Yuk Wisata Museum di Surabaya

Museum selalu dinilai sebagai obyek wisata yang terlihat membosankan dan tidak ada menariknya bagi beberapa kalangan. Tak jarang jadi tujuan yang terpaksa dimasuki karena faktor kepepet, entah waktu yang terlalu luang atau tidak punya pilihan obyek lain di tempat tersebut. Padahal ada banyak pengetahuan yang bisa diserap saat mengunjungi sebuah museum. Berkunjung lebih dari satu museum berarti ada lebih banyak ilmu baru yang didapat.

Selain bangunan heritage, taman-taman kota yang sudah dipercantik, kuliner khas dan shopping center, Kota Surabaya yang merupakan ibukota provinsi Jawa Timur sudah mulai mengembangkan minat terhadap wisata museum. Mendapat julukan sebagai Kota Pahlawan bukan berarti semua museumnya bertemakan perjuangan dan pergerakan kemerdekaan loh. Selain Monumen 10 November, Surabaya juga punya museum yang unik, terlihat tidak biasa, bahkan bisa dibilang ( masih ) satu-satunya di Indonesia.

Sebelum pamer dan bangga dengan museum yang pernah dilihat di luar negeri, yuk kenali museum-museum yang menarik untuk dikunjungi di Surabaya! 😉


Museum House of Sampoerna
Museum House of Sampoerna

Museum House of Sampoerna berhasil membuat saya terpukau saat mengunjunginya pertama kali pada tahun 2010. Penataan dan tata ruangnya memudahkan pengunjung untuk melihat dan mempelajari satu-persatu koleksi yang ada. Bangunan berusia lebih dari 140 tahun tersebut dulu merupakan panti asuhan putra yang dikelola oleh Belanda bernama Jangen Weezen Indirichting. Kompleks ini kemudian dibeli oleh Liem Seeng Tee pada tahun 1932 dan berdirilah pabrik rokok Sampoerna yang pertama.

Bukan seorang perokok tidak membuat saya salah tingkah ketika masuk ke dalam bangunan bekas pabrik rokok Sampoerna. Dijelaskan secara singkat sejarah pendiri Sampoerna hingga foto para pemimpin direksi terbaru setelah Sampoerna menjadi bagian dari PT Philip Morris Indonesia. Koleksi barang antik milik keluarga Liem Seeng Tee juga dipajang dengan rapi dan tampak begitu mewah.

Meski terlihat mewah, tiket masuk museum yang beralamat di Jalan Sampoerna no. 6 ini GRATIS, tidak dipunggut biaya apapun. Asyik kan? Oh iya jangan lupa intip toilet nyeninya yang bikin betah duduk lama di dalam. 😀


KRI Pasopati 410 berdiri gagah di tepi Sungai Kalimas, Jalan Pemuda. Sungguh tidak menyangka ada kapal selam diletakkan di tengah kota! Setelah membayar tiket masuk 10.000 rupiah, pengunjung Monumen Kapal Selam akan disambut oleh ruang torpedo yang berfungsi untuk keluar dan masuk senjata peluncur torpedo. Empat lubang tersebut juga digunakan untuk meluncurkan pasukan katak atau perenang tempur.

Monumen Kapal Selam
Monumen Kapal Selam

Ruang berikutnya di Monumen Kapal Selam atau sering disebut Monkasel adalah ruang komunikasi yang berdekatan dengan tempat tidur perwira dan ruang komandan. Kemudian ruang pengendalian dan pusat informasi yang terdapat alat sonar, peralatan yang sangat vital jika periscope tidak digunakan pada saat kapal selam sudah menyelam ke dasar laut. Lalu ruang tidur abk ( anak buah kapal ), ruang diesel, ruang diesel dan terakhir ruang torpedo buritan.

Menelusuri lorong kapal selam jenis SS type Whisky Class buatan Rusia tahun 1952 ini ternyata tidak terasa membosankan. Saya malah sempat menghayal sedang berada di dalam KRI Pasopati 410 saat menyelam di perairan Irian Jaya ( Papua ) saat Pertempuran Laut Aru tahun 1962.

