Kafe-Kafe Kota Malang Ngajak GOJEK

“Mas, dilarang mengambil foto logo kafe ini tanpa izin terlebih dahulu ke manajemen kami.” ujar seorang security di salah satu kafe di Kota Malang. Cuma bisa melongo. Di depan pintu masuk kafe tersebut bahkan tertera papan larangan yang menjelaskan bahwa mengambil gambar di dalam maupun halaman luar kafe menggunakan DSLR dan camrecorder akan dikenakan biaya administrasi sekian ratus ribu rupiah oleh pihak yang bersangkutan. Melongo ( lagi ).

Mungkin pemilik usaha masih berpikiran kolot, lebih suka mengiklankan produknya dengan membayar iklan koran yang tayang setiap hari, batin saya. Lupa bahwa kekuatan media sosial lebih efisien dibanding memasang advertiser di media cetak yang kini sudah dianggap kurang mempengaruhi anak muda.

Free parking tapi nggak FREE FOTO, salah satu Kafe di Malang
Free parking tapi nggak FREE FOTO, salah satu Kafe di Malang

Kegiatan mengabadikan gambar-gambar yang dilakukan anak muda kekinian terasa semakin liar tak terkendali. Sayang maraknya peredaran tongsis tidak diimbangi dengan tanggung jawab pengguna. Acapkali tongsiser tidak sengaja menyodok barang berharga di suatu tempat, jatuh, pecah, lalu kabur. Menyenggol behel seorang nenek tanpa minta maaf, hingga berfungsi sebagai alat canggih guna mengintip ruang ganti #ups. Tak heran beberapa negara melarang peredaran tongsis.

Meski kadang si tongsiser, si selfie dan teman sejawatnya binyong ( bibir monyong ) alias duckface beramai-ramai dengan latar belakang yang nyaris tidak kelihatan. Perlu dipercaya akan ada beragam pertanyaan muncul semacam “Eh, elu di kafe mana?”, “Ihh keren sofanya, itu di mana coy?”, padahal sudah tertera set location di gambar yang si selfie publikasikan. Hening. Perlu dipercaya lagi, bahwa dalam waktu singkat tempat dengan sofa keren tersebut akan diramaikan oleh anak-anak muda. Tren kekinian yang dewasa ini justru ikut membantu pemasaran sebuah tempat usaha terutama kuliner.

Kembali ke cerita kafe di Malang…

Setelah menerima penolakan yang kurang beralasan dari kafe berlogo pramusaji berbaju pembokat, saya kembali mendapat peringatan saat berusaha mengabadikan tata ruang kafe yang menempati sebuah rumah kuno. Arsitektur bangunan kolonial di Jalan Guntur sungguh membuat saya terperanjat, rata-rata masih dalam kondisi terawat, bingkai jendela, langitan tinggi serta tingkat duanya pun masih berlantai kayu.

Tak selang lama… “Mas, boleh saya pinjam kameranya untuk menghapus gambar-gambar yang sudah diambil?” ucap seorang pramusaji. Hee? Ngajak gojek ini kafe. Kemudian percakapan menjurus saya harus membayar denda sekian ratus ribu rupiah jika tidak menghapus gambar dan mempublikasikan tanpa izin dari manajemen. Jadi demi keamanan bersama, nama kafe dan logonya saya samarkan.

Logo menjadi alasan utama kedua kafe ngajak gojek ( bercanda ) yang pernah saya kunjungi di Kota Malang. Alasan lain, mereka takut dengan pesaing yang akan meniru desain interior yang mereka terapkan. Alasan-alasan konyol yang terus membuat saya terkikik. Ada puluhan atau bahkan ratusan kafe dan coffee shop tersebar di Bandung, Jakarta bahkan Yogya yang punya interior lebih unik dan menarik. Bahkan Kota Solo juga mampu mengemas konsep wedangan dengan menggunakan rumah kuno, karyawan dengan perlakuan lebih manusiawi dan desain interior lebih ciamik.
Baca lengkapnya di sini.

