Nama Pulau Semau belum sepopuler Pulau Rote yang mempunyai ombak besar yang sering diburu oleh para surfer domestik maupun mancanegara. Di mesin pencari masih sedikit orang yang melukiskan keindahannya. Malah ada yang menyebutkan Pulau Semau sebagai pulau mistik. Belum lagi ragam informasi harus membawa bekal dari kota sebelum menyeberang, jika menginap harus numpang di rumah penduduk atau membawa tenda sendiri, hingga berita beredarnya buaya muara di pinggir pantai!
Sempat muncul keraguan saat nama Semau disodorkan oleh @yofangga beberapa hari sebelum keberangkatan kami ke Kupang. Namun keraguan itu memudar setelah melihat sendiri pesona Pulau Semau yang diam-diam menghanyutkan. Pulau yang menunggu kepedulian dan arahan dari pihak Dinas Pariwisata setempat agar masyarakat di sana siap mental dalam menyambut kedatangan para wisatawan.
Jadi apa yang membuat Pulau Semau menarik?

Di tulisan sebelumnya (bisa klik di sini), saya bercerita tentang jalur nyasar off-road yang diberikan oleh peta-sok-tahu-segalanya untuk memintas jalan menuju Goa Letbaun. Perjuangan berat roda sepeda motor sewaan dan tangan pegal menahan stang tidaklah sia-sia. Terbayar dengan pemandangan indah di dalam goa.
Jalan menuju Goa Letbaun sudah terarah ( masuk di salah satu halaman kebun milik penduduk ) dengan tanda batas halaman berupa tumpukan karang. Jalan setapak menuju lokasi masih berkarang cukup tajam sehingga sepeda motor tidak bisa dibawa mendekati posisi goa. Saya harus berjalan kaki sekitar lima menit untuk mencapai lokasinya.
Jika pernah mendengar tentang Goa Kristal, Goa Letbaun hampir mirip seperti itu. Air sebening kristal dengan rasa payau tersembunyi di bawah tanah dengan kedalaman air mulai dari satu meter. Jalan masuk mulut goa tidak terlalu dalam dan securam Goa Kristal, jadi aman dituruni.
Sayangnya saat berkunjung ke sana, banyak terlihat sampah plastik mengapung di ujung-ujung goa. Entah ulah wisatawan tak bertanggung jawab atau penduduk lokalnya yang belum menyadari pentingnya menjaga kebersihan air untuk Semau.


Obyek selanjutnya terletak tidak jauh dari Goa Letbaun. Warga Letbaun menyebutnya dengan nama Pantai Letbaun, pantai berpasir putih dengan serpihan karang merah sehingga dari kejauhan warnanya terlihat sedikit pink. Keunikan pantai ini adalah jajaran cangkang kerang kima berukuran sangat besar yang diletakkan di rumah pantai milik para nelayan.
Cangkang tersebut diisi air laut, didiamkan di bawah terik sinar matahari selama beberapa jam dan berlangsung hingga berhari-hari agar muncul kristal garam. Kristal garam itu dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dapur rumah mereka. Rupanya mereka masih menggunakan cara sangat tradisional untuk memproduksi garam laut. 🙂

Perjalanan kami lanjutkan melewati jalan berpasir pantai yang sangat halus. Saking halusnya, sepeda motor berkali-kali terseok, oleng kanan-kiri, bahkan hampir jatuh terjerembab. Sebenarnya jalan pinggir laut tersebut bukan jalan raya utama pulau, kami sengaja menyasarkan diri dengan harapan menemukan pantai-pantai baru tanpa harus bolak-balik masuk keluar jalan raya.
