Postcards from Cirebon

Saat melakukan perjalanan dari kota ke kota, setiap kota tentunya meninggalkan kesan yang berbeda satu sama lain. Ada yang meninggalkan kenangan pahit, tempat tinggal si mantan atau pernah kencan buta di sana lalu pulang putus misalnya #ups. Tidak menutup kemungkinan juga kota tersebut meriangkan hati yang sedang gundah. Banyak hal kecil yang membuatnya nampak seperti tempat tinggal impian.

Yah semua relatif, tergantung suasana hati saat piknik di tempat itu, kan?

Kota Cirebon yang terletak di provinsi Jawa Barat bagian utara merupakan salah satu kota yang sudah lama masuk wish list yang harus saya kunjungi. Sayangnya beberapa kali hanya berwacana, berlanjut rencana, kembali ke wacana lagi, ahh sepertinya saat itu Cirebon masih belum siap menerima saya. Harus merendahkan ego, bersabar dan menunggu waktu yang tepat untuk mewujudkan rencana itu.

Stasiun Cirehon Prujakan dibangun SCS tahun 1911
Stasiun Cirebon Prujakan yang dibangun oleh SCS tahun 1911

KA Majapahit 149 yang saya naiki dari Stasiun Jebres, Kota Solo pukul 00.57 WIB akhirnya tiba di Stasiun Cirebon Prujakan setelah sedikit terlambat dari waktu tiba 06.42 WIB sesuai yang tertera di tiketnya. Pagi itu tak terlihat banyak aktifitas di dalam stasiun yang dibangun tahun 1911 atas prakarsa perusahaan kereta api swasta Belanda yang bernama NV SCSM atau Samarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij.

Setelah dilakukan renovasi tahun 2011, Stasiun Prujakan hanya melayani pemberhentian kereta ekonomi jurusan Jakarta dan kota-kota di Jawa Tengah dan Timur saja. Sedangkan kereta eksekutif dan bisnis berhenti di Stasiun Cirebon Kejaksan yang memiliki lahan lebih luas dengan waktu pembangunan awal keduanya hampir bersamaan. Bedanya Stasiun Cirebon Kejaksan sudah dipercantik oleh arsitek Pieter Adriaan Jacobus Moojen tahun 1920 dengan langgam campuran art deco dan art noeveau seperti terlihat sekarang.

Angkutan umum yang berseliweran di dalam kota menjadi penyelamat saya yang tengah menunggu kedatangan kawan-kawan yang lain pada siang harinya. Berdasarkan petunjuk dari seorang teman, angkota nomor D6 sukses membawa saya menuju Empal Gentong Krucuk di Jl. Slamet Riyadi ( sebelah BTN ) yang sudah legendaris itu. Tidak perlu menunggu lama agar semangkuk empal gentong yang maknyus langsung melesap ke dalam perut, soalnya asli enak hehehe.

Pun di beberapa kesempatan, angkota-angkota di Kota Cirebon punya banyak jalur menuju tempat-tempat menarik di tengah kota. Obyek wisata Goa Sunyaragi peninggalan Kesultanan Kasepuhan terlampaui berkat jasa mobil plat kuning warna biru telur asin itu. Keraton dan situs bersejarah lain yang letaknya tidak terlalu berdekatan juga berhasil dikunjungi.

Balai Kota Cirebon, Raadhuis rancangan H.P. Hamdl dan C.F.H. Koll ( 1927 )
Balai Kota Cirebon, Raadhuis rancangan H.P. Hamdl dan C.F.H. Koll – 1927

Meski ada sumber yang mengatakan bahwa Kota Cirebon menyandang predikat sebagai salah satu kota terkorup di Indonesia, hal itu tidak menghalangi aura kemegahan bangunan-bangunan tua yang tersebar di Jalan Siliwangi dan komplek sekitar keraton-keraton serta pelabuhan. Sungguh ada banyak bangunan berumur lebih dari seratus tahun berjajaran di sana yang berhasil membuat saya tercegang. Tidak disangka Cirebon memiliki potensi sebagai kota wisata sejarah. Andai kata kota ini dinobatkan UNESCO sebagai salah satu World Heritage Site mungkin banyak yang mengiyakan dan mendukung.

