Empat Hari, Satu Pulau, Empat Kabupaten

Pulau ini terbagi menjadi empat kabupaten, membuatnya belum memenuhi syarat untuk dimekarkan menjadi sebuah provinsi baru sehingga secara administratif masih masuk wilayah Provinsi Jawa Timur. Meski sudah dihubungkan oleh sebuah jembatan dari Pulau Jawa, sejauh ini sebatas kuliner bebek di kabupaten paling baratnya saja yang menarik minat sebagian besar wisatawan. Beberapa mengaku takut berkeliling pulau akibat pemberitaan negatif tentang aksi kekerasan hingga kerusuhan yang sempat menimpanya beberapa tahun silam. Padahal wisata alam dan budaya di pulau ini nggak kalah dengan pulau-pulau yang lain di Indonesia.

Ladang-ladang garam yang tersebar di beberapa wilayahnya menjadi berkah tersendiri bagi sebuah pulau yang dikenal dengan sebutan Pulau Garam. Sebelumnya saya pernah mengunjungi dan menulis perihal garam di sana, tentang berdirinya perusahaan garam pada masa Hindia Belanda, pun jejak kolonial yang sempat mendiami ujung paling timurnya. Wilayah dengan total luas (termasuk pulau-pulau kecil) kurang lebih 5.300 km² ini juga kaya akan gas alam, terbukti dengan adanya fenomena api abadi di salah satu kabupatennya.

Oh ya, pulau yang saya maksud adalah Pulau Madura.

Jembatan Suramadu dari sisi Surabaya
Jembatan Suramadu dari sisi Surabaya

Dari kantor BPWS (Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura) yang beralamat di Jl. Tambak Wedi no.1 Surabaya, bus yang saya naiki bersama kawan-kawan blogger dari beberapa kota di Indonesia dan panitia dari Plat-M (komunitas blogger madura) bertolak menuju Pulau Madura. Jembatan Suramadu yang telah diresmikan tahun 2008 silam menjadi gerbang penyambut sebelum kami diajak untuk melihat lebih dekat perkembangan infrastuktur dan potensi wisata dari keempat kabupaten yang tersebar di Madura.

Desa Batioh Sampang
homestay di Desa Batioh, Sampang

Memang empat hari bukanlah waktu yang cukup untuk mendatangi semua obyek menarik di sana. Namun selama mengikuti trip #MenduniakanMadura bersama mereka, saya melihat sesuatu yang baru dan berbeda dengan perjalanan yang pernah saya lakukan sebelumnya. Selama tiga malam kami menginap di rumah warga, bukan di hotel banyak bintang. Mendapat perlakuan istimewa layaknya saudara yang tengah berkunjung serta dapat menikmati jamuan lezat yang disajikan langsung oleh penduduk setempat adalah pengalaman yang luar biasa menyenangkan.

Plat-M juga berusaha menghapus anggapan bahwa Madura merupakan daerah yang rawan tindakan kejahatan dengan sebuah drama kecil di dalam bus. Siang itu bus tiba-tiba berhenti cukup lama di tengah perjalanan. Membuat semua orang kebingungan. Berri Anam, salah satu panitia dari Plat-M memaksa masuk ke dalam bus dan beradu mulut dengan Vicki, panitia yang lain. Apa yang mereka bicarakan tidak terdengar jelas, bahasa Madura yang mereka ucapkan. Harga diri dan wanita sekilas disebut oleh mereka. Kemudian nada bicara salah satunya semakin meninggi disusul acungan celurit yang dikeluarkan dari balik punggungnya. Deg!!! Tak selang lama panitia yang lain terkekeh di dalam bus dan menjelaskan bahwa adegan dalam sandiwara itulah yang dinamakan carok.

