Di Balik Legenda Air Terjun Madakaripura

Kerajaan Majapahit yang pernah berkuasa selama dua ratus tahun meninggalkan pengaruh cukup kuat di sebagian besar wilayah Jawa Timur kini. Tersebar tempat pemujaan, pertirtaan, ataupun bekas pemukiman yang menyisakan arca-arca terpendam di dalam tanah. Tak jarang beberapa peninggalan dikeramatkan oleh kalangan tertentu. Bahkan sengaja diciptakan mitos hingga kutukan agar tempat itu tetap terjaga, jauh dari tangan perampok artefak berharga masa lampau.

patung Gajah Mada di Madakaripura
patung Gajah Mada di Madakaripura

Awan mendung menyelimuti langit Desa Negororejo, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo. Muncul kecemasan saya dan kawan-kawan yang lain tidak bisa menapaki sebuah air terjun hits yang dikenal dengan nama Air Terjun Madakaripura. Untung tak lama kemudian ada aba-aba bahwa jalur menuju obyek sementara aman untuk dilewati. Kami pun segera meninggalkan lahan parkir yang dipenuhi puluhan kendaraan bermotor dan lapak tak beraturan milik para pedagang kaki lima.

Lega bisa melewati tatapan segerombol anak laki-laki yang sedari awal mengincar sepeda motor para pengunjung untuk dicuci paksa. Rasanya tatapan mereka terlihat lebih menakutkan daripada raut wajah patung Gajah Mada yang sengaja diletakkan di jalan masuk air terjun.

Sudah banyak beredar cerita buruk mengenai scam di sana. Harus berhati-hati dengan barang bawaan, jangan menitipkannya di sembarang tempat. Bahkan ada anjuran harus punya keahlian menolak dengan halus tawaran guide abal-abal yang menawarkan track mulus menuju air terjun. Sejatinya jalan menuju Madakaripura tidaklah semulus paha bayi!

Tersiar beberapa versi cerita yang mengatakan Patih kebanggaan kerajaan Majapahit tersebut menghabiskan sisa hidupnya di Madakaripura. Versi Negarakertagama mengisahkan bahwa raja Majapahit kala itu, Hayam Wuruk menghadiahi Madakaripura kepada si Patih sebagai wilayah kekuasaan kecilnya di mana dia bisa memerintah sampai ajal menjemputnya. Terdengar semacam tempat pengasingan namun dikisahkan secara halus, huh?

Kitab lain mengisahkan akibat kesalahan langkah diplomasi yang dilakukan oleh si patih selaku wakil dari Majapahit terhadap Kerajaan Sunda akhirnya mengakibatkan Perang Bubat pada tahun 1357 M yang keji. Di mana Prabu Linggabuana, calon mertua Hayam Wuruk akhirnya tewas dalam peperangan, disusul oleh Putri Dyah Pitaloka, calon permaisuri Hayam Wuruk yang bunuh diri akibat kekecewaannya terhadap Majapahit. Sejak peristiwa itulah Gajah Mada dinonaktifkan, dipensiunkan dan akhirnya menetap di Madakaripura.

kabut di tengah perjalanan menuju Air Terjun Madakaripura
kabut di tengah perjalanan menuju Air Terjun Madakaripura

Tidak ada fakta atau bukti tertulis yang diyakini bisa menjelaskan peristiwa yang sesungguhnya terjadi kala itu. Sosok Gaja Mada pun disangsikan keberadaanya, boleh dibilang tokoh besar itu hanya rekayasa dari seorang politikus Orde Lama, tidak pernah ada di bumi. Tragedi pembantaian bisa saja diperhalus menjadi kisah penyelamatan moral bangsa dibumbui romansa.

Kitab-kitab tentu menuliskan apa yang dianggap terbaik bagi warga negaranya. Tidak akan mengungkapkan kebenaran secara gamblang yang bisa menimbulkan perpecahan dan kesalahpahaman. Bahkan ada kemungkinan sudah diedit, diberedel oleh resim yang berkuasa di beberapa periode.

Kebobrokan pemimpin kemudian dikenang sebagai kebajikan terselubung, demi rakyat katanya. Seolah mereka memanfaatkan keluguan kaum berpendidikan rendah agar di benak mereka terus terpatri nama pahlawan besar dengan jasa besar yang pernah hidup di dinasti tersebut.

