Yuk Kulineran di SALATIGA

Tampak seperti kota kecil pada umumnya di Jawa, tidak memiliki wilayah yang terlalu luas, bukan berarti Salatiga yang terletak di Provinsi Jawa Tengah tidak punya sesuatu yang bisa dibanggakan. Telah menyandang status perdikan atau wilayah kerajaan tertentu sejak tahun 750 Masehi dan sudah diakui sebagai tahun hari jadi Kota Salatiga, seharusnya menjadikannya sebagai salah satu kota tertua di Indonesia.

Kenyataannya Salatiga hanya dipandang sebagai kota poros yang menghubungkan Solo-Semarang-Magelang saja. Sebuah kota dengan catatan sejarah penting yang mungkin dilupakan banyak orang, mulai dari saksi perpecahan kerajaan Mataram Islam hingga jejak kekuasaan kolonial di Jawa Tengah. Sebelum saya bercerita panjang lebar mengenai sejarah Salatiga, saya ingin berbagi sedikit daftar kuliner yang bisa dicicipi saat singgah ke sana.

Are you ready? 😉


Tumpang Koyor yang berbahan dasar koyor atau urat daging sapi ini merupakan kuliner tradisional yang bisa ditemui di beberapa kota di Jawa Tengah. Namun jangan ragu dengan rasa Tumpang Koyor khas Salatiga yang pernah saya cicipi di Warung Nanda di Jalan Merbabu (samping kantor Kelurahan Kaliacin). Koyor yang sudah direbus dalam kurun waktu tertentu dan diberi bumbu telah menghasilkan tekstur yang empuk dan tidak ulet ketika dikunyah.

Tumpang Koyor Salatiga
Tumpang Koyor Salatiga

Sajian ini biasanya dilengkapi dengan irisan daun pepaya, serta lauk tambahan berupa tahu dan tempe yang sudah dimasak opor. Setelah semua dicampur jadi satu, kemudian sepiring lauk tersebut diguyur dengan kuah sambal goreng. Racikan bumbu beradu rasa dengan pedasnya sambal goreng membuat Nasi Tumpang Koyor yang sudah disesuaikan selera lidah Salatiga ini nendang banget!

Oh iya, pada umumnya Tumpang Koyor merupakan pilihan menu sarapan khas Salatiga yang dijual dari pagi hingga siang hari saja. Selain Tumpang Koyor yang dijual di Warung Nanda, ada pilihan tempat lain di Warung Bu Sumiah yang buka mulai pagi di Jalan Kesambi dengan harga satu porsinya mulai dari 10.000 rupiah. (harga update 2015)


Makanan khas Salatiga berikutnya adalah olahan sup dengan nasi. Meski dari penampilan gambarnya mirip dengan nasi sop, sejatinya makanan yang satu ini bisa dibilang masih satu kategori dengan sajian Mie Godog (rebus) Jawa. Bedanya, bahan mie diganti dengan nasi. Butiran nasi yang sudah direbus bersama kuah akan menjadi lunak dan mudah dicerna, namun tidak terlalu lembek seperti bubur.

Sego Godog
Sego Godog

Susah membayangkannya? Begini … Terlebih dahulu penjual menyiapkan rebusan kuah kaldu daging yang sudah diberi bawang putih, bawang merah, lombok dan bumbu lain. Ditambahkan suwiran daging ayam, telur, menyusul irisan sayuran. Tak lama kemudian, nasi dituangkan ke dalam wajan dan dimasak hingga matang, lalu disajikan. Itulah yang dinamakan Sego Godog atau Nasi Godog.

Sego Godog bukan merupakan kuliner asli Kota Salatiga, ada beberapa kota yang terletak di sekitar lereng Gunung Merapi dan Gunung Merbabu punya sajian serupa. Sego Godog Salatiga yang terkenal di kalangan pemburu kuliner adalah Warung Pak Minto yang terletak di Jalan Muwardi, Salatiga. Selebihnya ada beberapa gerobag atau warung bakmi Jawa di pinggir jalan Kota Salatiga yang menyediakan menu Sego Godog juga.


Spanduk berwarna kuning bertuliskan “Sate Suruh & Bakso” menarik perhatian siapapun yang melintasi jalan utama ketika hendak memasuki Kota Salatiga. Letak yang strategis dan sudah dirintis sejak puluhan tahun silam membuat warung makan yang menjual kuliner khas Salatiga ini selalu dipadati oleh para pelanggan setiap harinya. Antara pelanggan yang ketagihan Sate Suruh maupun pengunjung dari luar kota yang penasaran dengan rasa dari sate berbahan dasar daging sapi tersebut.