Ada penjelasan yang cukup lengkap mengenai fungsi tiap ruang, banyak sudut selfie dan yang terpenting tidak terasa panas karena tiap ruang di dalam MonKaSel yang diresmikan sejak 1998 sudah diberi AC. Tiket masuknya juga sudah termasuk menonton videorama yang ditayangkan tiap satu jam sekali mulai pukul 9 pagi hingga 9 malam. 🙂


Museum Kanker Indonesia yang terletak di Jalan Kayon no. 16-18 masih terdengar asing bagi beberapa orang termasuk warga Surabaya sendiri. Wajar saja karena museum ini jadi satu dengan Klinik Pratama milik Yayasan Kanker Wisnuwardhana. Buat apa masuk ke museum kanker, kan belum terkena kanker? Ucap saya dalam hati.

taman toga di Museum Kanker
taman toga di Museum Kanker
dinding doa
dinding doa

Setelah masuk ke dalam ternyata ada banyak informasi tentang apa itu kanker, penyebarannya, resiko besar terserang kanker, dan pencegahannya. Dijabarkan pula contoh gambar organ yang masih normal bersanding dengan awetan organ ( entah asli atau tiruan ) yang sudah terkena sel kanker.

Tidak semua orang menyadari bahwa dirinya tengah mengidap tumor atau kanker. Maka dari itu Museum Kanker Indonesia mengajarkan cara mendeteksi secara dini dan terapan pola hidup yang sehat untuk mencegahnya. Semua dilakukan dengan harapan bisa mengurangi angka penderita kanker di Indonesia.

Gedung Yayasan Kanker Wisnuwardhana yang telah diresmikan sejak tahun 1974 ini sekaligus menjadi klinik yang membuka praktek tiap hari Senin hingga Jumat mulai pagi hingga sore. Mereka melayani terapi dan pengobatan untuk penderita kanker. Museumnya sendiri tidak dikenai biaya masuk jika berkunjung pada hari biasa, sedangkan hari Sabtu dan Minggu tiket masuk sebesar 5.000 rupiah.
Cek lengkapnya di –> http://museumkankerindonesia.com/


Museum ini berdiri di bekas dua bangunan Lembaga Penyakit Kelamin yang diresmikan oleh  Dr. J. Leimena pada tahun 1951. Ada sumber mengatakan bahwa tempat yang beralamat di Jalan Indrapura no. 17 merupakan salah satu rumah sakit kelamin terbesar di Asia Tenggara pada waktu itu. Atas prakarsa dari seorang dokter yang juga ahli ilmu supranatural bernama Dr. dr. Haryadi Suparto, bekas rumah sakit kelamin kemudian dijadikan sebagai sebuah museum sejak tahun 1990. Untuk memasukinya cukup membayar tiket masuk sebesar 1.500 rupiah saja.

Museum Kesehatan Indonesia boleh dibilang sebagai salah satu museum dengan koleksi kesehatan yang lengkap namun berantakan tata letak koleksinya. Kurangnya informasi di tiap peralatan kedokteran yang didisplay di bangunan pertama membuat orang awam bingung dengan fungsinya masing-masing. Yang menarik perhatian justru salah satu bilik yang bertuliskan “dunia lain”. Katanya sih sering ada penampakan dan banyak yang kesurupan saat masuk ke dalam, katanya sih.

Bangunan kedua berisi koleksi tentang penyembuhan tradisional, kesehatan reproduksi dan genetika. Merinding campur geli melihat aneka ragam alat dan peraga ilmu santet, jimat tolak bala, hingga batu bertuah yang dipajang di rak display. Ditayangkan pula video tentang praktik ilmu hitam dari beberapa daerah. Tak ketinggalan koleksi air-air yang dipercaya menyembuhkan, air Ponari dari Jombang contohnya.