Bagi orang Madura, carok merupakan bentuk pembelaan terhadap harga diri akibat hinaan serius terkait wanita seperti terjadinya perselingkuhan. Carok bisa dilakukan oleh pelaku ketika sudah mendapat persetujuan dari keluarga, bukan sebuah kejahatan yang dengan tanpa alasan dapat membunuh lawan. Bahkan mereka harus melakukan ritual khusus seperti remo dan kegiatan berdoa sebelumnya. Setelah itu berakhir, pelaku dengan sendirinya akan menyerahkan diri kepada polisi. Persepsi orang luar Madura terhadap carok sering disalahartikan, sebab itulah panitia Plat-M merasa perlu menjelaskan tentang tradisi yang di masa sekarang sudah tidak dilakukan mengingat tingkat pendidikan masyarakat Madura yang semakin tinggi.

Singkat cerita, kami melakukan perjalanan selama empat hari (22-26 November 2016) dan singgah ke beberapa tempat di empat kabupaten yang ada di Pulau Madura. Mulai dari kabupaten paling barat, di Kabupaten Bangkalan kami diperlihatkan KKJSM atau Kawasan Kaki Jembatan Sisi Madura, proyek pembangunan dari BPWS yang akan menjadi rest area, kawasan industri dan pemukiman. Lalu KKM atau Kawasan Khusus Madura yang masih dalam pembangunan dengan akses jalan masuk dari Desa Tolbuk di Kecamatan Klampis. Dilanjutkan dengan melihat potensi wisata di Kecamatan Kwanyar dan mendapat sambutan ramah dari warga di Desa Ketetang yang mengizinkan kami bermalam di sana.

Air terjun Toroan yang menjadi satu satunya air terjun di Kabupaten Sampang pun kami sambangi. Air terjun dengan tinggi tidak sampai dua puluh meter yang jatuh langsung ke laut tersebut sudah memiliki akses jalan yang bagus. Tak ketinggalan Pantai Nepa di Desa Batioh, Kecamatan Banyuates yang berpasir putih dan punya letak tak jauh dari Hutan Kera Nepa. Untuk Hutan Kera Nepa, selain dihuni oleh ratusan macaca atau monyet ekor panjang juga sarat dengan folklor Raden Segara, keturunan kerajaan (legenda) Medang Kamulan yang diceritakan sebagai orang pertama yang menghuni Pulau Madura. Sebuah pohon dililit kain warna-warni yang terletak di tengah hutan dipercaya sebagai bekas petilasan tokoh dalam cerita rakyat tersebut.

Batik Pamekasan
Batik Pamekasan di Klampar
Batik Pamekasan
Batik Pamekasan

Berbicara tentang kain, kami juga diajak melihat proses pembuatan Batik Pamekasan yang berpusat di Dusun Banyumas, Klampar, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan. Rumah batik milik Pak Ahmadi yang terletak di depan Islamic Centre Pamekasan (bisa dihubungi di nomor 0324-322961/08123242701) sore itu masih dipenuhi para pengrajin batik yang dengan giat menorehkan malam di atas kain batik dengan media canting tulis. Alat kuas ikut digunakan untuk menutup warna. Warna Batik Pamekasan cenderung berani seperti warna biru, merah, hijau daun dan kuning. Harganya selembar batik tulis di sana mulai dari Rp150.000 sampai harga jutaan rupiah tergantung bahan dan kesulitan motif yang dilukisnya. Sekar jagad, kupu-kupu, sulur adalah beberapa motif yang dijual di UD. Aneka milik Pak Ahmadi.

Kabupaten Sumenep yang terletak di ujung timur Pulau Madura menjadi wilayah dengan tempat kunjungan terbanyak yang kami singgahi. Pelabuhan Pasongsongan di Kecamatan Pasongsongan yang dipadati oleh para nelayan yang pulang melaut dengan hasil tangkapannya menjadi salah satu pemberhentian kami. Ragam ikan segar yang masih mati sekali dipamerkan di muka pelabuhan. Suami menangkap ikan sementara istri yang melakukan transaksi jual-beli menjadi pemandangan jamak di sana.