Cukup lama saya mengamati satu-persatu gedung-gedung perkantoran peninggalan kolonial di sepanjang Jalan Pasuketan hingga Jalan Yos Sudarso. Gedung BAT ( British American Tobacco ) bekas perusahaan rokok SS Michael yang terletak di Lemahwungkuk menjadi titik awal sebelum menjelajahi bangunan tua di komplek “Kota Lama” Cirebon. Pabrik yang kini dimiliki perusahaan rokok Bentoel bergaya art deco yang didirikan tahun 1920 oleh biro arsitek Fermond Ed Cuypers & Hulswit tersebut masih berdiri gagah dan mempertahankan bentuk aslinya.

BAT - British American Tobacco Cirebon
Gedung BAT ( British American Tobacco ) Cirebon yang dibangun tahun 1917

Selang satu blok dari sana tersebar cagar budaya yang lain seperti Bank Mandiri Cirebon yang menempati bangunan Bank Dagang Negara yang didirikan tahun 1920. Kemudian bekas De Javasche Bank kelima di Hindia Belanda setelah Semarang, Surabaya, Padang dan Makassar yang dibangun tahun 1916 sudah menjadi bagian dari Bank Indonesia Cirebon. Di sampingnya berdiri Kantor Pos dan Giro Cirebon ( 1906 ) sebagai patokan titik nol beberapa kota yang dilewati Groote Postweg atau Jalan Deandels ( kini Jalan Yos Sudarso, Cirebon ).

Yang tidak kalah menarik adalah Gereja Kristen Pasundan ( GKP ) yang memiliki bentuk segi enam simetris memiliki letak dan fungsi seperti halnya bangunan tua Gereja Protestan Indonesia bagian Barat ( GPIB ) di beberapa kota. Perlu diketahui bahwa tempat ibadah yang diperkirakan berdiri tahun 1788 tersebut masih menyimpan batu prasasti makam beberapa warga Belanda di halaman depannya. 😉

Berderetan dengan GKP terdapat Gedung Cipta Niaga Cirebon, bekas bangunan milik Internationale Crediet & Handelsvereniging “Rotterdam”, perusahaan kredit dan sewa-menyewa kapal ( 1911 ). Disusul dua gedung yang sudah difungsikan sebagai tempat pendidikan, SMPN 14 Cirebon ( 1933 ) dan SMPN 16 Cirebon ( 1933 ). Juga Gedung Bundar ( 1920 ) yang dulu berfungsi sebagai tempat memantau laut oleh Belanda.

Bank Mandiri Cirebon
Bank Mandiri Cirebon

Sayangnya belum banyak rasa ketertarikan generasi muda terhadap bangunan-bangunan yang selfiable tersebut. Terbukti dengan vandalisme yang sudah terjadi di tembok Gedung Bundar. Padahal kondisi “Kota Lama” Cirebon ini sudah mirip dengan komplek bangunan yang sering diperlihatkan para tour guide saat membawa rombongannya piknik ke negara-negara di Eropa.

Ah mungkin banyak yang belum tahu betapa bernilainya bangunan tua itu. Mereka bukan bangunan megah yang dibangun dalam satu malam seperti folklor Candi Prambanan. Atau mungkin mereka belum tahu berapa yang harus dikeluarkan dan pihak yang dikorbankan supaya tercipta tata kota seindah itu? Tak ada gunanya terus-menerus meratapi kegagalan bangsa di masa lalu sehingga lupa dengan kondisi masa kini toh? 😉

