Berburu Kuliner Enak Wonosobo

Sebagai sebuah kabupaten yang diapit oleh dua gunung berapi, Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing, wajar jika suhu udara di Wonosobo cenderung dingin. Tidak sedingin dataran tinggi Dieng yang terletak di bagian utaranya. Wonosobo telah tumbuh sebagai daerah perkebunan yang sudah ada sejak masa Hindia Belanda hingga sekarang.

Pesona alamnya mampu memikat banyak wisatawan yang berkunjung. Pun dengan macam makanan khas yang telah berkembang di Wonosobo. Meskipun Wonosobo tidak memiliki terlalu banyak macam kuliner tradisional, tak ada salahnya meluangkan waktu berburu makanan khas di sana. Tidak akan menolak jika ada yang menyodorkan semangkuk makanan berkuah khas Wonosobo yang masih mengepulkan aroma sedapnya, kan?

Are you ready? 🙂

Kebun teh Tambi
Kebun teh Tambi

Pertama-tama mari mengenal Teh Tambi yang diproduksi di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Perkebunan ini sudah ada sejak ratusan tahun, tepatnya pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Produk unggulan yang bisa diperoleh di sana antara lain jenis teh melati, teh hitam, teh krisan dan aroma lain. Masing-masing bisa dibeli di toko milik PT Perkebunan Tambi.

Lokasi perkebunannya mudah dicari, setiap kendaraan yang melaju dari Wonosobo menuju Dataran Tinggi Dieng pasti melewati hamparan kebun teh yang terlihat dari pinggir jalan. Pucuk-pucuk daun yang dipetik dari lahan seluas 800 hektare milik PT Perkebunan Tambi mampu menghasilkan daun teh berkualitas yang sudah diedarkan ke dalam negeri hingga mancanegara.

Berikutnya ada Wedang Purwaceng yang diunggulkan sebagai minuman penghangat tubuh dan penambah stamina di ranjang! Seduhan akar tanaman menyerupai wortel ini mempunyai sifat diuretika yang mengandung senyawa yang berkhasiat sebagai penguat tubuh dan memperlancar peredaran darah. Banyak yang beranggapan bahwa Purwaceng ( Pimpinella pruatjan ) yang tumbuh subur di Dataran Tinggi Dieng ibarat ginseng di negara Korea yang memiliki khasiat sama.

Saya sendiri pernah minum dua sachet purwaceng merk “Tri Sakti” dalam satu tempo. Rasanya sih biasa-biasa saja, entah karena yang olahan sudah berkurang khasiatnya atau memang tergantung kondisi badan tiap individu. Hmm jadi penasaran seruput wedang purwaceng dalam bentuk akar yang masih asli dan ingin membuktikan kekuatan stamina tubuh seperti efek yang digembar-gemborkan. Hehehe.

Buah Carica yang tumbuh subur di Dataran Tinggi Dieng menjadi buah yang banyak diburu oleh wisatawan. Rasanya ada yang kurang jika belum mencicipi Carica di Wonosobo atau Dieng. Apalagi sampai kelupaan membeli buah tangan berupa manisan. Duh, jangan sampai deh.

Sebelumnya saya pernah menuliskan tentang Carica lengkap dengan proses pembuatannya. Silakan intip di sini. 😉

Tanaman asal pegunungan Andes ini awalnya dibawa oleh kolonial jelang Perang Dunia Kedua. Kontur dan lahan basah di Dieng cocok ditanami tanaman yang bernama latin Vasconcellea cundinamercensis tersebut. Dan seperti terlihat sekarang, Carica tumbuh subur dan menjadi buah khas yang dibanggakan di sana.

Selesai dengan macam minuman dan manisan Carica, kuliner Wonosobo yang harus dicicipi adalah Tempe Kemul. Tempe yang digoreng dengan tepung ini penampakannya beda dengan tempe goreng pada umumnya. Tempe mentah diiris tidak terlalu tebal kemudian dilumuri adonan tepung yang sudah diberi irisan daun dan bumbu. Meski balutan tepungnya membuat gorengan Tempe Kemul terlihat tebal, anehnya masih krispi dan renyah di bagian pinggirnya. Pokoke uenak! 😀

Mie Ongklok Wonosobo
Mie Ongklok Wonosobo

Masih di tempat yang sama, pemilik Warung Mie Ongklok dan Sate Bu Umi yang beralamat di Jl. Masjid no. 11 Kauman Utara, Wonosobo juga punya Mie Ongklok yang berkuah sedap. Pada dasarnya mie yang dipakai di Mie Ongklok adalah mie kuning biasa lalu diberi pelengkap rebusan kubis dan irisan daun bawang.