Berbeda dengan pemandangan di Desa Tanjung, Kecamatan Saronggi yang didominasi pemandangan hamparan tambak rumput laut. Budidaya rumput laut di Saronggi sudah menjadi mata pencaharian utama warga di sana sejak puluhan tahun. Meski terdengar keluhan demi keluhan mengenai kualitas dan harga rumput laut di pasaran yang semakin menurun, mereka tetap terlihat semangat mengikat bibit rumput laut ke rakit bambu yang diapungkan di laut. Terik matahari tidak menghalangi aktivitas mereka. Cara penanamannya pun masih menggunakan alat yang tradisional berupa rakit bambu, belum memakai metode tali panjang sebagai alat gantung bibit rumput lautnya seperti budidaya rumput laut di daerah lain.

budidaya rumput laut Saronggi
budidaya rumput laut Saronggi

Ditambah dengan kunjungan ke Pulau Giliyang, Dungkek, Sumenep (ditulis di artikel terpisah), kami sukses menginjakkan kaki ke empat kabupaten yang ada di Pulau Madura selama empat hari. Yayy! Tentu masih ada banyak obyek menarik yang terlewatkan dan tidak disinggahi. Masih ada banyak berita baik tentang Madura yang bisa diceritakan dan disebarkan kepada calon wisatawan Pulau Garam. Sudah saatnya menghapus stereotip yang selama ini terdengar keliru. Percayalah bahwa Madura itu aman, menawarkan keramahan yang sama dengan pulau-pulau lain di Indonesia. Madura juga mempunyai kuliner Madura yang bikin goyang lidah. Mulailah berkemas dan intip lebih dekat Pulau Madura. Cheers!

Sakalangkong Plat-M dan BPWS. 😉

70 Comments Add yours

  1. fajrinherris says:

    Ah setelah terakhir ketemu mas halim di festival teluk semaka 2015 dan kemarin berjumpa lg di #MenduniakanMadura. Senang ny bisa trip bareng lg mas. Tulisan ny ini yg membuat aku terkesima mas..

    1. Iya ya, udah setahun berlalu sejak festival Teluk Semaka, lalu ketemu lagi tahun ini di Madura. Ayok cari waktu buat keliling Solo dan sekitarnya, siap jadi guide. 😀

    2. fajrinherris says:

      Hahaha.. nanti aku ngumpulin dana dulu mas baru bisa ksana dan sekalian mau nemuin seorang teman dsolo..

  2. Dimas Candra Sugiarto says:

    Wahhhh kalo ke Sumenep, main2 lah ke rumah saya hehe

    1. Loh, sebentar… Dimas asal Sumenep ya? Wahh kemarin lupa kabar-kabar hehehe. Bolehlah next time main ke rumah Dimas kalau mlipir ke Madura lagi. Masih ada beberapa obyek yang ingin saya kunjungi di sana. Juga sudah rindu dengan bangunan-bangunan tua di kota lama Kalianget. 😉

    2. Dimas Candra Sugiarto says:

      Kebetulan sekarang kuliah di jogja hehehe….
      Sip sip…

    3. Kalau mudik ke Sumenep bolehlah ku dicolek hihihi

  3. blogger hits,,,,, kece abisss dah

    1. Ahh Radit bisa aja loh. Senang bisa ketemu blogger-blogger kece dari Pontianak di acara #MenduniakanMadura kemarin. 😉

  4. Alid Abdul says:

    Tinggi air terjunnya 20 meter? Nggak salah neh? Kok pendek gitu sih. Eh aku baru tahu klo Madura itu rawan kejahatan, tapi kok aku nggak merasa ya. Aman-aman saja tuh, dan ramah-ramah kok orangnya walau nada bicaranya yang mungkin bagi sebagian orang seperti bentak-bentak.