Boleh dibilang jalannya nggak santai banget, rasanya badan jadi tegang dan cepat bikin capek. Sesekali saya mematikan mesin motor dan berdalih mengambil gambar pemandangan di sepanjang jalan. Yah anggap saja ini merupakan salah satu cara tepat untuk menghilangkan rasa capek. *seruput es kelapa muda 😉
Di tengah nggak santainya jalan berpasir menuju Pantai Otan yang dipenuhi perahu-perahu nelayan, Pantai Batu Inan yang masih sepi dan syahdu serta Pantai Onanbalu selalu ada senyuman-senyuman dari penduduk setempat yang meluluhkan hati. Mereka selalu melemparkan senyum manis tanpa pamrih ketika melihat pejalan melintas di depan mereka.
Menyegarkan kembali ingatan tentang hubungan antarmanusia yang dewasa ini semakin langka di kota besar yang sudah terkontaminasi dengan kecanggihan teknologi. Saya pun balik melemparkan senyum dan sapaan ringan sembari menundukkan kepala sebagai usaha memberi rasa hormat supaya tidak meninggalkan kesan sebagai orang kota sombong yang dianggap kurang membumi.


Pada akhirnya tidak semua obyek menarik di Pulau Semau habis ditelusuri dalam satu hari. Melewatkan jalur menuju Bukit Liman yang katanya memiliki view tebing yang keren dan pantai-pantai lain di pesisir barat dan selatan pulau. Kami berharap menemukan hal-hal tak terduga yang mungkin menarik, tapi rupanya belum diperkenankan oleh Semau. Meskipun kurang puas mengeksplorasi seluruh pulau, Pulau Semau memberikan penutup perjalanan yang tak terlupakan.
Seperti pernah saya ceritakan sebelumnya bahwa Pelabuhan Onan Batu tidak memiliki jembatan, anak tangga, apalagi papan khusus untuk menaikkan sepeda motor penumpang ke atas perahu, begitu pula menurunkan kendaraan ke dermaga. Sehingga bongkar muat perahu dilakukan berdasarkan kekuatan tangan, keterampilan, dan tentu saja keberuntungan! Seperti aksi nahkoda salah satu kapal di Pelabuhan Onan Batu yang saya sebut dengan nama Mas Macan.
Kondisi air laut surut pada sore hari membuat lokasi pelabuhan kedatangan berbeda dengan pelabuhan keberangkatan. Hal itu mengakibatkan posisinya digeser ke dermaga yang lebih tinggi. Penumpang harus menuruni beberapa anak tangga untuk menaiki perahu di bawah.
Sebentar… Lalu bagaimana dengan barang bawaan penumpang seperti sepeda motor? Dengan sudut kemiringan yang WOW, Mas Macan dibantu awak kapal menjunjung dan menurunkan sepeda motor melewati anak tangga dermaga. Dia terlihat lihai memainkan rem dan menahan stang agar sepeda motor tidak tergelincir jatuh ke laut.
Susah membayangkannya? Intiplah sendiri di Pulau Semau … 😉
Yang Goa Letbaun kenapa ga pake fotonya Yofangga yang lagi berpose dewa di sana? 😆
Pulau Semau keren yaa Lim?
Kalau ga ngikuti tulisanmu, ga bakal tahu soal Pulau Semau ini
Yen pake foto kui wedi blogku dicekal mengumbar foto mesum hahaha. Pulau Semau keren banget. Mesti nyeberang ke sana kalo mbak Dian ke Kupang lagi, kujamin nggak nyesel 😉
nama pulau nya aja udah bikin tertarik 🙂 kalau soal keindahan nya keknya gak bakal ragu kalau emang indah bangeth…
Jalan2Liburan → Pantai Kamari dan Matahari Terbit Pertama di Santorini
NTT memang punya banyak keindahan yang nggak ada habisnya dibahas keindahannya hehe. Masih punya keinginan nonton Semana Santa di Larantuka seperti mbak Feb nih 😀
Bagus sekali ya pemandangan alamnya. Tp kesanannya perjuangan banget ya.😢
Petualangan banget jadi nggak nyesel sepulang dari perjalanan beratnya Semau, jadi punya banyak cerita seru dan tak terlupakan yang bisa diceritakan kelak. Trust me it work, mbak Clara 😉
pulau semau emang selalu kece apalagi pantainya bikin rindu
Dah pernah ke sana ya Win?