Roemah Moeria - Malang
Roemah Moeria – Malang

Parno dan gregetan. Hingga hari terakhir cafe hopping di Kota Malang, saya dan Mei serta Debby terlebih dahulu menanyakan tempat tersebut boleh difoto atau nggak. Roemah Moeria yang terletak di Jalan Muria termasuk salah satu tempat usaha kuliner yang tidak punya peraturan neko-neko. Kafe dengan konsep all about Holland tersebut memamerkan pajangan berupa sepatu khas Negeri Kincir Angin, hingga kursi-kursi kayu yang dilukis bak kanvas. Semua bebas difoto dan dipamerkan di media apapun, tanpa biaya tambahan! 😀

Tentu masih ada beberapa kafe dan rumah makan dengan desain dan tata ruang unik di Malang, seperti Rumah Opa yang juga ramah terhadap pengunjung. Mungkin kala itu saya sedang kurang beruntung sehingga tidak sengaja bertemu kafe-kafe dengan peraturan nyentrik. Mungkin pemilik kafe yang saya kunjungi belum sadar akan promosi gratis yang dilakukan secara sukarela oleh anak-anak muda melalui blog, Twitter, Instagram, Path dan media sosial lain.

Setidaknya jangan ada korban perlakuan tidak menyenangkan lagi terkait masalah foto, apalagi sampai membayar denda sekian ratus ribu rupiah hanya karena peraturan tidak masuk akal. Anak muda nggak bisa diginiin. Jadi jangan ngajak gojek anak muda secara berlebihan ahh. 😉

84 Comments Add yours

  1. alannobita says:

    senasib…pernah kena juga disuatu resto di Jakarta

    1. Nama kafenya apa? Pemiliknya perlu diberi pencerahan tuh hahaha

  2. Dian Rustya says:

    Denda ambil fotonya sampe ratusan ribu????
    Ngajak gojek tenan kuwi, Lim …

    1. Dikira kafenya paling joss gitu, Mbak Dian. Nggak sadar kalau masih buanyak kafe lebih mewah dan keren di kota-kota lain. Judule ngajak gojek en sombong belum waktunya 😀

  3. atau mungkin sengaja gak mau dipublish, kayak mobil mewah yang gak pake iklan.
    maunya iklan dari mulut ke mulut. 😀
    ngga coba ditanyain koh?

    1. Pas itu wes kebacut berbusa, apalagi pake debat ama kafe kedua yang maksa mo ambil kameraku. Konyol tenan peraturan e hahaha

  4. Yang punya parnoan. Buka cafe tapi kayaknya kurang gaul hehehe

    1. Perlu dikasi materi gaul biar paham dengan perkembangan zaman yang serba digital hehehe

  5. Hahahaha, di Ullen Sentalu aja ga segitunya kali. Itu Café melawan kekuatan sosial media kali ya. Lagian ya kalau kompetitor mau nyontek kan tinggal datang aja, kalau ga bisa di foto digambar aja, beres.

    Ora mudeng aku Lim.

    1. Maka dari itu pas dapet larangan di kafe kedua, Kafe Ladang sempet debat ama karyawannya. Nanya alasan lain yang lebih masuk akal. Tp cuma dapet jawaban penggulangan, nggak boleh foto logo ama interior. Ya wes lah. Pdhl Kafe Ladang tsb cuma franchise, yang di daerah Tebet Jakarta aja bebas foto dan udah banyak beredar fotonya di google 🙂

  6. Btw itu daerah Muria, daerah rumah eyangku, kenapa jadi Café, kan wilayah rumah itu 😦

    1. Alamat “Roemah Moeria” di Jalan Muria 28. Tetanggaan donk?

    2. Wah nanti kalau pulang aku nengok Eyang sekalian nongkrong disitu.

  7. Eh busettttt….sombong amat yah ! terus makanannya sesuai gak rasanya sama prosedur mereka itu?

    * * *

    The Comic Walls in Antwerp, Belgium

    1. Makanan di kedua kafe yg kumaksud di awal nggak enak blas. Ntah apa yang mereka jual. Tempat ogah dijual lewat media sosial, makanan di bawah standard. Yah mungkin tempat itu menunggu tikar digulung dalam waktu deket aja #ehh. 😛

