Mengenal 4 Stasiun Kereta Api Kota Solo

Tahukah kamu jika Surakarta atau akrab dengan panggilan Kota Solo mempunyai empat stasiun di dalam kotanya? Bandingkan dengan kota-kota sebelah yang hanya memiliki satu sampai dua stasiun saja. Kabar baiknya semua stasiun kereta api yang dimiliki Kota Solo tergolong sebagai stasiun yang aktif!

Sebagai warga Solo tentu merupakan suatu kebanggaan. Jadi kali ini saya ingin berbagi informasi tentang sejarah stasiun-stasiun di Kota Solo (bukan Solo Raya yang meliputi Karanganyar, Sukoharjo, Wonogiri, Boyolali, Sragen, dan Klaten). Lalu stasiun-stasiun apa saja sih yang ada di tengah Kota Solo?

Stasiun Solo Balapan
Stasiun Solo Balapan

Siapa sih yang nggak kenal dengan Stasiun Balapan? Namanya telah dipopulerkan oleh penyanyi Didi Kempot sebagai judul salah satu lagu hits-nya. Stasiun Balapan yang merupakan stasiun terbesar di Kota Solo berdiri pada tahun 1873 di Kestalan, dulu wilayah kekuasaan Praja Mangkunegaran. Stasiun ini dibangun pada masa pemerintahan KGPAA Mangkunagara IV ( 1811-1881 ) yang terkenal dengan kekayaannya dari bisnis gula di Colomadu dan Tasikmadu. Lahan yang semula digunakan sebagai arena kuda balap yang kemudian dipindahkan ke Manahan (kini menjadi Stadion Manahan), dibersihkan dan beralih fungsi menjadi lahan stasiun kereta api.

Ada alasan kenapa Stasiun Balapan yang terletak di ketinggian 93 mdpl termasuk salah satu stasiun tertua di Indonesia ini menjadi stasiun yang pertama kali didirikan di Surakarta. Setelah membuat jalur Semarang-Tanggung tahun 1867, Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij ( NIS ) kembali membuka jalur perluasan dari Semarang menuju Vorstenlanden atau pusat kerajaan Mataram Islam di Jawa Tengah, yakni Surakarta dan Yogyakarta.

Pemerintah Hindia Belanda membutuhkan jalur transportasi untuk mempermudah pengawasan terhadap mereka. Sedangkan KGPAA Mangkunagara IV juga membutuhkan akses cepat untuk bisa mengirim gula-gulanya ke luar Jawa melalui pelabuhan di Semarang. Selang beberapa tahun, Staatspoorwegen ( SS ) juga membangun stasiun baru di sisi utara Balapan. SS membentangkan jalur barunya melalui Stasiun Balapan guna meneruskan jalur kereta dari Batavia menuju Surabaya.

 

Wajah Stasiun Balapan sudah sedikit berganti rupa seiring dengan perkembangan zaman. Dilihat dari luar tak nampak kekunoannya seperti halnya Stasiun Tawang di Semarang atau Stasiun Tugu di Yogyakarta. Hanya lobby Stasiun Balapan milik NIS yang dirancang oleh arsitek bernama Thomas Karsten masih menampakkan sisa kemegahannya. Pembangunannya tak lepas dari peran KGPAA Mangkunagara VII yang memerintah Praja Mangkunegaran kala itu.

Jika punya banyak sisa waktu, coba sempatkan intip bangunan stasiun milik SS di sebelah utara Stasiun Balapan yang masih menyisakan peron lawas dengan beberapa box terbuat dari kayu yang dulu pernah digunakan pedagang buku untuk menjual buku-buku lawasnya. Meski tegelnya sudah diganti dengan keramik baru, bangku-bangku kayu lawasnya masih terjajar rapi di sana.

Stasiun Balapan masih menjadi stasiun perhentian komuter jurusan Solo-Yogyakarta yang dijalankan oleh Prameks dan Sriwedari dengan waktu kedatangan rata-rata setiap satu jam sekali mulai pukul 05.00 WIB hingga malam hari. Lalu ada komuter jurusan Solo-Semarang bernama KA Kalijaga yang berangkat satu kali dalam sehari pukul 05.30 WIB. Kereta bisnis dan eksekutif dari berbagai arah seperti Argo Lawu, Argo Bima, Argo Dwipangga dan lainnya ikut meramaikan aktivitas Stasiun Balapan.