udah bg ryan, dulu aku pernah tinggal di kupang 10 bulan
Wowww. Asik ya
iya bg eksotik disana
Sayangnya kemarin nggak sempat kecibang-kecibung gegara issue buaya muara yang beredar di pesisir, Win… jadi pingin balik ke sana lagi khusus buat tanning di pantai 😀
aku masih penasaran ama rotenya
Pantai2 ntt emang keren abis…birunya jd pengen nyebur
Alam NTT cakep semua mas Erwin. Jadi ketagihan pingin balik ke sana lagi bahkan kalau bisa menetap hahaha 😀
Pantai2nya bagus mas. Aku baru tahu soal pulau ini. Ah Indonesia cuantikkk.
Letaknya nggak jauh dari Kota Kupang, jadi bisa banget melipir ke sini seharian dari pagi sampai sore. Mau nginep juga boleh, yang penting niat untuk bertualang, menikmati alam, dan lupakan gadget hehehe
Yang terakhir biasanya jadi yang paling sulit ya.
Kayaknya enak keliling-keliling di sana pake sepeda Lim. Tapi panasnya menyengat nggak sih? Hehehe.
BTW, keren sekali emang itu akrobatnya Mas Macan dkk bisa membawa motor begitu. Buruh angkut Sunda Kelapa kayaknya kalah tuh 😀
Sepedaan keliling pulau, kedengeran asik banget Wi. Panas e uhmm panas banget sih hahaha.
Atraksi pelabuhan yg bikin senyum plus ketar-ketir deg-deg ser pas lihat sepeda motornya nyaris lepas dari pegangan 😀
aah, tripmu ke sana seru sekali. tambah pengen ke Kupang!
enak tuh kalau bawa tikar untuk piknik, terus ngadem di bawah pohon sambil baca buku. 🙂
Tikar yoga trus bawa irisan buah-buahan plus sambel lotis, ugh pasti tambah syahdu, kak Yuki *brb buka lapak rujak+lotis di Semau* 😛
hahhaa terus habis sendiri karena kelamaan nunggu pembeli!
waaah sempat ada isu buaya muara yah ?
Entah buaya lepas dari penangkaran atau mendarat dari UFO mana, yang jelas pantai-pantai di Kota Kupang seperti Pantai Lasiana sudah diberi papan peringatan dilarang berenang terlalu jauh agar tidak digigit buaya. Pun dengan Pulau Semau punya kabar buaya sempat nyasar ke sana, tapi kabar terakhir mengatakan sudah ditangkap oleh warga. 🙂
Sepintas, pesisir di sana mirip dengan pesisir selatan Lombok, dan pantai berlantai koral putih itu mirip dengan sebuah pantai yang kemarin saya sambangi di Ternate. Gabungan mereka berdua agaknya ada di Pulau Semau ini ya Mas. Cantik sekali. Menyatu dengan alam, menikmati dinamika masyarakat. Cara terbaik untuk sekadar duduk dan sadar bahwa kita cuma titik kecil di tengah jagad raya mahaluas. Oke, saya berdoa supaya saya bisa dibawa ke sana, dengan sedikit keajaiban :hihi.
Nikmati ciptaannya tapi jangan lupa untuk menjaga dan membawa sampah keluar dari pulau mengingat belum ada proses pengolahan sampah yang mumpuni di pulau. Sedih kalau lihat manusia-manusia yang cepat puas dengan keindahan alam tersebut tak lama kemudian khilaf membuang sampah sembarangan. Ngarepnya Pulau Semau tetap terjaga kebersihan dan kesunyiannya saat Gara berkunjung ke sana 😉
Ups, persis dengan apa yang saya temukan di Gunung Tunak, agaknya. Semoga saja ya Mas :amin.
