Gunung Anak Krakatau, Sekali Lagi…

Kapal-kapal sudah berjajar rapi di dermaga milik Grand Elty yang terletak di Krakatoa Nirvana Resort saat jam menunjukkan pukul delapan pagi. Mereka sedang menunggu puluhan orang yang terdaftar dalam Tour Krakatau 2015 ditambah tamu-tamu undangan Disparekraf Provinsi Lampung yang hendak menyeberang ke Krakatau. Peserta tak lagi menyeberang dari Dermaga Canti seperti yang pernah dilakukan di tahun sebelumnya.

Pantai Grand Elty, Merak Belantung Kalianda - Lampung Selatan
Pantai Grand Elty, Merak Belantung Kalianda – Lampung Selatan

Penumpang harus sedikit bersusah payah menaiki kapal yang terhembas ombak dermaga, cemas keseimbangannya goyah yang bisa mengakibatkan barang bawaannya nyemplung ke laut. Mengingatkan kembali kenangan tahun lalu saat saya nekad melakukan perjalanan panjang dari Solo menuju Lampung, pertama kali seorang diri naik ferry dari Merak ke Bakauheni, hingga tak ada teman yang harus dihubungi setibanya di Bandar Lampung. Semua hanya demi memuaskan rasa penasaran untuk melihat kemegahan Gunung Anak Krakatau lebih dekat.

Kali ini saya berkesempatan kembali lagi ke sana dalam rangka Krakatau Festival 2015 bersama rombongan Disparekraf Provinsi Lampung, berangkat dengan kawan-kawan blogger yang sudah saya kenal sebelumnya, belajar memahami perbedaan alam Krakatau antara tahun lalu dan sekarang. Bukan lagi masalah kesepian tapi samar-samar perubahan alam Gunung Anak Krakatau membuat saya sedikit bergidik. Muncul rasa takut tidak mampu mendaki seperti ini lagi kelak.

Pemandangan Pulau Sebuku dan alam bawah laut Legon Cabe masih melambai semu dari kejauhan, lalu Pulau Sebesi juga masih saja dilewatkan, ragam ekspresi dan decak kagum penumpang kapal yang terbuai dengan Anak Krakatau yang terlihat samar dari kejauhan. Setibanya di pulau juga disambut pertunjukan musik dari penduduk lokal, paramotor yang menunjukkan keahliannya terbang di atas langit Krakatau. Semua hampir serupa dengan apa yang saya saksikan setahun sebelumnya.

Bendera Merah Putih dengan latar Anak Krakatau ( model: @penyeruput_kopi )
Bendera Merah Putih dengan latar Anak Krakatau ( model: @penyeruput_kopi )
kapal nomor 11 menuju Krakatau
kapal nomor 11 menuju Krakatau

Tapi jangan lupa bahwa kesempatan tidak terulang dua kali. Setiap kunjungan di tempat yang sama selalu saja ada hal baru dari segi pengalaman, kejadian tak terduga hingga perenungan yang berbeda dengan sebelumnya. Tahun ini perencanaan tur berkala di Cagar Alam Krakatau apalagi mimpi untuk menguncang dunia lewat proyek sail yang pernah saya dengar sebelumnya sudah tidak lagi digembar-gemborkan oleh pihak terkait. Masalah penanganan sampah juga terlihat beda, seperti terlihat pada kapal yang saya tumpangi siang itu.

Setelah melewati Pulau Sebesi, tiba-tiba panitia kapal nomor 11 membagikan dos berisi nasi dan lauk untuk makan siang selagi kapal masih terombang-ambing di tengah Selat Sunda. Meski sesekali makanan terkena cipratan air laut, bolehlah hal ini dianggap sebagai solusi mengurangi sampah berserakan saat penunjung mendarat di pulau. Telah disediakan pula kantong sampah plastik berukuran besar di tengah kapal, sehingga sampah-sampah dipastikan kembali dan dibuang di kota, bukan ditinggal di pulau.