    2. Lia says:

      Yg punya ga butuh duit kok memang…dan yg punya anak dari orang yg punya pengaruh besar di perekonomian dan politik kota Malang…jadi klo cafe ini gulung tikar mah ga terlalu penting bagi sang pemilik…

  8. Lho kok iso? mungkin lampu flash DSLR bisa berakibat cat dan furniture luntur kali mas… just wondering 😀

    1. Make up waiter waitress yang tak sengaja kejepret ikut luntur juga #yakale hahaha

  9. Dita says:

    Hahaha ngajak gojek :))))

  10. Dita says:

    Lahh kok udah ke-enter duluan. Alasannya sungguh aneh dehh. Semoga kafe2 ybs segera dapet pencerahan 😀

    1. Yang paling gemes itu Kafe Ladang, padahal pendahulunya yang buka di daerah Tebet Jakarta nggak punya peraturan sedemikian anehnya. Yang jelas udah nggak mood makan en mimik pas dapat teguran kala itu. Atittt hati ini, kak #halah
      Eh iya, izin back link Rumah Opa-mu ya Dit 😉

  11. sucianadwi says:

    Baru tahu kalau ada beberapa kafe yang tak boleh diambil gambarnya, biasanya yang tak mau diambil gambar itu orang

    1. Itulah kafe yang ngajak gojek hahaha. Mungkin mereka baru sadar kalau salah strategi setelah bulan pertama ramai, kemudian bulan berikutnya sepi bahkan tidak ada pengunjung yang masuk sama sekali. 🙂

  12. foto yg berlebihan kadang bikin pengunjung lain ngga nyaman makanya aku agak pekewuh kalo moto, aslinya aku ngga narsis

    1. Lihat binyong-binyong selfie kadang bikin risih dan bisa mengurangi nafsu makan, apa boleh buat karena mereka adalah kekinian yang punya khasiat ruarr biasa. Btewe awas tongsismu salah sodok orang, om 😛

  13. Pertanyaannya, masih rame ya kafe dengan peraturan kaya begini? Kalo makin sepi, mereka kudu evalausi kayanya. Hehehe.

    1. Pertanyaan bagus. Saya belum intip lagi kondisi mereka. Kalo prediksi saya sih kafe model begitu yang tidak diimbangi dengan makanan enak, udah pasti ditinggal oleh pengunjung 😀

  14. Yasir Yafiat says:

    Aku juga pernah bang tapi bukan di Resto. Bahkan ini di alam loh. Di Tamang Mangrove Morosari Demak. Jika mau ambil gambar di kawasan Taman Mangrove menggunakan kamera pocket atau DSLR akan dikenakan biaya, tapi kalau menggunakan HP tidak dikenakan biaya. Padahal sama-sama ambil gambar.

    1. Henpon makin canggih, gambar nggak beda kualitas dengan kamera dsrl. Sungguh peraturan konyol dan pembodohan yang sangat bodoh ya. Hahaha

    2. Yasir Yafiat says:

      Lha itu yang bikin aku berpikir ulang. Masih ada ya peraturan seperti itu di zaman sekarang ini

  15. Meidi says:

    bwhahahahah 500rebu yeehhh dendanyaa :))
    *tapi boleh kok mba kalo pake kamera HP* *kalimat itu yg aku inget banget :))*

    btw mauu ke rumahh Oppaaaa 😀

    1. Huahaha, percakapan pas kalimat boleh jepret pake hape itu bikin ngakak. Lain kali daku mau nanya boleh foto nggak di dalam, kalau nggak boleh langsung cabut aja deh biar nggak sakit hati 😀

  16. Adi Nugraha says:

    Entah gaya marketing apa yang dipakai, mudah-mudahan bukan karena unsur klenik ya hehehehe

    1. Bisa jadi sih, manajemen kafe/ resto takut pas kamera keluarin flash, jrengg jrenggg keluar banyak penampakan pocong, tuyul dan teman sejawatnya hahahha

  17. Rifqy Faiza Rahman says:

    Kolot sekali 😀

    1. Iyaa kolot juga bolotnya numpuk #ehh 😛

  18. Avant Garde says:

    blehhhhh…. T.T
    dilarang foto2 di kafe gak pernah, tapi sekalinya gak boleh foto2 di kelenteng ambarawa #njur nyesek

    1. Tempat ibadah mungkin terasa wajar karena beberapa ingin menjaga kesakralannya. Klenteng yang dimaksud deket Monumen Palagan bukan?