Sate Sapi Suruh
Sate Sapi Suruh

Sate Sapi Suruh menjadi salah satu kuliner pilihan dan favorit di Kota Salatiga. Awalnya usaha ini dirintis oleh pak Harkin dan istrinya yang bernama Ngatmiati di sebuah daerah bernama Desa Suruh pada tahun 1962. Setelah dikenal banyak orang, tahun 1987 mereka mulai berjualan di tengah kota, tepatnya di Jalan Sudirman Blok F, Pasar Salatiga hingga sekarang. Apa yang membuat Sate Suruh ini berbeda dengan sate sapi lainnya?

Bayangan pertama saat saya hendak menyantap sajian berbahan dasar daging sapi pasti bau amisnya yang terkadang membuat nafsu makan hilang. Lain dengan Sate Suruh yang sebelumnya sudah dibumbui dengan olesan kunyit dan kencur. Setelah dibakar hingga matang dan dihidangkan di atas meja, saya justru menjumpai tusukan sate daging sapi yang tidak berbau amis. Ditambah racikan sambal kacangnya yang menggoyang lidah dan bonus potongan gajih ( lemak ) di tiap tusuknya. Ugh, nendang! Harga satu porsi Sate Suruh mulai dari 18.000 rupiah. (harga update 2015)


Dikelilingi oleh Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, dan Gunung Ungaran membuat udara di Kota Salatiga cenderung berhawa sejuk di siang hari dan dingin pada malam hari. Tidak heran banyak macam wedang ronde yang dijual sedari petang hingga tengah malam di beberpa sudut kota. Minuman tradisional berisikan ronde ( bulatan kecil dari tepung ketan ) ini sebenarnya merupakan kuliner yang dikenalkan oleh peranakan Tionghoa yang kini sudah berkembang dan terkenal sebagai salah satu minuman penghangat tubuh terkenal di Indonesia.

Wedang Ronde Mak Pari - Ronde Coklat
Wedang Ronde Mak Pari – Ronde Coklat

Ronde Mak Pari yang sudah berdiri sejak tahun 1947 menjadi salah satu warung ronde yang terkenal di Salatiga. Bahan yang digunakan sebenarnya sama dengan wedang ronde pada umumnya, yaitu kolang-kaling putih, kacang tanah, dan potongan agar-agar yang kemudian diguyur kuah jahe panas. Yang bikin istimewa di sini adalah pilihan rasanya yang bisa saya bilang kekinian, mengikuti perkembangan selera lidah pengunjung.

Warung Ronde Mak Pari menawarkan beberapa variasi rasa kuah seperti ronde jahe, ronde susu coklat, ronde susu putih, ronde komplit, ronde coklat, ronde jeruk, ronde tape, rode kacang ijo, ronde rumput laut, dan ronde wijen. Dengan variasi demikian banyaknya, jangan heran jika melihat Warung Ronde Mak Pari selalu dipadati pelangan dan pengunjung dari luar kota. Warung Ronde Mak Pari sudah membuka lima cabang di Kota Salatiga, salah satunya di Jalan Merapi yang buka mulai dari pukul 18.00 hingga 22.00 WIB.

Lain cerita dengan Ronde Jago yang terletak di Jalan Sudirman ( belakang Pasar Raya ) yang berkreasi dengan bahan yang digunakan. Kacang tanah, kolang-kaling dan agar-agar tetap menjadi bahan dasar wedang rondenya. Kuahnya masih memakai kuah jahe yang menghangatkan tubuh. Harga satu mangkok rondenya mulai dari 8.000 rupiah saja.

Kejutannya, warung yang buka mulai pukul dua siang tersebut memberi tambahan bahan berupa pacar cina/ sagu mutiara, irisan manisan tangkeh (dari buah blingo), dan irisan kulit jeruk! Memang terdengar aneh, tapi perpaduan kuah jahe yang sedikit pedas dengan rasa masam dari kulit jeruk memberikan sensasi yang luar biasa di dalam mulut.

Nyum… Nyum… Sungguh penutup malam yang mengenyangkan di Kota Salatiga. 😉

74 Comments Add yours

  1. mawi wijna says:

    Kebetulan pas mbaca ini aq lg hobi jajan ronde Bro
    kapan2 aku maen ke salatiga deh

    1. Ronde khas Salatiga beda dengan ronde-ronde lain di Jawa. Wajib coba, Mawi! 😀

  2. Jadi pengen ronde 😀 ntar malem berburu ronde ah di jakarta~ Eh, Tumpang Koyor itu apa mirip kayak krecek ya? Penampakannya sih mirip, tapi yang ini kayaknya lebih lezat :9

    1. Koyor beda dengan krecek, Mi. Krecek itu kulit sapi, kalo koyor itu urat sapi 🙂

    2. Hahah, o iyak krecek dari kulit ya XD urat itu yang kikil kan? Wah kesukaanku ini 😀 Kapan ya ada kesempatan cobain di salatiga~

  3. Dita says:

    Ronde Jago ini terkenal banget, bikin penasaran dehh

    1. Ronde yang ngehiets banget, Dit. Makin malam makin rame warungnya, kadang sampe antre dulu biar dapat tempat duduk hehehe

  4. Beby says:

    Tumpang Koyor kayaknya mirip sama Gulai Tunjang dari SumBar, tapi bedanya digulai.. Rasanya gimana, Bang? Cenderung manis atau gurih kah?