Stasiun Purwosari Solo
Stasiun Purwosari

Dua tahun setelah membangun Stasiun Balapan, NIS lanjut membangun Stasiun Purwosari guna meneruskan jalur ke arah selatan menuju Klaten dan Yogyakarta. Selain membuka jalur menuju Yogyakarta, Stasiun Purwosari yang dibangun tahun 1875 juga mempunyai percabangan jalur ke arah PG Colomadu dan Pabrik Gula Kartasoera (PG Gembongan), dua jalur khusus untuk pengangkutan hasil dari pabrik gula yang akan didistribusikan ke kota.

 

Dari Halte Gembongan, Kartasura sebenarnya ada jalur lanjutan menuju Boyolali yang pada pengoperasian awalnya gerbong kereta ditarik menggunakan tenaga penggerak kuda. Tahun 1906 baru beralih ke kereta mesin uap dengan lebar rel 1067 mm. Sayangnya jalur kereta dari Purwosari menuju Boyolali melewati Kartasura kondisinya sekarang sudah tertutup aspal jalan raya.

Sebagian besar rel kereta yang dibongkar saat masa penjajahan Jepang tidak diperbaiki dan diaktifkan kembali. Alasan apalagi selain pengaruh dari berkembangnya kendaraan roda empat yang mulai meramaikan jalan raya pada tahun 1970-an. Lampat laun masyarakat lebih suka menggunakan kendaraan pribadi atau transportasi umum seperti bus yang dirasa melaju lebih cepat sampai kota tujuan.

Kereta Uap C1218 - Kereta Wisata Jaladara
Kereta Uap C1218 – Kereta Wisata Jaladara

Stasiun Purwosari telah menjadi perhentian kereta komuter jurusan Yogyakarta seperti Prameks dan KA Sriwedari. Sedangkan kereta ekonomi dari Solo ke arah timur dan barat ada KA Sri Tanjung jurusan Stasiun Banyuwangi, KA Bengawan tujuan Jakarta Pasar Senen, KA Kahuripan jurusan Bandung hingga Krakatau Ekspres tujuan Stasiun Merak.

Eits masih ada lagi, penumpang bisa naik kereta komuter dari Stasiun Purwosari menuju Wonogiri menggunakan Bathara Kresna yang berangkat dua kali dalam sehari. Stasiun Purwosari juga menjadi stasiun perhentian bagi kereta wisata uap C1218 Jaladara yang membawa penumpang menuju Stasiun Sangkrah melewati Purwosari Weg – sekarang Jalan Slamet Riyadi.


Stasiun Jebres
Stasiun Jebres

Selanjutnya ada Stasiun Jebres yang dibangun tahun 1884 oleh Staatspoorwegen ( SS ) yang kantornya berpusat di Bandung. Stasiun Jebres terletak di Jebres yang dulu masuk wilayah kekuasaan Kasunanan Surakarta. Atas prakarsa Susuhunan Pakubuwono X (bertahta 1893 – 1939), stasiun yang melayani jalur ke timur Solo melewati Sragen ini memiliki arsitektur indish yang cantik dan megah hasil rancangan Thomas Karsten.

interior Stasiun Jebres
interior Stasiun Jebres

Secara tidak langsung memperlihatkan bahwa Susuhunan Pakubuwono X atau PB X ingin membuktikan masa keemasannya mampu bersaing dengan kemakmuran Praja Mangkunegaran yang sudah mendirikan Stasiun Balapan, stasiun terbesar dan terpadat di Surakarta. Ketika PB X mempercantik dan membuat kebun binatang di Taman Sriwedari, KGPAA Mangkunagara VII ( 1885 – 1944 ) pun membuat Taman Balekambang di wilayah kekuasaannya. Persaingan sehat antar dua pemimpin penerus dinasti Mataram Islam yang justru memperindah tata kota Solo seperti terlihat sekarang.

Stasiun Jebres yang sudah diresmikan sebagai cagar budaya Kota Solo telah menjadi perhentian kereta ekonomi jalur Madiun dengan KA Madiun Jaya. Kemduain KA Brantas jurusan Kediri, kemudian KA Matarmaja dan KA Majapahit yang melayani jurusan Solo menuju Stasiun Pasar Senen dan Stasiun Malang.