Eits, belum selesai penjabarannya. Di atas mie kuning yang sudah diberi pelengkap tadi, lalu diyur dengan kuah kaldu yang mengepulkan aroma sedap. Kuahnya berhasil bikin saya belingsatan. Kuah kaldunya dibubuhi ebi atau udang kecil yang sudah diberi campuran tepung tapioka agar mengental itu mirip dengan sajian Lo Mie di restoran Chinese Food.

Bedanya rasa kuah Mie Ongklok yang berwarna kecoklatan ini lebih ringan, manis dan sedikit gurih karena ebi yang digunakan. Apalagi dimakan bersama seporsi sate ayam atau sate sapi yang dijual di sana. Nah, jangan lupa ada sepiring Tempe Kemul di atas meja yang siap untuk dicomot kapan saja.

Kalau masih ngiler dan tambah penasaran, yuk cicip sendiri Mie Ongklok dan teman-temannya saat singgah di Wonosobo. 😀

39 Comments Add yours

  1. awansan says:

    saya juga pernah coba purwaceng asli pas , kok rasanya juga biasa aja, cuman rasanya badan jadi angeet 😂, temen cewek saya yg bareng nyobain testimoninya juga sama ..

    btw mie ongklok bu umi itu saya juga mesti mampir kalo ke wsb .. emang joss hehe..

    1. Bikin hangat seperti efek setelah minum wedang jahe kan? Mungkin harus minum rutin dan dalam jumlah banyak biar purwaceng keluar khasiatnya hahaha. Besok coba kutanyakan ke orang yang merasa seterong setelah minum itu. 😀
      Mie ongklok Bu Umi jadi andalan kuliner enak di Wonosobo. Setuju kuahnya joss. 🙂

    2. awansan says:

      hehe iya mungkin, harus minum banyak dan kontinyuu

  2. Yugo says:

    Mie ongklok yang ada satenya itu daerah mana? Atau setiap mie ongklok pasti ada satenya?

    1. Alamatnya Mie Ongklok Bu Umi sudah kutulis di atas. Warung Mie Ongklok Bu Umi di Kauman Utara ada pilihan menu sate yang bisa dipesan di sana. Warung Mie Ongklok lain yang cukup terkenal biasanya sedia juga, kak. 🙂

  3. denaldd says:

    Tempe kemul itu semacam tempe mendoankah? Duh lihat mie ongklok langsung ileran aku 😅

    1. Ahaa iya sekerabat dengan tempe mendoan tapi tempe kemul digoreng sampai garing sehingga tepungnya jadi lebih kriuk kres kres. 😀 😀

  4. Ira says:

    aku lapar ngeliatnyaa Mas Halim XD

    1. Hahaha… Mari makan Mie Ongklok di Wonosobo langsung. 😀

  5. Avant Garde says:

    belum ke wonosobo sih, jadi cuma bisa ngiler sambil ngunyah carica, soalnya carica udah kemana2 hehe..
    sek, mas, lha kok balik maning ke wordpress ??

    1. Padahal dari Ambarawa lanjut Temanggung terus bablas sithik wes sampai Wonosobo loh. 😀
      Hahaha selamat Anda mendapat sovenir cantik dari jejakbocahilang…

    2. Avant Garde says:

      hm..malah guyon ik mas’e :p

  6. wah saya pernah nih mas ke teh tambi, tapi waktu itu karena gagal naik ke dieng, lalu balik arah n jadinya cuma mampir di kebun teh yang lagi panas-panasnya, pulangnya bawa oleh-oleh teh mandeg di warung dapet berapa bungkus gitu banyak hoho, tapi kalo mie ongklok aku blom pernah coba

    1. Sempat ikut tur keliling pabrik teh-nya nggak? Saya pernah ikut tur-nya dan belajar banyak tentang ilmu pertehan hehehe.

