungkin kak Gallant kalau ke sana dan ketemu ama mereka ku titip salam yaa. 😀

  5. @nurulrahma says:

    Adududuhhh baca postingan anak2 muda di Eksplor Desa Wisata ini beneran bikin mupeng banget jelajah pedesaan. Tengkyuuu for sharing yes 🙂

    1. Wisata di desa itu menyenangkan dan mengedukasi banget, mbak Nurul. Mari dipilih salah satu desa wisata atau mau mengunjungi semuanya juga bisa banget. 😉

  6. Liburan yg bner2 liburan tuh kayak gini ya, bisa menghirup udara seger sepuasnya 😁
    Tapi kalo perjalanannya ke malang sih sama aja bakal bermacet2an dulu kayaknya haha

    1. Wuakeh banget potensi desa wisata di Kabupaten Malang yang harus pake banget diintip dan disingahi hehehe. Yen pilih Pujon Kidul bisa langsung seruput susu sambil melihat panen sayur-mayur segar dari ladang.

      Yen kadohan hayuk ngubleg-ubleg desa di Semarang dan sekitarnya wae, Jo. Tak kancani. 😀

  7. Seru banget ini liburan maen ke desa liat pemandangan yang indah dan liat langsung kehidupan penduduknya.. Pasti akan bikin kita semakin bersyukur dengan keadaaan kita yang sekarang ya.. Fotonya keren-keren ahhh, jadi pengen cuti.. Huhuhu..

    1. Liburan di desa itu menyenangkan. Ada banyak bentuk kesederhanaan yang sudah dilupakan oleh orang perkotaan bisa ditemukan di desa. Buruan ambil cutimu dan segera liburan ke desa. 😀

  8. Charis Fuadi says:

    cafe di sawah itu pingin lihat bgt… enak bgt rasanya kalau nongki-nongki disana ha aha ha

    1. Suasana di Kafe Sawah menarik dan instagrammable banget! Ntar kujabarkan khusus review tentang Kafe Sawah yang menginpirasi. Siapa tahu Charis tergugah untuk bikin serupa di persawahan dekat rumah hehehe.

  9. jonathanbayu says:

    Ini beneran indah ya desanya. Duh! Pengen tinggal disana!
    Cuma aku tuh ga tahan dingin, kena angin dingin dikit aja bisa pilek hahaha

    1. Pertengahan tahun nggak terlalu dingin udaranya di daerah sana. Kalo masih takut kedinginan… Tenang, ntar pakai jaket lapis sarung atau pinjam selimut yang bisa dibawa ke mana saja biar nggak kedinginan pas di luar rumah hahaha. Desanya damai dan asri banget, kujamin betah deh tinggal lama di sana. 😀

  10. Hastira says:

    wah alam pedesaan yang gak ada di kota dan selalu bikin tentram

    1. Keramahan penduduk desanya juga bikin betah. Sesekali bolehlah meluangkan waktu untuk piknik ke desa biar pikiran fresh dengan kesederhanaan yang disuguhkan. 🙂

  11. Rudi Chandra says:

    Indah banget desanya.
    Apalagi sunrisenya itu.
    Bikin suasana jiwa jadi tenang.

    1. Menenangkan jiwa banget menghirup udara pagi dan melihat matahari terbit di sana. Tetesan embun pagi dan hamparan pematang hijau pun bisa bikin pikiran segar kembali. 🙂

  12. aya says:

    seandainya kamu ikut Bu Umi memerah susu, mas. Perjalananmu di Pujon kidul lebih sempurna, wkwkkkw

    1. Pemilik homestay-nya ramah banget, jarang-jarang loh pengelola homestay yang selama ini ditempati menawarkan tamunya untuk melihat aktivitas sehari-harinya. 🙂

  13. Pujon Kidul itu disebelah mana ya,
    saya ada kawan yang juga tinggal di Pujon, nama dusunnya kalo gag salah Ngantung. Dari bertani Penduduknya bisa dikatakan berkecukupan. Di dusun kecil ini bisa ditemukan mushala/masjid kurang lebih 20!
    Pemandangannya mirip2 seperti yang agan ceritakan ini

    1. Lokasi Pujon Kidul jika ditempuh dari Kota Batu, letaknya sebelum Pujon. Sudah ada petunjuk jelas menuju Cafe Sawah, jadi dijamin nggak akan nyasar hehehe. Betul banget, Malang dan Kabupaten Malang ada banyak mushala dan masjid tersebar di mana-mana. Memudahkan siapa saja yang hendak menunaikan salat. 🙂

  14. duhhh.. liburan di desa pagi2 memang paling mantap dehh..
    refreshing total bangetsss..

    1. Seger banget, mbak Endah. Mandi matahari pagi, trus kena percikan embun dari ladang. Bikin awet muda deh. 😀

  15. Deddy Huang says:

    view pagi nya kayaknya sejuk dilihat dari foto. siapa sih yang foto loncat.. kayaknya loncatannya khas gitu

    1. Yang lagi loncat itu… mau tahu atau mau tahu banget? Hahaha. Seru banget aktivitas pagi di Pujon Kidul. Warganya juga ramah dan terbuka terhadap orang asing yang baru mereka kenal. 🙂

    2. Deddy Huang says:

      Mau tahu banget…

  16. sabiladam13 says:

    kalau ke pujon kidul lagi, sempatkan kunjung ke sumber pitu mas. 3 air terjun dalam satu lokasi.

    1. Nahh dulu sempat diceritain oleh pemilik homestay, sayang waktu terbatas jadi belum sempetin mampir. Next time akan usahain main ke Sumber Pitu. Thanks ya. 🙂

  17. Pujon Kidul ini asik dan lebih siap memang. Topografinya mendukung, lokasinya strategis 🙂

    1. Bener banget, Qy. Apalagi Pujon Kidul udah didukung Cafe Sawah yang kini hits di dunia maya. 🙂

  18. Heriand.com says:

    Sunrise di pedesaan memang terbaik mas.

    1. Setuju pake banget, Her. Embun pagi ketika menunggu sunrise selalu sukses bikin paru-paru kembali segar. 😀

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.