Stasiun Solo Kota
Stasiun Solo Kota
Stasiun Sangkrah
Stasiun Sangkrah

Stasiun Solo Kota atau sering disebut Stasiun Sangkrah menjadi stasiun termuda yang didirikan di Kota Solo. Stasiun yang dibangun tahun 1922 oleh NIS di wilayah Kasunanan Surakarta ini melayani jalur menuju Sukoharjo dan Wonogiri. Hingga tahun ’90-an masih ada kereta api jenis Feeder yang memiliki kecepatan 20 km/jam melewati sepanjang Jalan Slamet Riyadi dari Stasiun Purwosari menuju Stasiun Solo Kota. Bisa dibayangkan selambat apa jalan keretanya. Rasanya lebih cepat laju sepeda onthel yang saya kayuh. 🙂

Tahun 2000-an jalur kereta Solo-Wonogiri resmi ditiadakan, membuat kondisi Stasiun Solo Kota setengah terabaikan. Sepuluh tahun kemudian muncul kereta wisata Sepur Kluthuk Jaladara yang idenya diusung oleh mantan Walikota Surakarta. Diperkenalkan pula rail bus Bathara Kresna yang menggantikan posisi kereta jenis Feeder. Sepur Kluthuk Jaladara berhasil menghidupkan kembali aktivitas Stasiun Solo Kota, tapi tidak untuk Bhatara Kresna.

 

Sempat tersendat masalah operasi dan perijinan membuat Bathara Kresna mangkrak lama di dipo lokomotif. Hingga akhirnya per-Maret 2015 penumpang bisa menikmati kenyamanan rail bus Bathara Kresna yang berangkat dari Stasiun Purwosari menuju Stasiun Wonogiri. Bathara Kresna akan melewati rel kereta sepanjang Jalan Slamet Riyadi yang merupakan jalan utama Kota Solo, berhenti dan mengambil penumpang di Stasiun Solo Kota, dilanjutkan perjalanan menuju Stasiun Sukoharjo dan berakhir di Stasiun Wonogiri.

Gimana? Meski Kota Solo terbilang tidak terlalu luas tapi punya banyak stasiun keren kan? Makanya jangan hanya singgah sebentar saja di Kota Solo. Telusur stasiun demi stasiun saja bisa seharian lho. Buruan main ke stasiun-stasiun bersejarah di Solo! 😀

63 Comments Add yours

  1. mysukmana says:

    Kotasolo kotaku..keren pokoknya mas..wah kita sama sama dsolo tp gak pernah meet up ya mas hahaha

    1. Bangga ya punya stasiun sebanyak ini di dalam kota, bukan di kabupaten luar Solo 🙂
      Iya nih kita berada di satu kota malah belum pernah ketemuan hehe

    2. mysukmana says:

      Klo sm kabupaten bnyk lg ada palur,klaten sm wonogiri

  2. Evi says:

    4 stasiun dan semuanya bikinan Belanda. Sepertinya semua jalur kereta api di Indonesia dibikin Belanda ya Mas? Apa ada jalur baru yang dibangun setelah kemerdekaan?

    1. Jalurnya peninggalan Hindia-Belanda semua, nggak ada rel bikinan baru setelah kemerdekaan. Relnya di dalam kota masih kokoh dan utuh sampai sekarang, hanya jalur ke Boyolali dan trem tengah kota yang sudah hilang dan tertutup aspal. Andai trem tengah kota hidup kembali alangkah tambah kerennya Kota Solo 🙂

  3. BaRTZap says:

    Menarik banget! Pas ke Solo pertamakali aku mbathin kalau main ke kota itu lagi harus nyobain kereta wisata nya.

    Thanks Lim udah bikin liputan lengkap soal stasiun-stasiun klasik nan keren ini. Jadi gak bingung lagi kalau beli tiket kereta online ke Solo 😊

    1. Kereta wisata uap Jaladara harus nunggu gerbong penuh dengan tiket mulai dari 50ribu hingga 150ribu. Atau mau sewa dengan harganya yang mencapai jutaan juga bisa hehehe. Kebanyakan turis kusaranin naik becak susur Jalan Slamet Riyadi aja biar lebih syahdu, pastinya lebih murah dan memberdayakan bapak-bapak becak 🙂

      Bathara Kresna juga melewati jalur tengah kota, Bart. Kalau ke Solo ayoklah ngerasain naik rail bus aja. Ntar kutemani melihat pemandangan indah sepanjang jalan menuju Wonogiri.