Setibanya di pantai berpasir hitam di Pulau Anak Krakatau, saya juga melihat perbedaan serakan sampah di pesisir yang nampak tidak sebanyak dulu. Sempat berpikir bahwa ada tim khusus dari Departemen Kehutanan atau pihak tertentu yang memunggutinya sebelum peserta tour datang. Hal itu diluruskan oleh Om Yopie @kelilinglampung bahwa ada kalanya angin di bulan-bulan tertentulah yang membawa sampah-sampah yang dibuang sembarangan dari kota kemari, bukan hanya gara-gara lonjakan wisatawan tak bertanggung jawab yang seringkali masuk secara illegal tanpa mengurus SIMAKSI terlebih dahulu.

Remember! Inga! Inga!
Remember! Inga! Inga!

Oh ya perlu diketahui bahwa Gunung Anak Krakatau masih menyandang status sebagai cagar alam ( selengkapnya baca di sini ), di mana seharusnya tidak boleh ada biji-bijian dari buah atau sayuran dari luar cagar alam yang tidak atau disengaja dibiarkan tumbuh di sana. Berbeda dengan status Pulau Sebesi yang berpenghuni dan sudah menjadi Taman Wisata. Nggak lucu kan mendadak menemukan bibit jagung di tengah cagar alam yang sewajarnya hanya dipenuhi tumbuhan paku-pakuan. Tapi tahulah manusia sering khilaf, sisa makanan yang tidak disukai kadang dilempar begitu saja di atas tanah. Senasib dengan sampah plastik hingga putung rokok yang beberapa masih menganggap benda-benda tersebut ramah lingkungan!

Lagi lagi diperlukan kesadaran dan kepedulian masing-masing pengunjung supaya tempat indah dan tempat dilindungi di Nusantara jauh dari masalah sampah. Bukan hanya saling mencibir dan menyalahkan pihak tertentu saja saat melihat sampah berserakan di depan mata tanpa mau memunggutnya. Jika demikian adanya, kobaran semangat untuk bikin bersih lingkungan yang dikoarkan di dunia maya terdengar seperti omong kosong belaka karena tidak disertai tindakan nyata di dunia nyata. Betul? 😉

turun dari Gunung Anak Krakatau
turun dari Gunung Anak Krakatau
foto bareng di Gunung Anak Krakatau ( foto by: @rohimzaid )
foto bareng di Gunung Anak Krakatau ( foto by: @rohimzaid )

Sekali lagi kemegahan Gunung Anak Krakatau memikat saya. Lepas dari mood turun naik saat mencoba mendaki sampai titik aman untuk melihat Gunung Anak Krakatau dari dekat, saya merasa gunung ini semakin meninggi dan mulai tak segan memamerkan kebesarannya. Tanjakan yang harus dilalui menjadi semakin berat, kaki gampang goyah saat terperosok ke dalam panasnya lautan pasir, halusnya butiran debu vulkanik yang tidak sempat dihalau oleh penutup wajah mengakibatkan suara saya hilang beberapa hari kemudian. Jadi pengingat akan kesombongan terhadap kebesaran alam.

Sampah tak terurai yang tak sengaja didamparkan oleh kota bisa saja dilempar kembali ke kota dengan cara yang tak terduga. Alam bawah laut yang terlanjur rusak terkena jangkar dan perburuan liar mungkin kelak akan diremajakan melalui luapan amarah Gunung Anak Krakatau. Jika masih ingat qoutes ini “Take nothing but memories, leave nothing but footprints!”, sebelum semua terlambat yok ditambahi Don’t leave your trash, take others not only yours!

Cheers and peace! 😉

42 Comments Add yours

  1. Rifqy Faiza Rahman says:

    Anak Krakatau ini, kecil-kecil cabe rawit. Justru karena ia tumbuh di tengah laut, menjadikannya berbahaya apabila terjadi erupsi lagi entah kapan.