      Ahaa betul, daun teh kering yang dijual di warung dekat pabrik lebih murah harganya dan rasa juga nggak kalah, hanya kemasan saja yang tidak terlihat menarik hehehe.

  7. dwisusantii says:

    Baca ini pas kondisi laper aaaa salah momen tenan —
    Aku pertama kali nyobain mie ongklok kok ga doyan… entahlah apakah mungkin aku salah memilih warung? rasanya soalnya terlalu manis e.
    Nah karena kalau ke wonosobo aku selalu ngerasa dinginnn ga pernah kesumuk an, aku paling tertarik sama mendoannya apalagi pas anget-anget *slruppp

    1. Gorengan memang menghangatkan yes kalo dimakan di daerah pegunungan, sama kayak hati nggak ya? Hihihi. Mie Ongklok Wonosobo cenderung manis dan gurihnya keluar dari ebi yang dipakai. Lain waktu coba cicip di warung Mie Ongklok yang lain siapa tahu dapat yang cocok di lidah. 😉

  8. salam kenal mas halim, pink belum pernah ke wonosobo, pengen kesana terlebih kalo ada yg post soal kuliner hehehe selain itu pengen lihat Dieng juga tapi belum sempat karena perkara cuti kantor

    1. Dieng dingin dan punya makanan enak yang menghangatkan perut, jadi kudu sempetin ke sana. Eh ini nyambung nggak sih dingin sama perut? Hahaha. 😉

    2. nyambung mas bukannya kalo dingin emang ingetnya makan yang hangat

  9. ruli retno says:

    Ya ampun… pengen nyoba semuanyaaa.. apalagi tempe nya itu

    1. Jadi tunggu apa lagi nih? Langsung berangkat ke Wonosobo! 😀

  10. PIPIT says:

    Paling suka kripik carica, jarang dan g nemu keripik itu didaerahku 😦

    1. Cemilan yang mengandung buah Carica enak di lidah semua yah. 🙂

  11. Jadi pengen mie ongklok hehehebe
    Belum pernah nemu nih, mie ongklok dijual di daerah lain. Eh ada nggak ya mas? Hehehe

    1. Di Yogya kemarin pas nyasar ke Pasar Kangen ada yang jual Mie Ongklok, Bayu. Tapi ya tetep enak dimakan di Wonosobo langsung donk hehehe.

  12. waah penasaran banget sama mi ongklolnya

    1. Kuliner satu itu memang khas banget. Wajib coba Mie Ongklok kalau mlipir ke Wonosobo hehehe.

  13. Dieng says:

    Salam Tempe Kemul dan senyum Purwaceng dari Wonosobo 🙂

    1. Jadi kangen ngemil tempe kemul nih… kangen carica-nya Wonosobo juga. 🙂

  14. alrisblog says:

    Buah carica itu kayak pepaya ya, mirip tampilan luarnya.
    Saya penasaran sama mie ongklok itu. Kuahnya seperti saos kacang, 🙂

    1. Saus kacangnya merupakan sambal kacang sate yang kebetulan saya letakkan di piring yang sama. 😀
      Kuah Mie Ongklok sendiri kuah kental kaldu ayam dan ebi dengan warna agak bening.

    1. Huehehe Mie Ongklok enak dimakan dan … dibaca pas lagi hujan di luar rumah. 😛

  15. waktu itu saya nyoba di Dieng kok rasanya kayak hambar gitu ya

    1. Di warung yang sama atau warung yang lain? Mungkin yang masak ngantuk dan lupa kasih bumbu hehehe.

    2. di tempat yg beda, di dekat penginapan di Diengnya ada resto yg jual mie ongklok gitu tapi kurang berasa, kata beberapa teman sih mie ongklok di Dieng sama Wonosobo emang beda rasanya, lebih enakan di Wonosobonya

  16. duartalk says:

    itu mie ongklok umi deket rumahku bro, kapan ke wonosobo kontak kontak yak, ntar aku ajak makan soto golak,,, ini yg asli wonosobo men.

    1. Baru tahu ada kuliner khas Wonosobo nama Soto Golak. Noted! Kalo mlipir ke Wonosobo lagi akan kuhubungi dirimu, Dim. 😉

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.