    2. BaRTZap says:

      Asiiik, beneran yaaa 😊

  4. mawi wijna says:

    Pas mbaca judul artikel ini aku ngitung jumlah stasiun yg aku tahu di Solo. Cuma tahu 3, yang Solokota aku baru tahu. Solo posisinya pas di tengah-tengah gitu sih ya. Ada jalur Madiun, jalur Wonogiri, sama jalur Jogja. Jadinya stasiunnya banyak.

    1. Stasiun Solo Kota cuma dilintasi KA jurusan Wonogiri aja jadi luput dari perhatian ya? Hehehe. Kota yang terbilang padat aktivitas dan modern pada zaman dulu apalagi didukung kekayaan dua kerajaan. Sayangnya setelah kemerdekaan dan dicabutnya sistem monarki, kedua kerajaan tidak berdaya lagi terutama dalam keuangan, kondisi kota jadi tidak berkembang secepat kota sebelah 🙂

    2. mawi wijna says:

      Mungkin ya karena aku belum banyak mengeksplor Wonogiri Lim. Baru di wilayah selatannya saja. Bahkan ke kotanya saja belum pernah. Sepertinya menarik juga kalo kapan2 blusukan ke Wonogiri Lim (njuk aq melu, hehehe). Karena dalam bayanganku Wonogiri itu ya bukit karst. Bahkan hutan dari kata Wono-nya saja nggak terbayang. 😀

  5. yogisaputro says:

    Ternyata jalur rel yang di pinggir Slamet Riyadi masih dipakai ya pak? Saya kira sudah non fungsional. JAdi tertarik sama kereta wisata ke Wonogiri 😀

    1. Rel di pinggir jalan terpanjang di Solo tsb masih berfungsi, Yogi. Sudah aktif sebagai jalur kereta wisata Jaladara sejak beberapa tahun lalu. Tahun ini diramaikan oleh Bathara Kresna jurusan Wonogiri, makin ramai Jl Slamet Riyadinya. 😀

    2. yogisaputro says:

      Pas main kesana dua kali kebetulan sepi terus. Tapi nice info, jadi bikin pengen 🙂

    1. Mantap tinggal pilih stasiun yang mana hehehe 😀

  6. Sangat jatuh cinta sama Solo. Mungkin karena masih sedarah Mataram ya. Dengan kereta api, pun saya sangat jatuh cinta. Ngarep-ngarep kapan blogger diajak jalan-jalan susur stasiun atau jalur rel sama PT KAI atau komunitas pencinta KA. Dengan bungah hati dan semangat 45 saya bakal berangkaat… *ala Tisna dlm sitkom TOP* #kode

  7. Waaah saya belum pernah ke Solo. Cuma numpang lewat aja pas ke Surabaya. Di bandung stasiunnya ada banyak, tapi gak sekece di Solo ini deh 😀

    1. Bandung tercatat sebagai kantor pusatnya SS, jadi punya stasiun bekas pengoperasian jalur kereta yang dibuatnya. 🙂
      Kalau nggak salah Bandung juga punya jalur trem sama seperti Solo. Mudah-mudahan semua trem di Jawa dihidupkan kembali biar terasa seperti jalan ke luar negeri 😀

  8. Wah sayang ya lantainya diganti yang baru, coba yang lama dipertahankan, poles-poles dikit gitu. Aku menyukai ubin lama.

    1. Yang masih mempertahankan tegel lawasnya Stasiun Purwosari. Dia masih punya tegel kotak kecil-kecil macam waffle hehe

  9. Hastira says:

    kebanyakan statsiun peninggalan belanda shg aritekturnya hampir mirip di setiap kota

    1. Hampir serupa, bahkan kalau masih mempertahankan bangunan asli pasti memiliki loket tiket terbuat dari kayu yang bentuknya antik banget. Bedanya tiap perusahaan kereta Hindia Belanda punya taste dan rancangan sendiri untuk menyamankan penumpang di dalam stasiun serta desain rumah-rumah pejabat keretanya. 🙂

  10. diah siregar says:

    waaahh.. Medan cuma punya dua stasiun, itu juga yang satu sudah tidak aktif. dulu orang-orang menyebutnya stasiun besar dan stasiun kecil. sekarang yang beroperasi hanya stasiun besar di jl kereta api Medan 🙂

    1. Wah sayang ya stasiun kecilnya sudah tidak aktif lagi. Sekarang jalur kereta api dari stasiun besar digunakan sebagai jalur menuju mana?