    1. Betul banget Gn Anak Krakatau itu kecil-kecil cabe rawit. Jadi kepikiran apa karena itu yah lalu ada nama Legon Cabe di perairan Sebesi 🙂

    2. Rifqy Faiza Rahman says:

      Hehehe, mungkin Mas. Meskipun tak semematikan Tambora, tapi tetap saja dampaknya mengerikan 🙂

  2. Evi says:

    Kemarin nyesel, nyerah sebelum kalah hahaha..

    1. Untungnya nggak menyerah sampai akhir dari hutan vegetasi dan berhasil foto dengan background Gn Anak Krakatau hehehe. Padahal kalau tante Ev niat naik ke atas, daku sudah siap tangan kalau sewaktu-waktu dibutuhkan loh 😀

    2. Evi says:

      I knew… Makanya dirimu yang paling telat naik ya…Tapi aku belajar bahwa naik gunung itu tak boleh mengukur kemampuan dengan orang lain. Mestinya aku jalan sendiri, pelan-pelan..hahaha…

    3. Beraarti tahun depan kudu mencoba naik dengan semangat yang baru dan dipaksa muda kembali hihihi

  3. omnduut says:

    Padahal dikit lagi sampe Palembang loh, Lim kok gak mampir? 😀

    Aku pernah nonton tayangan TV luar yang ngasih gambaran peristiwa meletusnya Krakatau. Sereem.

    1. Letusan Gunung Krakatau tahun 1883 tercatat sangat dahsyat, turut membuat kolonial yang saat itu menduduki Banten dan Lampung ketakutan, puluh ribuan warga tercatat meninggal dunia. Hehe tenang, Palembang ada waktu eksplore khususnya, tunggu kedatanganku ya Om

  4. Kelik wd says:

    utk ke sekian kali menginjakan kaki dikrakatau dia tetap gagah dan semakin memukau, terasa mendaki kemiringannya semakin terjal, puncaknya semakin tinggi, vegetasi jg semakin rindang, semoga keindahan tetap terjaga dan energy amarahnya tetap teredam dan tertidur pulas.. Senang bs bertemu kembali dgn mas ali.. Salam 🙂

    1. Harapan agar Anak Krakatau tidak lelah dan masih semangat memberi hasil laut dan kesuburan tanah bagi penduduk yang tinggal di pulau sekitarnya seperti Pulau Sebesi. Senang ketemu dirimu juga, mas Kelik. See u again in Lampung 🙂

  5. Gara says:

    Jadi ingat, dulu pas baca register harian sebuah kapal saat meletusnya gunung ini, saya gemetar dan sedih sendiri. Gilak, dentuman merobek udara di pagi hari 27 Agustus 1883 itu terdengar sampai laut di sekitar Maluku sana, dan efeknya yang dahsyat banget di dunia, secara tiga gunung musnah semua (kecuali Rakata yang tinggal pinggang doang). Dan selanjutnya ketika semua orang mulai tenang, dari dasar laut muncul Anak Krakatau yang lambat laun mulai mengancam juga, astaga… antara kagum dan seram dan takut juga :huhu. Tapi memang pulau ini sudah ditakdirkan untuk hancur dan timbul lagi ya Mas, mungkin, secara Pulau Lang dan Pulau Verlaten (sekarang Pulau Panjang dan Pulau Sertung, CMIIW) dan Pulau Krakatau sendiri dulunya konon merupakan satu pulau dengan Krakatau purba yang guede banget… astaga.

    Krakatau memang penjaga gerbang Indonesia yang galak banget…

    1. Bukti dahsyatnya letusan Gunung Krakatau bisa dilihat di Taman Dipangga di Bandar Lampung, Gara. Ada sebuah monumen tertancap lampu apung yang terlempar akibat tsunami sejauh ratusan mil dari Selat Sunda ke Teluk Betung pada tahun 1883. Tapi semua memang proses alam yang tak bisa dihindari oleh manusia dan mungkin akan terjadi lagi suatu saat nanti dengan maksud bumi bisa kembali bersih dengan alam yang jauh lebih indah meski harus menanti puluhan atau mungkin ratusan tahun lagi untuk pemulihannya. Jadi ingat film pendek berjudul “Lava” di INSIDE OUT bikinan Disney deh hehehe.