    2. Avant Garde says:

      bisa dibilang itu mas … kapok

  19. emaknyashira says:

    Haduh asli butuh pencerahan itu buat pemilik dan manajemen kafe nya. Yaolooo sis/bro hari gini loh

    1. Gregetan yah nemu yang beginian. Pikiran zaman beheula yang nggak tambah bikin untung suatu usaha terutama kuliner 🙂

  20. imambepe says:

    itu cafe ato stasiun yak? soalnya di stasiun juga gak boleh motret sembarangan, pernah kena tegur gara2 motret gak ijin. haha

    1. Serius? Stasiun mana tuh?
      Kalo stasiun tipi boleh ambil gambar nggak? Kalo nggak boleh, daku mutung nggak nonton channel yang itu ah. Hahahaha

    2. imambepe says:

      iya serius,gak tau juga sih apa bunyi aturannya. tapi memang gak boleh foto2 pake SLR, mesti izin kepala stasiun dulu. kan pernah rame di kaskus dan bbrp socmed soal larangan ini.

  21. Bulan says:

    Apa di kafe2 yg melaranv foto itu ada benda seni (lukisan, patung, dll) yg dijual, Kak? Kalau ada, mungkin itu permintaan senimannya? Yg menurut aku wajar. Tapi kl nggak ada, iya sih lebay. Kalau aku digituin, aku jawab “Oh ya nggak apa Mas, diapus aja fotonya. Saya pengguna aktif media sosial, saya kira bs cerita ttg resto ini di medsos saya karena unik. Tapi kl tdk diperkenankan ya nggak apa.” Trus senyum trus apus fotonya. Their lost, not mine. Hehehe.

    1. Kebetulan nggak ada barang seni bernilai tinggi, kak Bulan. Alasan logo dan desain terus diulang-ulang. Anehnya di salah satu kafe, dslr ama kamera pocket dilarang, tapi jepret pake hape boleh 😀

  22. haphap says:

    kenapa ga dengan santun aja ditanyakan alasannya ke manajemen nya, mungkin dia punya alasan tertentu dan akan menjadi salah satu masukan buat kamu ketika menulis artikel lagi tentang topik yang sama.
    dan kamu bisa share dengan kalimat yang lebih persuasif juga.
    share aja niy, bukan karena kolot (pengalaman dr beberapa cafe juga) atau karena pemilik nya ga tau tentang kekuatan social media, tapi bisa jadi aktifitas itu mengganggu atau mengurangi kenyamana pengunjung lain, who knows?

    1. Waktu itu sudah digertak dan diinfo akan disambut oleh pihak manajemen kafe kedua untuk pembicaraan lebih lanjut, sayang cuma gertakan saja. Oh iya, waktu itu saya mendapat teguran karena jepret pakai kamera pocket, bukan dslr. Teman saya malah diperbolehkan ambil gambar melalui kamera hape, hehe. Menunggu si manajer lama, saya sudah sodor kartu nama ke kasir, si manajer tak kunjung datang. Hanya ada alasan tak jelas ttg ketidakhadirannya dari mas waiter. 🙂

  23. Alid Abdul says:

    klo ada yg bertamu ke rumah trus main jepret2 juga aku larang kok ko, alasan simpel, kamera mereka jelek *dikeplak*

    1. Huahaha ya wes suk tak gawa tumbler nggo moncong kamera pocketku, ben kelihatan ada ahelik foto jepret rumahmu gitu 😛

  24. nomnom says:

    Hati2 artikel ini bisa dijerat pelanggaran UU IT
    Lebih baik foto dihilangkan dan nama jalan disamarkan.