    1. Air terjun Toroan gak begitu dhuwur kok, Lid. Sebelas dua belas ama Jogan di Gunung Kidul, DIY. Selama iki awakku ke Madura ya fain saja, nggak pernah ada kejadian buruk. Cuma pernah denger sendiri kepesimisan warganya sendiri pas arep ning Mercusuar Willem III. Lah batinku ini warga setempat kok malah nyuruh pendatang ngati-ati kan jadi sedikit parno. Nyatane juga nggak ada apa-apa, AMAN. 🙂 Cuma memang daerah pantai utara-nya sering diberitakan ada kriminalitas karena jalan rayane masih sepi, yo pas apese ae hehehe.

    2. Alid Abdul says:

      Nah itu ko pertanyaanku, 20 meter itu lumayan tinggi loh, tapi kok liat fotonya gak lebih dari 10 meter yak hems. Opo perlu diukur ulang haha.

    3. Suk ta gawa roll meteran ben ukuran tinggine bisa diukur luwih akurat, ben awakmu gak penasaran maneh 😀

  5. Hendi Setiyanto says:

    kalau rame-rame ke sini mungkin saya berani, tapi kalau cuma berdua atau sendirian serem juga. iya sih di daerah lain juga kalau memang sedang apes, bisa saja menemui halangan di jalan-jalan. tertarik dengan batiknya, rumah beralaskan pasirnya dan juga satenya.

    1. Perjalanan Madura-ku tahun lalu sebelum ini jalan sendirian loh hahaha. Tengah malam nongkrong di terminal Pamekasan aman aja kok. Asalkan selalu berpikir positif, apes menyingkir deh. 😉
      Sate di Madura enak banget loh, Hen. Sayang kemarin gagal cobain Sate Lalat yang hits di Pamekasan, hanya cicip makanan yag disajikan warga setempat di homestay aja. Omong-omong kuliner di Madura, sudah kutulis loh di blog ini. #promosi 😛

    2. Hendi Setiyanto says:

      iya udah pernah baca keknya. ah kamu, macam Agustinus Wibowo saja yang selalu lolos dari “kesialan”

  6. Yugo says:

    Ga ajak-ajak, hih!

    1. Woro-woronya sempat disebar melalui FB, Yugo nggak sempat ikutan daftar kah? Puk-puk, sudah jangan sedih. Menunggu lain kesempatan lagi yah. 🙂

    2. Yugo says:

      Yah, aku ketinggalan berita. 😧

  7. Erna says:

    Lengkap kap.. Keren maz Halim… Kali pertama berjumpa dengan pean, itu luarrrrbiasaaaaaahhh…
    Masih banyak tempat kece yg recomended untuk dikunjungi di Madura…

    1. Terima kasih sudah mampir, mbak Erna. Pastinya akan kuagendakan lagi trip ke Madura. Pingin cobain kuliner yang belum sempat dicobain dan cari spot cantik buat difoto. Kalau ngilang ke Madura lagi, minta petunjuk mengenai tempat-tempat yang rekomended ya, mbak Erna. 🙂

  8. Kangen ke Sumenep.
    Terakhir ke sana tahun 1994 hahahhaha. Zaman masih bayi kakakakka

    1. Terlalu kata om Rhoma! Hahaha. Omong-omong dari Bandar Udara Trunojoyo bisa naik pesawat AIRFAST jurusan Sumenep-Surabaya lanjut Surabaya-Karimunjawa loh, Sitam. Barangkali aja niat mau naik itu dari Karimunjawa ke Madura. 😀

  9. Dian says:

    *Menunggu tulisan Halim yang lain lagi*

    1. Sebenarnya sudah numpuk draft obyek-obyek di Madura dari trip tahun lalu buahahaha. Bulan ini niatnya sih kucicil satu-persatu biar melengkapi tulisan destinasi utama di sana. 😉

  10. Ira says:

    aku terakhir ke Madura cuma numpng muter karena nyobain jembatan Suramadu..padahal pengen nyobain si bebek Sinjai di tempat yang pertama, pengen maen ke gili yang ada di Madura juga…pengen beli batik juga, air terjunnya, *banyak maunya*
    semoga bisa maen ke sana….