    2. Gara says:

      Iya, padahal gunung meletus itu dibutuhkan banget oleh manusia karena komponen pelindung yang ada di atmosfer itu asalnya dari gunung meletus juga *dulu pernah baca siklus ini di majalah :haha*. Yang tinggal sekarang memang adalah bagaimana kita bersahabat dengan gunung meletus itu ya Mas. Sip deh :hehe.

  6. wah, momentnya pas saat Festival Krakatau yak. yang damai dan bersahabatlah dengan anak krakatau. Gunung yang fenomenal sekali kalau dilihat dari sejarahnya

    1. Krakatau kalau boleh dibilang sih salah satu gunung fenomenal di dunia dan boleh bangga karena masih di Indonesia 😉

  7. Hastira says:

    wah,a sik juag petualangannya, foto yang latar belakang gunung itu keren

    1. Terima kasih Hastira 🙂

  8. iman says:

    Sering dengar tapi nggak pernah pergi atau melihat langsung tempatnya. Tapi dari foto-fotonya sepertinya tempatnya indah banget ya… kepengen jadi blogger yang bisa diajak jalan-jalan ikut event kayak begini. Tapi saya masih newbie sih.

    1. kenapa harus menunggu diajak jalan-jalan? Kalau punya minat khusus ke suatu tempat bisa langsung jalan rame-rame atau sendiri, tanpa harus ada yang ngajak jalan loh, Iman. 😉

  9. keren banget tempatnya! Kayak baru diserang negara api ya! hehehe :DD
    Udah lama pengen main ke anak krakatau, tapi kok gagal terus rencananya
    semoga tahun depan aku bisa ke sana :DD

    1. Gunung Anak Krakatau masih merupakan salah satu gunung api aktif di Indonesia, di saat tertentu mengeluarkan semburan asap bau belerang yang menyengat. Jadi jangan sampai tempat ini dianggap tempat piknik lo kak Nindya hehehe. Melihat dari dekat Anak Krakatau membuat nyali jadi ciut, menyadarkan bahwa sebesar apapun kekuasaan manusia, tak akan pernah bisa melawan kebesaran alam. 😉

  10. Adie Riyanto says:

    Lho, rombongannya gak mampir Sebesi tho ternyata. Padahal di situ ada pisang goreng paling enak sedunia lho koh. Aku aja ngiler kalau diceritain. Btw, uni Evi gak kuat nanjak, dirimu jadinya gmn koh, masih kuat gitu ternyata meski galau dan megeh-megeh hahaha. Aku ke sono belum pernah sih yang berangkatnya dari Krakatoa Nirvana Resort. Selalu dari Canti pake perahu kayu yang berisik itu :))

    1. Nggak mampir Sebesi ( lagi ), Adie… Daku ya cedih nggak mampir ke sana. Emak-emak pada nggak kuat naik sampai pos atas, kalo daku mah tancap nanjak aja terus, berusaha mengalahkan diri sendiri hehehe.
      Kemarin naik kapalnya juga perahu kayu yang berisik kok, hanya saja kemarin mereka boleh parkir di Grand Elty, Krakatau Nirvana Resort karena ini acara provinsi. 😉

  11. BaRTZap says:

    Aku baru tahu lho Lim, kalau gak boleh sembarangan biji-bijian atau benih terserak di sebuah tempat yang berstatus Cagar Alam. Thanks banget Lim, ini info berguna yang menarik banget 🙂

    1. Seharusnya dari dulu nggak boleh, tapi banyak pengunjung yang masih belum paham dan belum mau belajar perbedaan antara cagar alam, taman wisata dan taman nasional. Hasilnya seperti yang terlihat dan menimpa cagar alam di Nusantara sekarang hehe