Jembatan belum tersedia di sepanjang jalur menuju air terjun. Pemandu lokal hanya mengatakan bahwa jembatan berulang kali roboh akibat terseret badang saat hujan deras seharian. Di awal penyeberangan, debit sungai belum terlalu besar. Lambat laun kaki dilatih untuk waspada, jangan sampai salah injak batu sungai yang bisa mengakibatkan terpeleset atau terjungkal kalau lagi apes. Entah berapa sungai yang harus kami seberangi selama satu jam berjalan. Fokus dengan barang bawaan dan langkah kaki di dalam air setinggi lutut membuat saya malas menghitungnya.

Madakaripura dari kejauhan
Madakaripura dari kejauhan

Datangnya hujan dan air bah dari hulu seolah tidak bisa diprediksi. Salah insting bisa jadi terjebak di tengah luapan air yang mampu melukai pengunjung. Maka dari itu muncul larangan menuju air terjun saat langit sudah mulai gelap. Entah bagaimana dulu si Patih menyiasati air yang tidak bisa dikontrolnya saat dia mondar-mandir dari desa menuju tempat pertapaan.

Di bawah cipratan air terjun setinggi 200 meter, saya hanya bisa merenung dan mempertanyakan sebenarnya sehebat apa Gajah Mada di masa lalu? Tentu si Patih hanyalah manusia biasa, bukan manusia super seperti Superman. Kisah tentang kekuatan sakti hanyalah bentuk ketakutan yang dikarang dan dikoarkan oleh warga yang masih menghormati sosoknya saja. Apakah mungkin Gajah Mada sebenarnya meninggal terseret bah di tengah perjalanannya menuju air terjun? Ataukah hanya bayangan pohon di air terjun saja yang dilihat oleh warga sebagai seorang pertapa yang kemudian diceritakan sebagai legenda?

Fakta yang minim memang menciptakan keraguan terhadap sejarah sosok yang diagungkan di sebuah dinasti di masa lalu maupun sekarang. Pencitraan demi pencitraan dilakukan agar koloni-koloni bersatu dan percaya dengan kepahlawanan yang disiarkan pernah menyatukan Nusantara. Legenda selalu menjadi legenda. Sejarah kelam terus menjadi luka sebuah bangsa.

Mungkin ratusan tahun kemudian kembali beredar omongan mulut ke mulut tentang tokoh yang tidak ada disebarkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Antara fakta dan mitos terdengar samar lagi. Pengulangan teori politik yang pernah dilakukan pendahulunya. Pengulangan kegagalan sebuah dinasti. Ahh, istilahkan saja semua sebagai de javu.

Cheers and peace!

60 Comments Add yours

  1. mawi wijna says:

    Sebelum aku membaca isi artikel ini, pas aku baru membaca judulnya “Di Balik Legenda Air Terjun Madakaripura…” langsung tersambung sama fakta yang menggelitik, “… tengah menanti segerombolan pemuda yang meminta uang dari hasil mencuci kendaraan para pengunjung.”

    Entah, kenapa kalau mendenagr Madakaripura yang terbayang mesti yang seperti itu. 😀

    Untung di zaman dulu Gadjah Mada nggak wira-wiri ke Madakaripura naik motor. Semedi seminggu di sana sudah keluar banyak uang itu cuma buat donasi cuci motor, hahaha :D.

    BTW, kalimatmu yang “Tragedi pembantaian bisa saja diperhalus menjadi kisah penyelamatan moral bangsa dibumbui romansa.” mendadak bikin aku terbayang tragedi 65 – 66. Nggak tahu kenapa…

    1. Hahahaha jadi mbayangke Gajah Mada motoran trus dipalak di sana… Madakaripura beneran udah terkenal dengan scam preman cuci kendaraan. Nyampe di parkiran pun temen asli Probolinggo kasih peringatan berulang kali. Anak-anak di sana sepertinya bisa jadi satu cerita sendiri kalau dikulik lebih dalam. Curiga mereka nggak sekolah. Mesakne.

      Baca sejarah kerajaan jadi berkesimpulan, siklus 100 sampai 200 tahun masa tiap kerajaan pasti ada tragedi berdarah-darah. “Dinasti” NKRI jelas sudah punya tragedi 65-66. Entah akan bertahan berapa lama lagi menuju pergantian dinasti berikutnya. 🙂

  2. ardiantoyugo says:

    Suasananya agak gimana gitu ya… Mistis mistis… :mrgreen:

    1. Mistis tapi adem karena banyak pohon-pohon tinggi yang masih rindang, belum banyak yang ditebang liar. Seger kalau udah kecipratan air terjunnya langsung hehehe.