    1. Ikut tren kekinian banget cuma melintasi Jembatan Suramadu trus balik ke sisi Surabaya lagi hahaha. Sempat foto di jembatannya juga, kah? 😀 Beneran nggak nyesel kok kalau main ke Madura dalam waktu lebih dari tiga hari. Tiap kabupatennya punya obyek wisata yang menarik semua. Kalau suka sejarah, Sumenep pusatnya. Kalau alam yang unik ada di Bangkalan ama Pamekasan. Sampang punya pantai-pantai dan air terjun Toroan.

      Jadi kapan mau ke Madura? Hahaha

    2. Ira says:

      engga sempet foto..soalnya naek motor. Memacu adrenalin gitu Mas Halim, karena sebelahan sama Laut Jawa.
      Setelah bulan Desember!! Hahahaha…*masih jadi tahanan kota :(*

  11. Nila says:

    Waw ternyata Mas Halim kayak gak asing dengan Pulau Madura, ulasannya itu loh
    Senang juga bisa kenal Mas Halim, semoga bisa jumpa lagi di lain acara 🙂

    1. #MenduniakanMadura kemarin merupakan trip Madura kali ketiga saya. Tapi pastinya orang Madura yang lebih memahami dan kuharap bisa mengangkat potensi wisata di sana, mbak Nila. Sampai jumpa di pertemuan berikutnya di manapun itu. 🙂

  12. Avant Garde says:

    wajah madura yg sebenarnya itu santun dan ramah, begitu sih yg saya tangkap dr teman2 saya yg orang madura, salah satunya si Indra yg di Sumenep itu hehehe…

    wah, pake ‘drama’ carok di dalam bus yah? serem haha..

    1. Carok-nya cuma drama di bus aja, bukan beneran hahaha. Daku juga dapat sambutan yang ramah dari Indra waktu piknik ke Madura tahun lalu. Kemarin ada niat mau ajak ketemuan, tapi nomornya nggak ada yang bisa kuhubungi. Ya mungkin next time ke Madura lagi, mas Isna barangkali mo ke sana juga bisa barenglah. 🙂

  13. sebuah pulau dengan empat kabupaten seharusnya bisa lebih maju sih, mas halim. selama ini cuma madura united yang santer XD

    1. Madura United minggu lalu eksis di tipi loh. Setelah nonton itu baru tahu kalo ada MU di Indonesia. Kemajuan infrastruktur yang terkesan lambat memang masih misteri negara. Zaman kolonial, Madura ini sengaja dicitrakan daerah yang rawan, demi menutupi kekayaan alam di sana biar nggak diambilalih dan diekploitasi kerajaan Mataram mungkin. 😀

  14. Lengkap, dan ringkas. Keren!!
    Salam kenal ya Mas.

    1. Tersanjung tulisan ini dikunjungi Mahdus, blogger dari Madura. 🙂 Terima kasih, Mahdus.

  15. Sadam says:

    Bro gak neng pulau gili labak pisan?

    1. Wingi gak sempet nde Gili Labak. Kadung kesel ngikut jalan dari ujung ke ujung lagi. Mungkin suk awal tahun, nunggu cuaca cerah dan matahari cetar ben iso sukses menggosongkan badan koyo awakmu hahaha.

  16. Avant Garde says:

    ya mas, gimmicknya itu loh, berasa beneran ya “caroknya” hahaha …

    dia mah ababil mas wkwkwk *peace nder ^^v
    kadang saya pun telp gak aktif juga, gak jelas alasannya
    belum tau nih kapan ke madura 🙂
    paling penasaran sama kota tua kalianget sm keraton sumenep

  17. Fubuki Aida says:

    Menduniakan madura ini kemarin acara diumumin dimana to mas pendaftarane? Wahh ketinggal info ki

    1. Diworo-woro oleh Wahyu Alam lewat FB-nya, tapi disebar oleh blogger yang lain jg di hari yang sama. Ditunggu #MenduniakanMadura berikutnya saja siapa tahu bisa ikut meramaikan hehe.