    1. Hahaha makasih masukannya. 😀

  25. Ari Azhari says:

    Pertanyaan mendasar ke kafenya yg ngelarang-larang foto interior karena takut ditiru oleh pesaing :
    “emang desain interiornya original gitu, ya? Yakin gak niru kafe-kafe lain di belahan bumi lain?”

    1. Ting Tong… Ya itulah alasan yang kurang bisa diterima. Kalau pakai alasan takut disamperin petugas pajak karena pajang barang-barang antik yang laporan pajaknya dipalsu, daku no comment deh hehehe

  26. Ihhhhh…. Trus, enak ga tuh makanan minuman di kafe songong itu mas? Emang nyebelin bgt kalo ada kafe yg begini. Pastinya ga bakal aku dtgin mas :D…biar ga laku sekalian kalo smua org males kesana…

    1. Makanan minumannya standard, tapi tidak sesuai dengan “kemewahan” yang nggak boleh diambil gambar tersebut. Tenanggg masih banyak yang punya pemikiran sehat. Next time saya share kafe yang sehat dan bisa jeprat-jepret, kak Fan 😀

  27. itu roemah moeria khas yak.
    mirip.. kayak kafe-kafe di veniece :”)

    1. Iya mereka mengadopsi gaya Venice dengan perabot dan hiasan khas Belanda 🙂

  28. Ealah kaaakkk … tp pikir GOJEK udah sampe Malang :’))))

    Haduh malesin tuh ya cafe yang kedua!! kayak apa aja, mau ngapus2in foto segala?!?! Grrr …

    Ga usah jauh2 deh, cafe di bogor yg namanya Lemongrass and apik kuwi, ga ada larangan foto2an … tsk tsk … >> https://instagram.com/p/2dU6ollJMi/

    1. Catet dulu Lemongrass, pas ke Bogor mo masuk, bantu promosiin en review ahh 😀

  29. Gue kalau liat resto yang belagu padahal dipromosiin gratis.. gak bakal saya ulas tuh.. saya juga ngalami hal yang sama di kota malang, tapi lupa nama restonya..

    1. Wahh ternyata selain dua yang saya maksud di atas masih ada kafe yang punya peraturan nyeleneh lagi di Malang? Kalau sudah ingat namanya bolehlah saya dibisikin hehehe

  30. Sadam says:

    aku yang orang malang (soret) aja belom pernah kesini.. haha.. bisa dijadiin referensi..

    1. Asal jangan kejebak nostalgia ya kak, ehh maksudku kejebak peraturan nggak boleh foto di kafe hahaha
      Ayoo review tempat makan sekitar rumahmu yg unik en tradisional, nko tak samperi wes 🙂

    2. Sadam says:

      haha, raisa dong :D. Waduh, sekitar rumah ya, ada sih Jombang, Keidir juga banyak tapi aku belom pernah eksplor juga.. heheh

  31. Pertama baca judulnya aku bingung, mas. Karena aku mempersepsikan GOJEK sebagai sebuah aplikasi private ojek. Udah nggak biasa pake bahasa Jawa di sini, hahaha.

    Tapi aku setuju. Cafe-nya bikin gregetan! Di zaman kekinian kayak gini, masih ada larangan foto di cafe? Plis. Ini era berbagi. Tempat-tempat wisata dan cafe-cafe baru di Bandung itu juga jadi tren karena berbagi, karena ada pamer foto, karena ada yang share di media sosial. 🙂

    1. Hahaha jangan lupakan bahasa daerahmu, Gi… kasian guru bahasa daerahmu yang ngajar dari SD sampe SMP 😛

      Itulah, masih banyak pemilik usaha terutama kuliner yang belum paham dengan kekuatan media sosial. Ngarepnya kehebohan di tulisan ini dibaca oleh mereka ( silent reader ya gpp ) dan bisa jadi masukan bagi mereka supaya bisa lebih baik lagi.