    1. Rasanya cenderung manis dan pedas dari sambal gorengnya 🙂

  5. lost in science says:

    Enak nih kayaknya :9

    1. Mari dipilih… Mau nasi godog, sate, tumpang koyor atau ronde? Hehehe

  6. Goiq says:

    sate sapinya bikin ngences

    1. Sodorin seporsi Sate Suruh lengkap pake lontong 😀

  7. Agus says:

    om, pesen ronde sama satu suruh satu porsi gak pake lama ya..

    1. Hahaha jangan lupa bayar invoice yang kukirim lewat email sekarang yah 😛

  8. Robbi Hafzan says:

    weh pagi pagi baca tulisan tentang makanna begini, jadipingin sarapan ronde ke 2 😀

    1. Lebih asyik lagi kalau makan ronde 2-nya di Salatiga hihihi

  9. Agus Ristiono says:

    FYI, sego godog yang paling hits ada di warung Pak Joko, Jalan Pattimura mas. Bumbunya mantap dan sy paling suka karena bisa milih ayam atau babat-iso. Mulai buka mungkin sekitar jam5 sore.

    1. Catet! Terima kasih infonya 🙂

  10. Avant Garde says:

    kapan ke salatiga mas? wah…gak kulanuwun nih hehehe…

    1. Udah menetap di Jawa Tengah kah? Nggak colek jadi nggak berani mampir 😛

    2. Avant Garde says:

      gak lah mas….minggu lalu aku pulkam, ini udah di jambi lagi hehehe… nggak mam bakso urat gajih mas? *lap iler

    3. Sudahhh dan bakso uratnya Salatiga bikin nagih. Cuma memang sengaja belum kutulis di sini hehehe

    4. Avant Garde says:

      oya, satu lagi…tahu campur, versi lain dari kuliner tahu selain tahu gimbal, tahu kupat, atau kupat tahu hahaha… tapi menurutku lebih cocok sama tahu kupat solo 🙂

  11. Dian Rustya says:

    Naksir banget sama Wedang Rondenyaaaaaa *glek!*

    1. Jangan cuma ditaksir, mbak Dian… naik bus terus meluncur dari Tuban ke Salatiga yuk 😛

  12. pungky says:

    Aaaaak tiap taun lebaran di Salatiga, tapi baru tau sekarang tentang Tumpang Koyor X(

    Ronde mak pari emang juara bangeeeet!

    1. Toss sesama fans ronde Mak Pari 😀

  13. Tulisanmu membuat aku ngiler pol polan kang heuheu ^_^

    1. Ngilernya jangan keterusan yah, ntar lantainya basah atau malah banjir hehehe

  14. winnymarch says:

    kalau masakan pedas ada gk d salatiga?

    1. Tumpang koyor biasanya disajikan pedas, tapi nggak sepedas masakan Padang, Win hehe

    2. winnymarch says:

      Kalau di solo makanan pedasnya na halim

    3. Makanan pedasnya Solo ada brambang asem, sate kere 😀

    1. *sodor lap iler* 😀 😀

  15. kapan terakhir makan wedang ronde ya… ngileeer 😀

    1. Kapan hayooo… kalo belum inget, monggo diinget pas makan ronde di Salatiga #uadohh hahaha

    2. hahahahah iya mas, uda lama gag ke salatiga.. yuk ah gantian maen ke pati jenengan

    3. Pati sudah masuk list, cuma tinggal cari waktu yang pas. Ntar melipir Demak – Kudus terus mampir Pati demi mas Wahyu wes hahaha

    4. Hahaha siap om. Siapa tau pas wktnya plg kampung :))

    5. Asikkk… Request Nasi Gandul khas Pati ya 😛

  16. mysukmana says:

    coba sate pak amad mas halim, itu sate deket rumah om saya di daerah kaligayam deket PLN 🙂

    1. Catet! Ntar kalo ke Salatiga kucoba kuliner yang dimaksud 🙂

  17. Maria Dewi says:

    sama satu lagi kuliner Salatiga yang nagih bgt di lidah. Nasi bakar Pujasera di jalan A Yani seberang Rudy Salon. Nyam nyam bgt!

  18. Wah kulinernya unik unik ya, kalau di kota saya ngga ada yang begini :’)

    1. Di kota Safira ada kuliner apa aja nih? Share donk 🙂

  19. Wah, mas. Aku bertahun-tahun bolak-balik Salatiga nggak pernah diajak kulineran kayak gitu sama temen-temenku yang orang lokal sana. Ya.. diajak makan tapi dengan menu yg bisa dijumpai di kota lain.