Pengobatan tradisional ini sebenarnya tidak salah, hanya saja banyak yang memelesetkan tujuan awal penyembuhan tersebut. Berkat koleksi penyembuhan tradisional yang terbilang tidak biasa, Museum Kesehatan sering disapa dengan sebutan baru Museum Santet. 😀


seragam Linmas di Museum Surabaya
seragam Linmas di Museum Surabaya

Bangunan bertingkat tiga dengan tulisan “Tunjungan City” menjadi lokasi perburuan museum selanjutnya. Persis di lantai 1 bekas Gedung SIOLA yang beralamatkan di Jalan Tunjungan telah didirikan sebuah museum yang baru diresmikan 3 Mei 2015 oleh Bu Risma selaku Walikota Surabaya. Museum Surabaya, namanya.

koleksi dari Simpangsche Societiet
koleksi dari Simpangsche Societiet

Pertama-tama pengunjung akan disambut oleh foto-foto walikota Surabaya mulai dari yang pertama, Mr A Meyross yang menjabat mulai 1916-1920  hingga walikota terkini sekaligus walikota perempuan pertama di Surabaya, Tri Rismaharini yang menjabat sejak tahun 2010. Saat saya berkunjung bulan Juli lalu, koleksi dikabarkan akan terus bertambah seiring dengan kemampuan pemerintah kota mengumpulkan benda-benda yang berhubungan dengan sejarah Surabaya.

Sementara ini sudah ditata dengan rapi buku-buku administrasi berbahasa Belanda bekas peninggalan pemerintah Hindia Belenda di Surabaya. Masih ada alat transportasi kota seperti bemo dan becak, peralatan rumah sakit tempo dulu, serta alat pemadam kebakaran dari masa ke masa.

Perabot antik yang dikumpulkan dari Balai Kota, Simpang Societiet, dan Balai Pemuda ikut melengkapi ruang kosong di museum. Mengunjungi Museum Surabaya betul-betul menjadi cara tercepat untuk mengenal wajah Kota Surabaya yang sebenarnya.
Seru kan?

Ayo ke museum! 😉

34 Comments Add yours

  1. Evi says:

    Belum pernah masuk museum kanker dan kesehatan. Kalau Sampoerna dan Pasopati sudah. Dan yang paling menarik tentu saja Sampoerna 🙂

    1. Setuju yang paling menarik House of Sampoerna, apalagi ditambah city tour gratis keliling beberapa heritage di Surabaya. Hehehe. Next time bisa intip Museum Surabaya yang baru diresmikan bulan Mei lalu. Lumayan meski belum tertata apik yang enak dipandang oleh mata. 😀

  2. ilaelmu says:

    taunya house of sampoerna dn museum BI,yg lain belum

    1. Ahh iya kemarin belum sempat masuk ke Museum BI di Surabaya. Sebenarnya masih ada lagi Monumen Pers Perjuangan yang lokasinya dekat dengan Tunjungan Plaza. Yuk visit MUSEUM 😀

    2. ilaelmu says:

      Monumen Pers aku juga belum. Yuk ayukk Visit Museum

  3. BaRTZap says:

    Aku senang banget kamu nulis ini Lim, jadi aku punya referensi seandainya ke Surabaya nanti mau ngunjungi museum yang mana. Btw, aku agak-agak sulit membayangkan museum kanker. Di dalamnya alat peraga nya seperti apa. Meskipun aku penasaran, cuma untuk melihat organ tubuh yang sudah ditumbuhi kanker rasanya seperti gimana gitu? Soalnya pernah punya beberapa orang dekat yang kena penyakit itu. Dan aku salut banget sama museum Sampoerna yang keren itu. Karena dibuka untuk umum dan gratis. Apakah itu bagian dari strategi CSR mereka ya?

    1. Museum Kanker tidak terlalu besar namun menjabarkan berbagai macam kanker yang menginggapi manusia. Awalnya juga bergidik pas lihat awetan organ yang sudah tidak sehat lagi, namun lama-kelamaan jadi penasaran dan mengamati satu-persatu awetan organ yang lain hehehe.