  11. Yasir Yafiat says:

    Huwaaaaa pengen nyobain rail bus Bathara Kresnanya. Pasti seru tuh

    1. Ayoklah sekalian main ke Wonogiri. murah pula harga tiketnya 🙂

  12. Gara says:

    Sejarah transportasi memang tak lepas dari kegiatan ekonomi dan politik di sana ya Mas. Pabrik gula, trem tengah kota, pengaruh kerajaan… :hehe. Boleh nih sekali-sekali dijelajahi pelan-pelan sambil menilik bangunannya, soalnya sepintas Stasiun Solo Jebres itu mirip Stasiun Bogor yak :hehe. Terus tulisan “Solobalapan” itu sekeluarga dengan tulisan “Lempuyangan” di Stasiun Lempuyangan Yogya yak, emplasemennya pun beratap panjang seperti ada di Lempuyangan :hehe.

    1. Pabrik gula baik yang terawat maupun sudah hilang jadi PR nih. Trus mengintip pemukiman di sekitar stasiun buatan Hindia Belanda dan pemukiman di sekitar pabrik gula jg menarik lo, Gar. #kodekeras hehe

    2. Gara says:

      Iya, perumahan sekitar stasiun memang petualangan banget, saya pernah di sekitar Jember dan Purwokerto jalan-jalan ke perumahan di sekitar stasiun, soalnya satu rumahnya sudah jadi restoran dan kita bisa keliling setelahnya :hehe. Keren, kapan-kapan kita eksplor yok Mas.

  13. pengen nyoba KaWis Jaladaranya, tapi mahal. nunggu disponsorin KAI dulu wakaka

    1. Lah kok nunggu sponsor, kok koyo selebtwit ndremis ae hahahaha. Biasane ada event yang melibatkan rombongan sekolah atau dinas, nahh bisa nyempil yang begituan bro. Atau ajak patjar ( yen wes ono ) pas weekend-an di Solo, biasanya kereta jalan di waktu tertentu tapi bayar 50rb 😉

    2. kayaknya Jaladara cuma jalan kalo ada pesanan koh Lim. tapi ya nggak tau juga ding, tak nanya ke KAI aja nanti.

  14. arip says:

    Hapalnya cuma yg Stasiun Balapan itu.

    1. Hafal lirik lagunya Stasiun Balapan juga? Hehehe

  15. bersapedahan says:

    hebat .. untuk kota sebesar solo punya 4 stasiun KA ….
    pengen nyoba kereta wisatanya … asyikk menikmati kota solo sambil naik kereta api .. tut tut

    1. Ayo main Solo, banyak heritage dan tentunya kuliner yang maknyus untuk dicicipi 😀

  16. wah, dari ke-4 stasiunnya, yg sudah pernah ‘nyicip’ baru stasiun Balapan & Purwosari, yg lain belum pernah singgah… 😀 itu jg karena naik Prameks dari Jogja, hehehe…

    1. Brarti next time mlipir ke Wonogiri dari Stasiun Purwosari biar bisa naik Bathara Kresna dan ngerasain jalan di rel tengah kotanya. Kalau butuh guide siap nemeni hehehe 😉

  17. uno says:

    nice artikel nih, thanks a lot gan

  18. Rifqy Faiza Rahman says:

    Nek Solokota belum pernah masuk, hahaha. Kapan neh iki diajak muter2 karo Mas Halim 😀

    1. Hayok loh mlipir Solo maneh. Dulu belum sempet cicip kuliner enak di Pasar Gede kan? 😉

    2. Rifqy Faiza Rahman says:

      Iyaaa dulu cuma ndawet tipis tipis sama malamnya yang makan habis dari keraton itu hahaha

  19. Hamid Anwar says:

    Baru mudeng beberapa waktu lalu kalau kekunoan Balapan terlihat dr dalam. Trus, baru tau kalau Jebres termasuk cantik. Trus baru tau juga kalau ada Solo Kota alias Sangkrah.