    2. BaRTZap says:

      Kurang sosialisasi atau gimana ya Lim? Aku aja baru tau hehehe. Tapi pada dasarnya kalau ke alam juga gak pernah buang sampah sembarangan sih …

    3. Good, jangan buang sampah sembarangan yang terpenting. Sampah dimasukin ke dalam tas dan dibawa kembali ke kota, bukan ditinggal di pulau itu yang terpenting. Pernah nulis kedilemaanku saat menginjakkan kaki pertama kali di Anak Krakatau di –> http://wp.me/p14s2a-20A
      Barangkali belum baca 😀

  12. Setuju. Meskipun kita ke tempat yang sama, pasti akan ada cerita yang berbeda.

    Salah satu pelajaran yang kudapatkan selama naik gunung bersama teman-teman pendaki adalah bagaimana kita harus bertanggung jawab dengan sampah kita. Selain itu, kita juga mengambil sampah orang lain yang ditemukan sepanjang jalan dan ikut membawanya turun. Jadi, komunitas menurutku sangat penting untuk menumbuhkan sikap menjaga lingkungan. Kalau kita mendapat komunitas yang baik, niscaya kebaikannya akan menular kepada kita 🙂

    1. Asyik banget kalau jalan dengan teman seperti itu, Nugie. Tidak hanya cuma koar-koar tapi melakukan aksi nyata tanpa harus disuruh apalagi mengharapkan imbalan dan pujian. 🙂

    1. Terima kasih, Inda 🙂

  13. Katerina says:

    Si anak gunung yang bikin merinding. Meski kecil tapi aku bergidik, mungkin karena membayangkan si emaknya yang pernah menggelegar dahsyat 132 thn lalu. Menjejakkan kaki di sana, sebetulnya bikin aku menyesal. Menyesal tak sampai puncak. Secara fisik dan mental aku siap. Kalau aku teruskan aku pasti sampai atas. Entah kenapa diseparuh jalan aku lebih sibuk foto-foto. Akibatnya jadi malas untuk lanjut. Mungkin cuaca panas itu juga punya pengaruh. Sekarang jadi bertekat, andai ke sana lagi, aku mau sampai puncak. Mendaki tanpa kamera. Godaan kamera membuatku fokus motret saja.

    1. Pas papasan dengan Mbak Rien daku menunggu loh, tapi ditunggu lama kok nggak ikutan nyusul naik waktu itu hehehe. Lain kali kamera disimpan dulu di tas, baru dikeluarkan pas udah nyampe titik aman untuk melihat puncak dari dekat biar kepuasannya terasa 😀

  14. Huwaaaa keren banget Anak Krakatauuu!

    btw Grand Elty itu yang mahal bgt kan? hahaha

    1. Sempat intip harga Grand Elty permalam satu jutaan hihihi. Masuk kategori mahal atau mahal banget kalo bgini? 😛

  15. Yudi says:

    Bang, itu jetski kayaknya seru 😀
    apalagi dengan itu bisa keliling gunung anak krakatau.. beuuuuh…

    1. Seru sihh… tp kalo daku pilih diboncengin aja. Capek naik jetski selama tiga jam di tengah terjangan ombak hehe

  16. Waaaaah belum bisa nih yang namanya mungutin sampahnya orang lain. Masih ada kesan “sampah-sampah mu bawa aja sendiri, yang penting saya nggak buang sampah sembarangan hehehe” gitu Mas Halim 😀

    1. Iyesss betul banget, Bay. Sedih kalau ter-mindset begitu, andai ada satu orang bawain sampah orang lain yang sengaja atau tak sengaja jatuh kan lumayan tuh. Sehari satu sampah dikali sebulan dikali setahun, banyak kan 😉

    2. Itu dia mas masih belum rela yang namanya mungutin sampah orang lain, lain kali bisa saya coba deh itu mas hehe
      Diloakin, jadi duit ya mas hahaha

  17. SGEEDE says:

    dari kemaren pengen ke sini tp blom kesampaian nih. dilihat dr fotonya sepertinya seru

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.