      Museum House of Sampoerna semenjak awal buka sudah memberlakukan tiket masuk gratis. Ditambah fasilitas mengikuti city tour ke beberapa pilihan kampung heritage di Kota Surabaya dengan menggunakan bus warna merah berslogan Sparkling Surabaya ( yang kini jejaknya diikuti bus wisata heritage di kota lain ). Naik busnya gratis juga loh, asalkan datang pada jam yang telah ditentukan. Kalau nggak salah ingat mulai dari jam 12 siang sampai 4 sore tur terakhirnya. 🙂

    2. BaRTZap says:

      Wah menarik banget! Aku udah beberapa kali ke Surabaya, tapi cuma lewat doang. Langsung bablas ke Madura atau Bali (duluuuu banget). Harus niatin muter-muter Surabaya nih kaya’nya 🙂

  4. belom pernah sama sekali ke tempat tempat ini, ke monkasel pun 😦
    padahal sejak kecil udah beberapa kali ke surabaya

    1. Udah gede belum ke Surabaya lagi? Asalkan museumnya masih dibuka nggak ada kata expired buat berkunjung ke sana hahaha. Ahh jadi inget belum merampungkan perburuan semua museum di Yogya nih 😀

    2. main keliling kampung kauman kayak di sini juga belom kan koh? 😀
      http://wp.me/p4yJOE-ku

    3. Iyo e arep mrono mesti gagal susun jadwal terus. Suk tak niati ke sana mumpung belum musim hujan #tekad 😀

  5. Goiq says:

    Banyak banget yang harus dikunjungi kalau ke Surabaya… catet semua

    1. Sebenarnya masih ada beberapa museum di Surabaya. Sayangnya belum sempat memasuki semuanya, jadi sisanya akan diulas di postingan lain aja hehehe. Yuk ke museum! 😉

  6. angkisland says:

    wah surabaya emang kecehhh… mantap mas…..

    1. Udah pernah masuk ke museum yang mana nih? 😀

  7. Wah jadi kangen surabaya..taun lalu ke HoS juga dan ikutan heritage tour pake bis wisatanya HoS juga yang gratis..padahal bisnya bagus banget.. pas ikut tournya HoS juga diajak ke museum bank indonesia yang sama2 recommended! 🙂

    1. Seru ya HoS-nya. Dulu pas ikut heritage tour dibawa ke Klenteng Boen Bio dan melewati Masjid Sunan Ampel. Sepertinya kudu ngulang lagi biar bisa sekalian masuk ke Museum BI yang kebetulan belum dimasuki juga hehehe.

  8. Ratna says:

    Wah, jd pengen ke surabaya… Apalagi museum Sampoerna kayanya keren banget liat gambarnya.

    1. Monumen 10 November juga menarik untuk dikunjungi, mbak Ratna. Museum HoS salah satu yang rekomended banget sampai sekarang, dan ada lagi yang nggak kalah seru yakni tour di Hotel Majapahit. Monggo dicoba pas mlipir ke Surabaya 😉

  9. Gara says:

    Wah museumnya banyak dan unik-unik ya Mas, semua punya tema sendiri dan tidak melulu soal sejarah jadi setiap museum pasti punya kesan sendiri. Teman saya pernah berkunjung ke Museum Santet itu dan katanya di sana memang banyak yang “aneh-aneh” :hehe. Kalau saya ke sana mungkin mesti ajak teman juga kali ya, agak peer kalau datang ke sana sendiri terus kesurupan, siapa oh siapa yang mau menolong? :hehe.
    Yang ada Surabaya Heritage Track itu di House of Sampoerna kan ya Mas?