    1. Nahh, nahh… hahaha. Peer susur stasiun aktif di tengah kota pas mlipir Solo boeat Regent Oengaran 😀

  20. annosmile says:

    melihat bahasan terakhir tentang stasiun sangkrah..
    saya jadi tertarik pengen myoba naik kereta api pp purwosari-wonogiri itu

    1. Wajib banget cobain kereta Bhatarakresna tujuan Wonogiri, murah dan viewnya yang lewat tengah kota itu sensasinya WOW banget 😀

  21. jokowaluyo says:

    masa kecil saya tinggal di kampung purwonegaran
    sebarang stadion seriwedari
    setiap kereta wonogiri lewat pasti mendengar bunyi peluit nya
    dan selalu saya sediakan waktu untuk melihatnya, hahaa

    terima kasih Pak Halim.. sudah membongkar kenanangan masa kecil saya

    1. Purwonegaran punya cagar budaya, bekas Ndalem Purwonagara yang sekarang jadi SMPN. Wahh pasti punya banyak kenangan terkait sepur yang lewat Slamet Riyadi 🙂

  22. Baru tahu soal Stasiun Solo Kota.

    Kotamadya Yogyakarta cuma punya 2 stasiun, itu pun jaraknya berdekatan :D. Jogja sendiri adalah kota kecil dengan bentuk yang cenderung memanjang dari utara ke selatan. Solo, selain lebih besar, mungkin bentuk wilayahnya lebih “bulat”.
    Bathara Kresna bisa dinaiki umum tanpa reservasi kan? Aku mau coba ah kalau ke Solo lagi!

    1. Kereta Batara Kresna jurusan Solo-Wonogiri bisa dipesan langsung di tempat, bisa Stasiun Purwosari atau dari Stasiun Solo Kota. Jadwalnya dari Solo hanya dua kali keberangkatan, jam 6 pagi dan 10 pagi. Sedangkan baliknya dari Wonogiri jam 8 pagi dan 12 siang. Kalau niat cobain bisa banget naik jam 6 pagi dari Purwosari, lalu pulangnya naik yang jam 12 siang dari Stasiun Wonogiri. Sisa waktu di sana bisa dipakai makan bakso Wonogiri yang terkenal itu. 😉

    2. Sip, tks sarannya mas

  23. Har says:

    Baaaaaagggguuuusss 🙂

  24. fajar rois says:

    mantab…ini artikel tentang kereta api yang informatif betul 😀

    1. Terima kasih, bro. Semoga bermanfaat yah 🙂

  25. Ilham says:

    dahulu ditempat saya Langkat, memiliki stasiun kereta api yang memudahkan saya pulang kampung, sekarang udah nggak aktif lagi huhu ..

    1. Wahh sayang banget. Mudah-mudahan diaktifkan kembali jalur keretanya, siapa tahu bisa menjadi minat wisata khusus di Langkat. Kampung asal mas Ilham di mana?

  26. Dan akan bertambah jadi 5 stasiun nantinya setelah Stasiun Kadipiro selesai.
    Mantap betul informasinya.
    Salam saya wong Solo yang lagi merantau karena kuliah.

    1. Pembangunan jalur baru untuk kereta dari Stasiun Balapan ke Bandara Adi Soemarmo mudah-mudahan cepat selesai agar bisa melihat stasiun baru di Kota Solo yah. Hehehe. Semoga tulisan saya bisa bermanfaat, mas Andi. 🙂

  27. mt says:

    teringat dulu masa kecil di solo, kereta feeder wng,..tiap sore selalu diajak simbah…nonton sepur depan penjara….he..he

    1. Sampai sekarang tiap kali kereta Bathara Kresna jurusan Solo Purwosari – Wonogiri lewat di rel Slamet Riyadi juga masih jadi tontonan anak kecil atau sekeluarga yang sedang melintas jalan tersebut. Wah, saya jadi ikut bernostalgia nih hehehe.

  28. Agus Purnadi says:

    jadi kalo dari Pasar senen ngelewatin semarang ada nggak ke solo ?

  29. Jadi kangen masa2 kerja dan tinggal di Solo medio 2010-2014 silam, pengen nangis rasanya… 🥹

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.