  3. Dita says:

    Kebobrokan pemimpin kemudian dikenang sebagai kebajikan terselubung, demi rakyat katanya. Seolah mereka memanfaatkan keluguan kaum berpendidikan rendah agar di benak mereka terus terpatri nama pahlawan besar dengan jasa besar yang pernah hidup di dinasti tersebut. >>>>> ini dalem banget kaaaaak, selama ini kita hidup di balik kisah-kisah kepalsuan semata kayaknya yaaaa

    aku sebel, belom kesampean ke sini T_T

    1. Generasi kita kerasa banget pengalihan isyu di mana-mana. Berita panas politik ditutup kasus oleh berita selebriti yang mengompori beberapa kalangan. Pucing kalo dipikir terus, kak Dit. Yang penting masih bisa piknik happy aja lah hahaha. Jadi kapan mo piknik happy ke Madakaripura? 😛

  4. Baktiar says:

    Keinget pernah kesini cuma gak ada foto2nya gara2 gerimis yang gak mau kompromi seharian gak brenti-brenti… ah pengen kemari lagi, nikmatnya kopi hitam dan pisang goreng yang masih panas-panas…

    1. Warung-warung yang tersebar di sepanjang jalan sungguh jadi oase di tengah keletihan naik turun susur sungai menuju air terjun hahaha. Mengenai foto, daku pun nggak banyak foto karena takut kamera kemasukan air sementara perjalanan masih panjang saat itu. Next trip bawa chasing atau bawa underwater kamera aja, mas Baktiar, dijamin kamera aman hehehe.

  5. aqied says:

    Aku sebel juga ini cuma sepelemparan spion motor kan ya dr bromo. Belom kesampean jugak kesini sini. Hfffftttt

    1. Madakaripura masuk kawasan TNBTS, tapi yo lumayan jarake dari Bromo. Sekitar 45 menit waktu tempuhnya, Qid 😀

  6. Saya sebenarnya suka banget dengan air terjun Madakaripura. Tapi yang bikin tidak nyaman adalah scamnya itu, guide paksaan, dicucinya motor tiba-tiba tanpa diminta. Saya pernah bawa tamu, teman saya hampir dikeroyok karena tidak mau pakai guide, sebagian malah sudah siap celurit. Soal motor kebetulan saya baru sekali mau minta dicuci soalnya barusan dari Bromo kan abunya tebal (pas erupsi), ya walau bersihnya seadanya.

    Eman banget Madakaripura. Terlepas dari legenda yang ada, pengelolaannya sungguh jauh dari kata layak.

    1. Serem juga sampai keluar celurit. Pas ke Madakaripura daku ikut rombongan jadi nggak nemu yang serem kek gitu. Hooh eman banget obyek wisata keren ini jadi tercemar oleh perbuatan mereka yang tidak bertanggung jawab.

  7. Hendi Setiyanto says:

    Dalem banget ini……………………….kritikan halusnya pada penguasa yang semena-mena hahaha

    1. Ayo sebutkan nama penguasanya hahahaha. Eh jangan dink, ntar diciduk agen rahasia 😛

    2. Hendi Setiyanto says:

      Ogah ah..takut diculik

  8. yogisaputro says:

    Banyaknya scam yang “maksa” jadi guide atau pencuci motor itu penanda wilayah Madakaripura itu belum berkembang tapi mulai banyak turis (yang dipandang orang lokal selalu berduit banyak padahal belum tentu). Saya jadi concern ke manajemen wisatanya malah, daripada air terjunnya sendiri 😛

    Kalau pengelolaannya bisa bagus dan melibatkan warga sekitar, pasti Madakaripura ini bisa lebih oke lagi.

    1. Ketidak siapan warga menyambut turis memang dilema industri pariwisata sekarang. Belum siap tapi obyek sudah dipromosikan secara berlebihan lewat media apapun. Hasilnya turis mbludag di luar perkiraan yang akhirnya tidak direspon dengan benar oleh warga yang belum mendapat pengarahan dari pihak berwajib.
      Jadi ingin ngobrol dengan anak-anak di sana biar dapat penjelasan kenapa mereka melakukan hal tidak terpuji tersebut nih hehehhe.