    2. Fubuki Aida says:

      Amin. Pengen ke madura e mas. kalau ada lagi kabari yo 😀

  18. hanifandy says:

    weh. dapat foto bagus di suramadu. aduhh. aku kaga e.
    aku tertarik nulis carok. tapi ra ono fotone . haha

    1. Foto jembatan Suramadu diambil pas sebagian melu pembukaan nde kantor BPWS, sisa yg di luar dibawa mlipir ke pinggir jembatan sisi Surabaya. Oughh dirimu termasuk yang masuk ke dalam gedung ya? Hahaha.

      Iyo carok e gak ada foto kemarin. Do tegang terbawa suasana sampe gak wani keluarin kamera. LOL

  19. ndop says:

    Ketemu Halim sudah beberapa kali kalau aku. Pertama kenal pas Famtrip Dieng. Trus ketemuan di Solo. Trus Madura! Kapan2 harus liburan dewe ki bareng Mawi dkk hahaha

    Suwun wis disilihi duit. Duikku pas entek soale hahahaha

    Btw piye liburan desember with Hanif? Sido opo ora? Hahahaha

    1. Kudu diagendakan piknik dewe hahaha. Pingin kulineran nde Nganjuk juga kih. Eh tapi Yogya bolehlah diutamakan dulu, tambah sip sih nunggu cuaca rodo cerah ben dolane luwih leluasa tak terkendala ujan deres di tengah jalan. 😀

    2. ndop says:

      Iyes setuju. Sementara pas musim hujan koyoke mending staycation ae. Gak kudu hotel. Misal dolan ning omahe sopo ngono. Ngobrol2. Ngafe2.

  20. Seneng bisa jumpa sama mas Halim. Moga ada kesempatan berjumpa lagi ya mas 🙂

    1. Thank u, Silvi. Jadi punya teman baru berkat acara #MenduniakanMadura kemarin. Semoga bisa berjumpa lagi di manapun berada yes. 😉

  21. Molly says:

    Suka banget sama foto jembatan Suramadu sisi Surabaya itu, mas Halim. Kalo senja dan lampu2 nyala lebih kece lagi ya😀. Eh iya kita blom sempet ngobrol2 lama siiiiy, moga2 next bisa ketemu lagi ntah dimana ya. Hehehe😀.

    1. Foto jembatan Suramadu pas malam hari pernah kupasang di blog ini, tulisan ketika perjalanan Madura sebelumnya, tapi udah lama publish-nya hehehe. Iya nih, kita baru saling sapa aja pas acara kemarin hahaha. Ditunggu saja pertemuan berikutnya di mana berada. 😀

    2. Molly says:

      Oh.. hehehe. Cita-cita yang belum kesampaian soalnya, pingin berfoto di angle cantik itu pas blue hour. Iya ya, ngga ada yang bakal tau, mungkin aja satu saat ketemu lagi di kota lain, mas Halim :D.

  22. opickaza says:

    meskipun pulaunya kecil, namun 4 kabupaten tersebut ada banyak tempat wisatanya yah mas

    1. Banyak potensi wisata yang belum dikembangan sehingga baru warga lokal yang mengetahuinya. Nggak cukup keliling Madura selama dua sampai tiga hari, harus lebih dari itu hehehe.