Cheers and peace…

50 Comments Add yours

  1. Saya tertarik kok sama bangunan tua tua tersebut…. 🙂

    1. Mantap! Kota penuh bangunan tua di mana nih yang paling berkesan? Share donk 🙂

    2. Saya belum mengunjungi banyak kok kak, yang paling berkesan, bangunan tua yang ada di Dataran Merdeka, KL

  2. Wow mantap sekali laporan di poscardnya…Kemarin aku gak begitu memperhatikan gedung-gedung tuanya 🙂

    1. Donna Imelda says:

      Kaka soalnya lagi asik dengan go pro hehehe

    2. Kalo ada rencana ulang telisik Kota Cirebon bolehlah ikut lagi. Ternyata masih banyak obyek menarik di kabupaten-kabupaten sekelilingnya. 😀

  3. Donna Imelda says:

    Prolognya gak asik nih, bawa2 mantan hahaha.
    Btw… postcardnya menarik, kaka. Gak sabar baca ulasannya satu per satu.

    1. Hahaha kebawa suasana lagu hits baru kesukaan anak muda yang diharapkan bisa segera move on oleh penyanyinya 😛
      Terima kasih, tante Don 🙂

    1. Resiko cakep dari lahir hahaha. Makasih kak Winny 🙂

  4. BaRTZap says:

    Kota tua Cirebon lumayan cantik ya, dan orang-orangnya ramah. Waktu aku jalan2 di sana tahun kemarin, enjoy banget pas eksplor nya, sayangnya cuma sebentar. Jadi pengen ke sana lagi.

    1. Kuliner di Cirebon juga enak-uenak, cocok di lidah semua hehehe. Daku juga pengin berburu kesenian Sintren yang semakin langka di Cirebon, Bart. Kemarin belum kesampaian lihat pertunjukan tersebut. 🙂

    2. BaRTZap says:

      Lho bukannya udah nonton sintren? Kemarin itu aku sempat baca postinganmu soal sintren. Atau memang sintren Cirebon beda Lim?

    3. Tari Sintren Banyumas yang kulihat di Desa Dermaji merupakan perkembangan dari Sintren Cirebon. Ingin membandingkan kesamaan dan perbedaan kultur antar daerah pesisir dengan yang bukan, Bart 🙂

    4. BaRTZap says:

      Enaknya divideoin biar bisa ikutan liat.

  5. Hahaha baca tulisan stasion Cheribon jadi ingat oma ku yang kalo ngomong pake gaya belandanya sheeeribon… padahal saya selalu ngomong cirebon bukan sheeribon hahaha…

    1. Lucu pastinya holland spreken didengar oleh telinga sekarang hahaha. Jadi penasaran nih apakah penulisan daftar kota pemancar di radio kuno tertulis “Cheribon” atau sudah Cirebon. 😀

  6. Bangunannya bikin mas Halim harus berlama-lama di Cirebon kayaknya hahahhahaha

    1. Betah pake banget, aslinya nggak mau keluar dari penginapan buat explore sisi lain di Cirebon. Pinginnya sih dapat tumpangan selama sebulan di Cirebon #lah #ngelunjak hahaha

  7. Fakhruddin says:

    Saya kalau ke Cirebon cuma Ziarah ke Makam Sunan Gunung Jati. Ternyata seru banget ya jalan2 di kota rebon ini.

    1. Omong-omong rebon, kemarin belum sempat ketemu rebon yang menjadi khas dari Cirebon sejak zaman kolonial nih hehehe.

  8. novariany says:

    ooh jadi mas Halim tuh kemaren udah duluan ke Empal Gentong krucuknyaaa haha..
    Terus terus jadi udah ketemu sama titik 0 nya Cirebon kemaren tuh?
    Btw, aku baca tulisan ini berasa lagi belajar sejarah deeeh mas hal 😀 😀