Ah iri banget deh sama trip mu ini Lim, seru dan keren banget tempat yang dirimu kunjungi. Tapi aku tetap penasaran, soal cerita buaya itu gimana? Beneran ada atau fitnah belaka? Soalnya aku pernah liat di berita TV, kalau ada kejadian penduduk yang dimakan buaya waktu lagi tidur siang di rumahnya di dekat pantai.
Tapi apapun itu, trip ke Timur mu ini bikin ngiler 🙂
Kalo di Semau beredar berita korbannya anak perempuan yang katanya ditemukan masih utuh di dalam perut buaya saat ditangkap oleh warga. Sayang kemarin nggak sempat ngobrol dan memastikan dengan nelayan yang saya jumpai di Pantai Otan. Meski ceritanya kedengeran hoax banget, tapi ada rasa was-was pas mau main air di pesisir, parno sendiri dikira melihat buaya pas lihat batang pohon di pinggir pantai hehehe. 😀
Hahahaha iya ya. Pasti was was kalau ada cerita macam itu 😊
nangis darah 😦
Tenang bro, next beli tiket baru trus tak kancani ben dirimu nggak nyasar atau malah takut diculik di Kupang 😛
semauuu :(.. blm refund tiket… ini pdhl lgi musim2 bagusnya pantai lho ya.. lgi panas bgt. ta kmbli lg.. belum jodoh sprtinya agustus ini
Tahun depan keliling Flores lanjut Timor, trus ke Timor Leste, ending di Sumba. Ehmm cutinya sebulan cukup kok *melipir kalem* hahaha
wkwwk yang sabar dam mungkin bisa dicoba taon depan 😛
Ayok ikutan de.. haha
Kayaknya mas mas yg megangin sepeda motor itu musti daftar jadi anggota Avengers yaaaa…
Ide bagus tuh, bisa daftarin lewat Stark co. atau lewat Captain Ameriki?
Rikues nama “Mas Macan” ya hahahaha
Keren bgt tempatnya dan kelihatan panas bgt ya
Salam dari http://informasipanduanwisata.blogspot.com/
Salam kenal dari jejak-bocahilang, Arno. 🙂
Aih. Cantik banget. Butuh biaya berapa kak ke sana?
Nggak banyak kok, asalkan bisa hemat dan belanja secukupnya selama perjalanan 🙂
eh itu pantai karang belum ada namanya?
waah saking naturalnya bisa namain pantai nih 😛
Sepertinya pantai karang tersebut ada namanya, tapi hanya penduduk lokal yang mengetahuinya hehe. Ada banyak pantai kecil di sepanjang pesisir, bolehlah mencari satu yang masih belum bernama lalu diberi nama 😉
Waaaah namanya bagus ya semau, se-mau hehehe… Daaaan lagi-lagi mas Halim membuktikan diri kalau bener-bener si bolang…
Btw, serem deh itu pasti pulangnya dibandingin pas berangkatnya hehehe
Saat mas Macan bawa turun sepeda motor ke dalam perahu, saya hanya bisa pasrah. Takut tapi tetep penasaran lihat dari awal sampai akhir, sungguh keterampilan yang patut diacungi jempol hehehe.
Waaaaaah, keren juga ya orang-orang sana, angkatinnya bukan barbel lagi, motor hehehe
Semoga lekas dibangun dermaga ya di sana mas, untuk mempermudah keadaan di sana hehe
wuih senangnya bisa lihat keindahan di timur sana… trenyuh krn yg kita rasakan di pulau jawa di sana blm tentu ada, tapi trenyuh juga klo di sana “diserbu” turis yg kadang menyusahkan meninggalkan sampah
Wah pantaiiiii … ❤ ❤ ❤
Jadi inget dulu sepedaan seputaran Gili T rasanya beraaaattt banget kl udah nemu pasir … mending turun, trus dituntun.
Itu nurunin sepeda motornya jago banget 😮
Waktu jalan ke jalan pasir pantai terseok-seok, malah hampir jatuh berkali-kali hahaha. Tapi jadi seru pengalamannya 🙂
Kalo mau ke Gili-gili ajakin daku, om Tim 😉