    2. Hahaha. Wis arang sing isa diajak omongan Jawa, mas. Paling nak wong omah telfon, atau nak kanca Jawa lagi mampir.

      Sesuk nak ketemu meneh, jak aku omongan Jawa ya 😀

  32. kevin says:

    hahaahha ngmong GODER kuwi..paling2 si Lim dteng ke kafe 1 dan 2 mah juga order Teh Hangat doang..ngmgnya selangit
    kalo pengen Enak sesuai keinginan si lim..ya buka aja warung sendiri sana,kalo omdo sih semua jg bisa

    1. Kejujuran memang makin langka dan mahal harganya yah Kevin 🙂
      Semoga Kevin juga intropeksi dan bisa membedakan mana yang baik untuk disanjung dan efek yang buruk akibat salah menyanjung 🙂

  33. Kmrn di melaka juga ketemu cafe yg ngak boleh di foto, begitu tau kami bawa kamera langsuing mereka bilang NO POTO #Bete

    1. Waduhh kalo kafe punya larangan begini mesti punya alasan yang jelas biar pengunjung seleb macam om Cum nggak kecewa dan menyebarkan kesan negatif yah 🙂

  34. Seharusnya mereka bisa lebih terbuka, karena dapat di promosi secara gratis dan pastinya konsumen yang akan kesana tau rate baik buruknya suatu tempat. Bukan karena masalah boleh tidak sebenarnya, tapi lebih ke sosial, dan eksistensi suatu tempat.

    1. Yap eksistensi suatu tempat. Komen yang menarik. Terima kasih sudah berkunjung 🙂

  35. Kok yo sik enek sing urip wong jaman kerajaan singosari mas yo, hehehehehe

  36. tesyasblog says:

    Kejadian juga waktu di Baker’s Street Cafe Bandung, tapi ga sampe minta dihapus sih fotonya. Jiyah hari gini ya, dipikir kita mau pre-wedding di dalam cafe mereka apa.

    1. Itulahh anehnya pemikiran pemilik kafe… Kalau pake konde bagai merak, gaun ala Syahrini lalu bawa kamera dan crew televisi bolehlah menaruh curiga kan kak Tesya hahaha…

  37. Saya diceritain teman saya yang fotografer Jogja, beberapa tempat nongkrong di Jogja juga mulai menerapkan peraturan yang serupa. Tapi gak seketat yang diceritain di atas sih. Mereka biasanya menerapkan tarif ratusan ribu khususnya buat photo session dan prewedding, sementara food photography sama sekadar selfie kayaknya masih boleh.

    Yang lucu, beberapa tempat wisata di Jogja juga melakukan pungli yang serupa. Misalnya aja Benteng Vredeburg. Teman saya dimintai ratusan ribu cuma buat foto-foto. Jelas dia nolak, lha orang dia udah sering foto di sana, tapi baru kali ini dimintai pungli macam itu. Pokoknya kalo ada “aturan” yang aneh kayak gini, jangan terima begitu aja. Mendingan ngeyel atau angkat kaki daripada kena getok. Heuheu.

    Salam

    1. Waduhh masa Benteng Vredeburg sampai ada pungli begituan? Parah juga nih. Semakin maju teknologi, pola pikir beberapa kalangan malah semakin aneh-aneh yang berujung duit dan duit. Milih cabut kalau nemu yang begituan lagi 🙂

  38. wah ngelawak banget sih kalo dilarang foto tempat dan makanannya.. padahal influence nya socmed itu kenceng banget hahaha. tapi kalo emang dasar makanannya ga enak sih yaa gimana :p

  39. Hendi Setiyanto says:

    Belum tau dia, kalau yang ngefoto tuh blogger hits kekinian, ckckckck..berasa lagi pelesiran di korea utara ini..

    1. Begitulah pemilik atau manajemen yang nggak mau memahami kecanggihan dunia digital kini. Mungkin mereka masih pake MiRC dan Friendster, belum Whatsapp-an apalagi bikin akun Instagram ama nge-Path-an hahaha

    2. Hendi Setiyanto says:

      Eksklusif mungkin..

  40. Arman says:

    Skrg udah nggak kayak gini kan?

    Ladang Coffee

    Jl. Guntur No.31, Oro-oro Dowo, Klojen, Kota Malang, Jawa Timur 65112
    (0341) 2994499

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.