    1. Iyes, hari pertama sudah ke Empal Gentong Krucuk sendirian lalu berikutnya cobain Empal Asem Manis pas kalian sudah datang semua hahaha. Patok titik nol-nya nyelip entah ke mana, tapi banyak sumber yang berkata harusnya di depan Kantor Pos dan Giro Cirebon terdapat patok tersebut.
      Semoga tulisan bangunan-bangunan bersejarah Cirebon ini nggak bikin pusing kepala ya, Ran 😉

  9. Dita says:

    huhuhu aku juga pas Cirebon ke semua tempat ini sih, tapi gak bisa merangkai kata dan sejarah sebagus ini….keren kak 🙂

    1. Bangunan-bangunan di Kota Lama Cirebon beneran nggak kalah ama Jakarta dan Semarang, kak Dita mesti balik ke sana untuk foto cover majalah. 😀

  10. alaniadita says:

    ku suka suasana goa sunyaragi. Dan kulinernya duhh..

    1. Ahhh sama, daku juga betah lama di Goa Sunyaragi. Nggak bosan masuk keluar lorong-lorong misteriusnya hehehe

  11. Agus Susanto says:

    hwaa gue kemaren di cirebon cuma numpang lewat doank om, ga sempet explore.. “syedih”

    baca tulisan om halim malah jdi pengen kecirebon.. cuus berangkat..

    1. Kota Cirebon salah satu kota yang menarik dan banyak obyek sejarah yang bikin kalap hehehe. Kalau perlu singgah lebih dari sehari biar bisa telusur kota sepuasnya, mas Agus 🙂

  12. Akhir 2015 sempat ke cirebon, ikut temen pulkam sekalian dia mau kondangan..tp krn waktu yg terbatas, banyak tempat yg blm dikunjungi..liat bangunan tua aja cuma dr mobil sambil lewat, padahal pengen mampir untuk hunting foto..tp selama di jalan ngeliat cirebon itu enak banget, masih belum sesibuk jogja.. bangunan lamanya masih banyak terpengruh eropa dan cina.. terus beberapa jalan keliatan masih teduh dan jalannya belum ramai.. kulinernya juga enaaak! Tp tempat wisatanya masih underrated..next time mau keliling cirebon lg naik kereta biar bisa sekalian liat arsitektur stasiunnya 🙂

    1. Kemarin banyak jalan kaki di komplek sekitar keraton agar gerak lambat dan mendapatkan hasil jelajah secara maksimal. Hasilnya beneran ada banyak hal kecil yang indah dipandang mata. Jarak antar empat keraton di sana juga tidak terlalu berjauhan 🙂
      Setuju kulinernya enakkkk semua hahaha. Akan kutulis kuliner Cirebon secara terpisah agar bikin semakin kangen Cirebon ;-P

  13. Aiko says:

    menurutku bangunan tua tuh punya nilai yang jauh lebih mendalam ketimbang arsitektur modern kekinian. Kayak feelnya dapet bgt. Semacam bangunan2 tua di Inggris atau Prague tuh huhu…bagus bagus banget

    1. Ahha bener feel-nya dapet banget. 😀 Warisan kolonial yang mempercantik kota-kota di Indonesia, sudah seharusnya bisa diangkat jadi wisata sejarah yang mumpuni seperti negara tetangga. 🙂

  14. Cirebon Panas 😀

    1. Panas sampe lupa lihat yang bening maz 😛

  15. Yasir Yafiat says:

    Sepertinya kota Cirebon terlihat bersih dan asri, apalagi ketambahan bangunan tua. Makin yahuuud.