    1. Hahaha yang deg-deg-ser itu yang ruang ada tulisan “dunia lain”, ntah apa maksudnya malah jadi salah satu obyek yang menarik bagi beberapa pengunjung. Bisa dibukain pintunya oleh penjaga kalau minat masuk ke dalam, dengan izin tentunya 😀

      Surabaya Heritage Track betul yang di HoS, Gar. Bus-nya keren, pakai AC pula, pecentus heritage track pertama di Indonesia. Sekarang sih udah banyak yang meniru seperti Semarang dengan SemarJawi, lalu Bandung, dan Malang hehe. Kalau ke HoS wajib ikut naik itu! 🙂

    2. Gara says:

      Mungkin isinya jenglot dan susuk begitu ya Mas :hehe. Ada banyak sih sepertinya di sana :)).
      Hoo… sebagai seseorang yang belum pernah naik bus wisata (yang di Jakarta juga belum pernah :haha), wajib banget deh dicoba. Thanks buat rekomendasinya!

    3. Kalau susuk, telor santet, paku santet dkk diletakkan satu tempat dengan jimat-jimatan di bangunan kedua, Gar. Ada jelangkung pula di sana hahaha. Tapi museumnya nggak ngajarin ilmu begituan, justru memberi gambaran awal ilmu tersebut terhadap kesehatan yang sayangnya malah disalahgunakan oleh oknum tertentu 😀

    4. Gara says:

      Kembali ke tujuannya sebagai museum ya Mas: fungsi edukasi dan menunjukkan kekayaan budaya, bukan untuk disalahgunakan oleh orang-orang :)).

  10. Suherlin says:

    selama 5 tahun tinggal di Surabaya, baru tau kalau ada museum kanker dan kesehatan. kemana aja gue? 😦
    kalau house of sampoerna sih udah beberapa kali. seru liatin orang bikin rokok, walaupun saya gak merokok 😀

    1. Di tulisan ini sudah ada alamat jelasnya. Jadi kapan nih mbak Suherlin mau berkunjung di keduanya? hehehe

  11. ndop says:

    Museum memang membosankan untuk kebanyakan orang. Baruuusan aku tadi siang ke museum nganjuk. Koleksinya lebih banyak ke arca arca patung ganesa dan patung patung bertangan empat lainnya. Maklum nganjuk penuh dengan kisah sejarah purbakala dibanding sejarah perjuangan.. Maklum juga nganjuk umurnya sudah 1078 tahun.

    Btw aku nek dolan sby malah ngemall. Gak terbersit piknik ke museum. Hahaha. Mungkin aku salah ngejak konco. Hahahhaah

    1. Ternyata belum bales komen dari mas Ndop yang ini *tutup muka*
      Suk ngajak aku ya mas ben iso mubeng-mubeng museum keren e Surabaya hehehe. Eh iya percobaan pertama mesti ke House of Sampoerna yang jadi kebanggaan Surabaya mungkin Indonesia karena koleksi dan penataannya yang udah kayak luar negeri kata banyak orang 🙂

  12. Hamid Anwar says:

    Waktu Tika masih kuliah di Surabaya, saya sempat ke HOS, Kapal Selam, sama Museum Kesehatan. Pingin melengkapi ke museum kanker dan museum Surabaya juga. Amazing jebulnya 😀

    1. Semoga tulisan ini bisa membantumu mlipir ke museum-museum yang belum disambangi, Hamid. Oh iya masih ada Museum Pers yang terletak dekat Plaza Tunjungan. Barangkali aja sempet mlipir ke sana 😀

  13. Asop says:

    Waduh saya malu sbg orang Surabaya belom pernah ke Museum Kesehatan dan ke Museum Surabaya di Siola. Waaaaah o_O
    Nanti kalo libur panjang saya mau ke sana. Tapi kayaknya nggak dalam waktu dekat ini. 😦

    1. Museum Surabaya di Gedung ISOLA tergolong masih baru jd koleksinya belum banyak dan pnataan belum terlalu rapi. Jadi pas sampeyan mudik mestinya sih sudah lebih bagus hehe. Kalo boleh tahu kenapa nggak bisa ke sana dalam waktu dekat ini? Ada rencana yang lain? #truskepo 🙂

    2. Asop says:

      Memang belom saatnya mudik, Mas, makanya ga bisa ke sana. Saya di Bandung sekarang. 😀 😀

Leave a reply to Gallant Tsany Abdillah Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.