    Cuma sekali aja disajikan Sega Jagung 😀

    1. Nahh, sekarang tinggal pilih dan minta temanmu antar ke tempat yang diinginkan, Nugie. 😀

    2. Aku tergoda sama yg paling atas, hihihi.

  20. ndop says:

    Baru kali ini aku baca info kuliner yang mana aku kepingin coba semuanya. seeemuanya!!!

    Enak banget pastinya itu yaaa…

    Beuh kapan2 tak traktir mrono ya Lim.. Kowe tok ae, ojo ngejak wong akeh2 hahahaha…

    1. Asikkk mau ditraktir seleb Nganjuk hahaha. Suk yen disuguhi kuliner khas Nganjuk ae aku bakalan senenge rak umum, mas Ndop 😀

    2. ndop says:

      Aku arepe posting tentang kuliner nganjuk sing lengkap hahah

    3. Wuohhh ditunggu… ben iso milih kuliner e trus nodong traktiran pas dolan ning Nganjuk hahaha

  21. Ih aky ngiler lihat tumpeng koyor dan sego godognya Mas. Segar dan gurih pastinya ya…

    1. Tumpang Koyor Salatiga enakkk banget, wajib coba dan dijamin nggak nyesel datang jauh-jauh demi Tumpang Koyor hehehe. Jangan ketinggalan juga dessert-nya wedang rondenya, tante Evi 😀

  22. didik sobhana says:

    Lily, aku kepengen koyor sampai sekarang belum nemu, yg dijalan kesambi katanya jam 8 sudah habis.

    1. Udah cobain yang mana nih? Hehehe

  23. Irna says:

    Soto Pojok atau Soto di Jl, Pemotongan, Pecel Madya.. itu juga khas salatiga

  24. Gara says:

    Waduh, saya jadi lapar banget :huhu. Makanan khasnya lengkap ya Mas, dari penggugah selera sampai pencuci mulut, dari makan pagi sampai jajanan menjelang tidur, apalagi semua rasanya maknyuss :hehe. Betapa kayanya negeriku akan harta karun kuliner. Kemakmuran memang paling awal dinilai dari segi perut, dan makanan khas di Salatiga memang membuat tubuh makin makmur dan subur ya :haha.

    Lapaaar!

    1. Ini masih belum semua kuliner Salatiga tertulis di sini, Gara. Tunggu episode berikutnya yah. Semoga jadi kepingin cepet-cepet ke Salatiga buat buncitin perut hahaha

    2. Gara says:

      Siap, saya tunggu :hehe. Paling tidak nanti saya sudah tahu apa yang akan saya lakukan di sana: makan-makan! :)).

  25. Lusnando says:

    Meskipun Salatiga bukanlah kota besar, namun Salatiga memiliki ptoensi dan keunggulan yang tidak dimiliki oleh kota – kota besar lain. Ada lagi makanan khas Salatiga : gecok kikil, enting – enting gepuk, ampyang (gula kacang), kripik paru, getuk ketek (getuk monyet), dan lain – lain. Salatigaku memang hebat, dari sini saya berasal, InsyaAllah di sini pula saya akan dimakamkan…

  26. Akarui Cha says:

    Duh, Sego Godog menggoda banget.

    1. Apalagi di musim penghujan, Sego Godog menghangatkan banget 😀

  27. jokowaluyo says:

    sego godhog versi solo adalah tongseng kambing yang dimasak beserta nasinya..
    tongseng sendiri adalah daging sate mentah yg dilepas dari tusuknya, kemudian dimasak dengan kuah gulai yang kental dan tambahan kecap, merica dan garam, yang dicampuri rajangan kubis dan irisan tomat segar

    sehingga nasi tongseng, nasi nya ikut panas mongah mongah bersama kuah tongseng nya

    1. Ahh iya jugaa, kebetulan belum pernah cicip nasi yang dimasak di kuah tongseng kambing. Biasanya makan terpisah. Next time akan saya request ke penjual tongsengnya biar merasakan sensasi kenikmatan sego godhog ala Solo 😉

  28. Ahmad says:

    ronde coklat nya pas bgt tu Mas buat melepas dahaga di saat cuaca panas seperti ini

    1. Ronde Mak Pari punya varian yang menarik untuk dicoba, coba salah satu, ehh atau coba semuanya biar marem, mas Ahmad. Hahaha.

  29. Sego Godog juga khas Bantul, cuma gak pakai emping.. aku lihat di foto kyk ada emping nya

    1. Sego Godog yang kuposting di atas nggak ada empingnya, telur mungkin yang dilihat maz Ardian hehehe.

Leave a reply to Goiq Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.