    1. Tata kota yang dibentuk oleh kolonial tertata banget, Yas. Perkantoran dikumpulkan dalam satu area, pemukiman pendatang dari negara lain pun diletakkan berdampingan dengan keraton. Tata kota yang rapi dan bisa jadi panutan kota lain jika saja nggak banyak tertutup bangunan yang menyalahi peraturannya hehehe

  16. waaaah cirebon.. gak ngajak2 nih mas Halim hehehe.. soalnya dr lama tertarik pengen kesini
    dan memang gak salh bangunan2 tuanya ga kalah sm kota lain hehehe 😀

    1. Hehehe masih ada lain kesempatan bro. Menarik ditelusuri kampung demi kampungnya, terutama sekitar keraton. Mesti luangkan waktu yang cukup biar puas di Cirebon, bro 🙂

  17. Monda says:

    nggak ke kelenteng seberangnya BAT..?
    ada lagi Masjid Merah Panjunan…,
    pokoknya keren2 deh [eninggalan sejarah Cirebon….

    malahan nggak meratiin banget gedung Balai Kota itu, padahal dilewati pas menuju Empal Gentong Krucuk
    udah kelaparan mungkin he..he,,

    1. Klenteng sebelah Bank Mandiri dan klenteng sebelah rumah duka belum sempat dimasuki. Waktu itu mereka ada acara keagamaan jadi sungkan mau masuk untuk ambil gambar hehehe.

      Masjid Merah Panjunan masuk donk, mbak Mon. Unik banget masjidnya. Ahh bangunan bersejarah di Cirebon memag istimewa semua 😀

  18. Cirebon.. selama ini cuma jadi seperlewatan kala mengunjungi tegal euy..
    *kapan mampirnya gw ini disini???*
    *tanya siapa*

    1. Hahaha padahal dari Tegal banyak moda untuk ke Cirebon. Oh iya Stasiun di Tegal mirip dengan Stasiun Cirebon Kejaksan loh. Banyak sejarah peradaban yang menarik di Cirebon, mesti sempetin mampir suatu hari nanti, mbak Endah 😉

  19. rynari says:

    Selama ini hanya melintas, sesekali mampir empal genthong. Ternyata Cirebon memikat ya dg ragam cagar budaya, postingan ini sukses menebar ‘virus’ pengin nglencer ke Cirebon.

    1. Cirebon memesona dengan peninggalan keraton dan kolonialnya. Pastinya sih kuliner di sana cocok di lidah semua hehehe. Semoga tulisan ini jadi penyemangat buat singgah agak lama di Cirebon 😉

  20. Akhirnya kesampaian juga ke Cirebon, mas. Eh, koh. Eh, apalah hahaha 😀

    Sepanjang Jalan YOS Sudarso sampai gereja memang jadi rute favoritku heritage walk, mas. Sayangnya, meski Cirebon punya potensi, tapi belum ada kesadaran dari pemerintah dan warganya. Jalan-jalan di kota Cirebon menurutku nggak nyaman, agak kotor dan berdebu.

    Btw, Chinatown juga ada di kawasan Yos Sudarso itu lho, mas. Masuk ke jalan kecil samping gedung BAT.

    1. Kemarin juga melintas di dua vihara di pecinaan, tapi nggak sempetin masuk karena sedang ada acara di sana. Panjunan sendiri bisa dibilang pertemuan dua kampung etnis Tionghoa dan etnis Arab. Indahnya toleransi suku dan agama yang dibentuk zaman dulu ya. 🙂

    2. Multikulturnya Cirebon masih bisa dilihat sampai sekarang. Kalau diperhatikan, bahasa Cirebon itu campur aduk bahasa Sunda, Jawa, Ngapak, dll, wkwkwk. Melting pot karena berada di antara Jawa Barat dan Jawa Tengah.

      Sempat bergulir wacana untuk menjadi provinsi sendiri, karena orang Cirebon sendiri biasanya enggan dibilang “Sunda”.

  21. lost in science says:

    Bener banget, harusnya Cirebon bisa mengemas kota ini menjadi kota heritage karena mix banget budaya yang ada disini. Soal udara panas menurut gw lain hal, karena Malaka yang anyep aja bisa laku dijual. :p

    1. Menunggu kejelian dari masyrakat, ditambah anak muda yang demen foto selfi agar tempat-tempat bersejarah di sana nge-hits di Instagram dan sejenisnya hehehe.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.