    2. yogisaputro says:

      Jadi…siapa pihak berwajib untuk mengembangkan industri pariwisata seperti ini mas? Itu pertanyaan super penting. Biasanya kita menjawab “pemerintah”, sebaliknya pemerintah menjawab “kita semua”. Gitu terus sampe Madakaripura kering :/

    3. Pihak berwajib yang saya maksud di sini nggak selalu pemerintah seperti lurah desa atau kementrian. Bisa saja LSM yang peduli atau anak muda yang tergerak dalam Karang Taruna setempat. Sebagai contoh Gunung Api Purba Nglangeran di Gunung Kidul, Yogya berhasil membina anak muda desa untuk menertibkan pkl dan mengatur perputaran uang retribusi di sana, bahkan menjaga kebersihan gunung pun dilakukan mereka sendiri, tidak mengantungkan kesadaran pengunjung apalagi pemerintah. 🙂 Semacam Akademi Berbagi dan sejawatnya, atau publik figure yg disanjung anak muda, atau mungkin turis yang mau turun tangan tanpa memikirkan negatif yang ada, sebenarnya bisa menrapkan ilmu di tempat semacam Madakaripura ini. Yah semua memang relatif lah 🙂

    4. yogisaputro says:

      Setuju banget. Saya jg berpendapat kalau siapapun bisa memulai asal ada kepedulian dan mau berkomunikasi dengan warga. Yang terbaik adalah dimulai dari warga. Kasian kalau ada objek wisata bagus yg invest malah orang luar dan warga setempat nggak kebagian.

      Diskusi yang menarik, mas 🙂

  9. Dian Rustya says:

    Apik Lim ceritamu iki…
    Dadi eling nek durung tahu ndek Madakaripura kih #TutupMuka

    1. Padahal…. Tuban karo Probolinggo ora adoh banget loh. Jarak Solo – Probolinggo luwih adoh loh. 😀

    2. Dian Rustya says:

      Jarak Tuban – Probolinggo ga seadoh Tuban – Tangerang ya Lim 😆

  10. Baru nyadar akalu disana ada banyak orang yang mau nyuci motor dengan sedikit memaksa. Lah semacam pungli yang terselubung 😀

    1. Sementara cuma bisa bilang “Saya prihatin….” 😛

  11. Fakhruddin says:

    Keren air terjunnya, tapi kok ada preman cuci motornya 🙂 Legenda adalah khazanah lokal yg patut dilestarikan. Kadang Legenda awalnya hanya berupa sastra karangan orang masa lampau, ya karena karya sastra ada yg sesuai fakta dan ada yg sesuai imajinasi penulisnya.

    1. Setuju dengan kalimat, legenda adalah khazanah lokal yang patut dilestarikan. 🙂
      Air terjun utama dengan patahan tebing melingkar di atasnya sungguh cakep dilihat langsung. Hanya bisa menunggu tukang palaknya sadar dengan sendirinya agar Madakaripura semakin dikenal banyak orang 🙂

  12. BaRTZap says:

    Kalau lihat air terjun, aku selalu ingat kejadian nyaris mati setelah hanyut terseret air dan nyaris terlempar ke terjunan setinggi 10 meteran di Sentul. Tapi biarpun begitu, rasanya aku akan selalu menikmati sensasi mencari dan bermain di air terjun.

    Btw, itu scam di Madakaripura udah terkenal banget ya Lim? Trus itu dalam rangka acara apa, kok rame2 gitu?

    1. Cerita terseret air baru ditwit aja ya? Belum sempat ditulis lebih detail di blogmu, Bart? Semua kejadian pasti ada hikmahnya, jangan anggap ketidak beruntungan di suatu tempat sebagai keburukan nasib. 😉
      Scam di Madakaripura sudah bukan rahasia lagi, komentar senada di atas sudah menjawab semuanya hahaha. Perjalananku ke Madakaripura sebenarnya sudah dua tahun lalu. Waktu itu ikut acara jelajah Probolinggo yang diadakan sekelompok mahasiswa asal Probolinggo. Ketemu kawan baru dari beberapa kota di Indonesia, bukan acara berbayar apalagi undangan loh. 🙂

    2. BaRTZap says:

      Iya Lim, baru ditwit aja. Menyusul ke blog nya, kebanyakan PR ini.

      Iya betul, selama selamat pasti ada hikmahnya.

      Ooo pantesan, kirain lagi susur jatim 😊😊

  13. wuih iya de javu banget ya dengan kondisi bangsa kita saat ini. btw dulu pernah diajak kesini sama orang lokal pas ngetrip ke bromo, salah satu air terjun favorit dengan view yang indah banget.