  23. Gara says:

    Kalau dengar Madura malah jadi ingat hubungannya yang erat dengan Bali, terutama Buleleng. Sampai ada Kalianget dan pasangan suami-istri dengan kisah sedihnya itu. Panjang Madura ini kalau mau dikulik ya Mas. Dari zaman kebupatian Sumenep yang membantu pembukaan hutan di Tarik sampai ke masa kini, ada saja ceritanya. Semoga suatu hari bisa ke sana dan napak tilas. Sembari menunggu, saya baca-baca tulisannya Mas Halim dulu deh sebagai referensi, hehe.

    1. Wait, jadi Kalianget itu ada kisah sedihnya ya? Perlu cari banyak sumber buat tulis tentang itu nih hahaha. Kalianget bikin terpesona karena pemukiman yang dibangun oleh Belanda saat mereka memajukan pabrik garamnya saja. Ternyata ada kisah yang lain. Banyak cerita rakyat yang berkembang di Madura, termasuk Raden Segoro yang aslinya entah merujuk ke siapa. *brb baca ulang buku The History of Madura 😀

    2. Gara says:

      Iya, Kalianget itu kalau menurut cerita para sesepuh di Buleleng kekuasaannya sampai ke Bali. Sayang sejarah Bali, sebagaimana pembangunannya, lebih fokus ke hemisfer selatan sehingga bagian utara jadi terlupakan. Padahal justru di utaralah semua gonjang-ganjing itu terjadi. Ada punya bukunya itu, Mas? Masih ada nggak ya di toko buku, hehe.

    3. Isi bukunya lebih ke sejarah Madura global, mulai dari sejarah kerajaan masa lalu, tradisi dan potensi dari Madura. Dulu sih masih lihat di toko buku di Solo. Coba ya besok kubantu cek. Atau kalau mau cek sendiri judulnya ‘The History of Madura’ oleh Samsul Ma’arif. 😉

    4. Gara says:

      Oke baik Mas, coba saya hunt di toko buku, semoga masih ada. Terima kasih informasinya ya.

  24. Maz echo says:

    Semoga gak bosan bosan ya main ke madura, atas nama panitia mohon maap jika service para peserta kurang memuaskan, hehehe

    1. Pastinya nggak akan bosan, maz Echo. Malah pingin balik ke Madura lagi untuk lihat potensi wisata menarik lainnya. Terima kasih kemarin sudah mendampingi selama kegiatan berlangsung. 🙂

  25. Ini diaaaa partner sandal jepitku 😀 Kali kedua ya ini ketemu Mas Halim, dulu yg pertama pas Travel n Blog, tapi kita belum kenal. Tulisannya keren mas, beneran mengangkat citra Madura yang sebenarnya. Iya, orang Madura padahal baek2 ya, kenapa imejnya di luaran jadi seperti itu.

    1. Setelah baca komen dari mbak Unik yang ini langsung buka file foto lama, dan… bener toh mbak Unik ikut TravelnBlog tahun kemarin di Semarang. Hahaha maafken daku gampang lupa ama wajah orang.

      Imej buruk orang Madura di Jawa sengaja ditumbuhkan oleh kompeni pada zaman sebelum NKRI merdeka agar usaha ladang garam mereka di Madura nggak diobrak-abrik ama raja-raja di Jawa dulunya. Mungkin sih. 🙂

  26. Ah kereeen, kalau ada acara-acara lagi boleh lah kabar-kabari ya mas 😀

    1. Pastinya kabar-kabari donk, atau mau rancang piknik bareng juga ayok hehehe.

  27. Deddy Huang says:

    Seru banget perjalanan famtrip kalian kemaren ya

    1. Seruuu apalagi keliling pulau, empat kabupaten dikunjungi semua. 🙂
      Koh Deddy kenapa acara ini nggak ikutan?

    2. Deddy Huang says:

      Danaku belum cukup waktu itu untuk beli tiket pp nya.

  28. Zamsjourney says:

    mantap lim 😀 tulisannya asyik nih

    1. Terima kasih, Zam. Mudah-mudahan bisa jumpa lagi di lain kesempatan dan temani daku jalan di Madura lagi. 😀

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.