    1. Asyik banget kalau pergi bareng penduduk lokal di mana mereka bisa cerita tentang obyek wisata dari sudut pandang mereka. Sejauh ini Madakaripura juga air terjun favoritku, beneran belum ada yang ngalahin viewnya ya mas Heri 😀

  14. Keren banget sih mas penggambaran sejarahnya..

    Coba buku pelajaran sejarah SD ditulis begini, mungkin gak ngantuk tiap guru menerangkan.. hehehe..

    Anyway, tempatnya bagus banget, aku harus kesana!!!

    1. Terima kasih pujiannya, bikin tersipu deh hehehe.
      Madakaripura bisa dikunjungi saat ngetrip ke Gunung Bromo, letaknya nggak terlalu jauh dari sana 🙂

  15. hamid anwar says:

    Keren sekali, Lim 😀 kapan kapan kesana ah… pake drone biar kayak di tipi wkwkwk

    1. Hahahaha kalo mas Hamid pergi ke sana nenteng drone, aku ikut tampil sambil lambai tangan dari bawah air terjun yah. Biar disangka seleb dari acara halan-halan hits di tipi itu 😛

  16. Avant Garde says:

    Hola mas Halim, aku beberapa kali baca postingan soal Madakaripura kok baru tau ya ada scam cuci motor, lha mending kalo cucinya bersih …
    yang menarik dari postinganmu adalah baca komen2nya mas… makin memperkaya pengetahuan haha.. kayak baca di de*ik dot com, lebih seru baca komen2nya ketimbang baca beritanya haha..

    mada kari pura, mada = gajah mada ?
    pura = tempat penghormatan … kayaknya kalo pake ilmu “othak athik gathuk” kayaknya masuk tuh

  17. mhr99 says:

    owh jadi gitu ya sejarahnya, thanks ya atas ilmunya…

    1. Semoga mudah dipahami. Dari peristiwa Perang Bubat lah yang menjadi alasan kenapa tidak ada nama jalan Gajah Mada di Jawa Barat. 🙂

  18. Dzulfikar says:

    Widih, keren banget air terjunnyaa,, asli keren

    1. Kalau lihat langsung Madakaripura pasti akan mengatakan lebih dari keren 😀

  19. Aku tau air terjun ini malah dari foto bule yang menang lomba foto international dengan kategori the best landscape of nature. Ngambil fotonya dari atas. Dan gilaaaa keren abis. Belum pernah ada yang ngambil foto dengan angle ini selain dia. Lalu aku ke TNBTS hanya mampir Semeru Bromo saja sementara Madakaripuranya gak terkejar lagi waktunya. Penasaran pengen ke sana.

    1. Panggilan buat mbak Lina supaya balik ke TNBTS dan melipir ke Madakaripura hehehe. Aniwei jadi penasaran dengan foto bulay pemenang lomba foto internasional yang dimaksud. *brb gugling* 🙂

  20. Wew rame juga ya tempat ini. Oh gitu ya mas, dibalut mitos dan kutukan biar pada g nyuri artefak. Kalau beberapa warisan pusaka di jogja dikaya gituin, misal ada kutukannya, kira2 pada takut ngambil dan bikin vandalisme ga ya.. kalau nyuri sebenernya ga. Tapi vandalisme kui lho.. haha

    terkutuk jadi batu, misalnya

    1. Vandalisme seperti baru muncul di era alay. ERA ALAY!!! Huahahaha. Kepala arca Buddha sudah sering ditemukan nyunsep di halaman orang kaya, belum perhiasan yang mungkin dulu terkubur di suatu situs sudah dipajang sebagai hiasan rumah. Kan? Ya memang perlu dibikin kutukan biar yang usil dihukum sama “penunggu”-nya hihihi

  21. Gara says:

    Hoo, jadi Gajah Mada diberikan Madakaripura oleh raja saat itu, gara-gara “gagal” dengan Perang Bubat ya Mas? Hmm… menarik nih untuk ditelusuri. Kehidupan Gajah Mada dari beberapa sumber yang saya baca memang masih abu-abu dan kabur, belum ada yang demikian jelas bagaimana-bagaimananya (kendati prasasti Gajah Mada kayaknya ada di Museum Nasional). Menarik juga buat tahu bagaimana “kejatuhannya”, yah dengan sepak terjang dan ambisi integrasi wilayah yang seperti itu. Kayaknya kita mesti baca kakawin satu itu nih :hehe.

    Sebetulnya saya kepengen ke Madakaripura… tapi kalau scam-nya seperti itu masih pikir-pikir lagi juga. Sayang sekali ada oknum yang salah mengelola potensi wisata itu sehingga bukannya membuat pengunjung datang lagi, malah membatalkan niat wisatawan yang potensial. Hadeh… eh tapi di sana ada situs pertapaan nggak, sih? #eaaak.

    1. Versi halusnya sih semacam itu, Gar. Malah penasaran dengan kitab atau babad di Jawa Barat yang mengisahkan perang tersebut. Bahkan sampai sekarang pun Suku Sunda masih menyimpan ketidaksenangan terhadap sosok Gajah Mada sampai namanya nggak pernah diabadikan sebagai nama jalan di Jawa Barat hehehe.

      Usulku kalau mau ke Madakaripura mending ikut trip-trip yang biasanya digabung dengan sunrise Gn Bromo dkk. Lebih nyaman kalau jalan rame-rame. Situs pertapaan kmrn kok nggak nemu, maklum hati udah cemas bayangin gimana kalau kepeleset trus tas jatuh dan kamera basah, ditambah perasaan nggak tenang yang lain 😀
      Asli belum puas lama-lama di sana, kalau ada ajakan ke sana lagi, mau deh hehe.

    2. Gara says:

      Carita Parahyangan bukan sih? Kayaknya memang ada deh, yang itu bukan ya? :haha.
      Iya, terus ada “esti larangan ti kaluaran”, wanita Sunda agak dilarang menikah dengan pria yang asalnya bukan dari Sunda juga :hehe.
      Hoo… baiklah, sekalian ke Bromo kalau begitu. Noted!
      Atau kapan gitu Mas ada trip ke Bromo, biar saya bisa ikutan?

  22. Travelling Addict says:

    Harus trekking dulu ya supaya bs sampe ke air terjun madakipura? ga ada gojek gitu? #ngelunjak

    1. Kudu nyeberangi beberapa sungai, lalu lewat jalan setapak yang ditumbuhi pohon dan semak-semak. Kalau jalan santai habis waktu sekitar satu jam. Jadi kudu bener-bener siapin stamina yang fit. Gojeknya belum bisa lewat sungai, kak… mungkin suatu hari nanti mo usaha Gotek ( go-gethek ) di sana boleh lahh hahaha

  23. Endang says:

    Mantap tuh gak Madakaripura, jalannya agak greget gimana gitu. tapi suasananya adem aja.

    Salam hangat

  24. denaldd says:

    Wiihhh rame banget ya. Sewaktu kami (aku dan suami) kesana sepiii banget. Malah hanya kami yang sampai diair terjunnya. Berasa agak2 creepy gitu rasanya pas didalam goa itu 😀

    1. Air terjun Madakaripura udah rame karena beberapa travel agent udah masukin dia sebagai bonus sepulang dari Gn Bromo. Nggak heran turis mbludag, preman motor pun belum terkendali hehe

  25. ndop says:

    Tulisanmu iki sangar tenan! Ternyata dirimu menyimpan banyak kecurigaan sejarah masa lalu ya. Koyoke sip iki didadekno konco rasan rasan ahahhaha

    Aku juga hidup penuh curiga soalnya. Maklum sebagai pakar rasan rasan bersertifikat hahahah.

    1. Hahaha soale ngerasake urip zaman orba yang penuh tipu-tipu, pengalihan isyu yang sampai hari ini masih dipake ahli politik. Ahh sungguh muncul kepesimisan, keraguan terhadap kebenaran yang dikoarkan media tanpa bukti nyata. Baik foklor di masa lampau bahkan berita dinasti milenium ala ala sekarang yang kelak akan di-foklor-kan oleh pihak tertentu hehehe.

    2. ndop says:

      Meskipun jaman biyen enek sing seneng nulis diary, mungkin bahaya ya nek tulisane konangan pemerintah. Iso iso wonge dipateni. Ngeri:

  26. Fubuki Aida says:

    Tulisanmu dalem banget mas. Aku baru tau malah kehidupan gajah mada akhirnya diasingkan. Dan dyah pitaloka akirnya bunuh diri.
    Seperti biasa, komentarku buat tulisanmu: Keren euy.
    Jalan menuju air terjunnya keliatan sejuk banget. Tapi kalo harus ngadepin preman cuci motor gitu, berati ntar kalo ke sini harus rame-rame.

    1. Matur nuwun, mbak Ida. Saranku juga mending ikut open trip Bromo-Madakaripura atau pergi bareng teman yang asli Probolinggo biar jalannya nyaman dan nggak takut diganggu preman di sana. 🙂

Leave a reply to ardiantoyugo Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.