Fenomena Alam Yang Memukau di GROBOGAN

Hanya ada kesan negatif saat melakukan perjalanan cukup melelahkan dari Solo atau Semarang menuju Blora melewati Purwodadi. Mau tidak mau pengendara harus melewati jalan yang tidak terlalu lebar dan tidak pernah terlihat mulus dalam jangka waktu yang lama. Masih terdengar keluhan terhadap pemerintah setempat maupun pusat, serta kritikan kepada dinas PU yang dinilai tidak becus membangun jalan negara. Kenyataannya struktur tanah yang selalu bergerak di sepanjang jalan menuju Kabupaten Grobogan yang membuatnya demikian.

Kabupaten Grobogan merupakan kabupaten terluas kedua di Jawa Tengah setelah Cilacap, dengan kota Purwodadi sebagai ibukota kabupatennya. Diapit oleh dua pegunungan kapur, Pegunungan Kendeng dan Pegunungan Kapur Utara, memberikan pemandangan lembah yang sekilas terlihat gersang, tanpa potensi wisata yang menarik. Padahal sebelum dunia dihebohkan oleh keberadaan Lumpur Lapindo di Sidoarjo, warga Grobogan sudah mengenal kawah lumpur serupa yang bernama Bledug Kuwu.

gazebo sederhana untuk menikmati Bledug Kuwu
gazebo sederhana untuk menikmati Bledug Kuwu
garam hasil pengolahan air Bledug Kuwu
garam hasil pengolahan air Bledug Kuwu

Memang Bledug Kuwu yang terletak di Kecamatan Kradenan tidak seperti Lumpur Lapindo yang meluas dengan dahsyat. Bledug Kuwu yang penamaannya berasal dari Bledug ( letupan dalam bahasa Jawa ) dan nama desa Kuwu, hanya memiliki luas sekitar 45 hektar saja.
Saat pertama kali berkunjung di tahun 2011, saya hanya bisa berdecak kagum melihat kawah lumpur yang terus-menerus mengeluarkan letupan setinggi satu hingga lima meter.

Pengunjung boleh mendekati kawah lumpur dalam batas tertentu. Jangan cemas, tidak terasa panas kok, karena Bledug Kuwu bukan letusan dari magma bumi, melainkan reaksi dari pelepasan gas bumi bercampur dengan air laut. Iseng menjilat genangan air di sekitar kawah, memang betul terasa asin. Tak heran warga sekitar memanfaatkan dan mengolah secara tradisional menjadi garam yang banyak dijual di warung-warung sekitar tempat wisata.

kawah lumpur yang belum sepopuler Lumpur Lapindo
kawah lumpur yang belum sepopuler Lumpur Lapindo

Alkisah ada seekor ular yang mengaku sebagai anak dari Ajisaka, raja Medang Kamolan. Sang ular berasal dari telur seekor ayam jago yang meminum air seni Ajisaka. Ajisaka tidak mempercayai pernyataan tersebut, maka beliau menguji dengan memerintahkannya untuk membunuh seekor buaya putih di Laut Selatan dan membawa kepalanya ke Medang Kamolan melewati dasar bumi. Ular naga raksasa itu menerobos tebing di pinggir pantai, terus menuju ke timur hingga muncul di permukaan sambil mengeluarkan suara bledug, bledug. Sayangnya dia kehabisan tenaga di Kuwu hingga lumpuh, kemudian menjelma jadi seorang bocah yang diberi nama Joko Linglung oleh warga sekitar karena linglung atau hilang ingatan…

rombongan road show Gubernur
rombongan road show Gubernur

Bulan February 2015 lalu saya kembali mengunjungi Bledug Kuwu. Kali ini bersamaan dengan rangkaian road show Gubernur Jawa Tengah, termasuk di dalamnya kunjungan Tour Lokomotif Cepu bersama VisitJawaTengah ( lengkapnya bisa dibaca di sini ). Sayangnya fenomena alam di Grobogan ini masih belum menarik perhatian banyak wisatawan. Siang itu hanya ada keramaian dari rombongan road show pak Gubernur saja. Selebihnya menyisakan kesunyian yang ditemani suara “bledug” dari Kawah Joko Tua, kawah terbesar di Bledug Kuwu dengan letupan berdurasi dua hingga tiga menit sekali.

Selain Bledug Kuwu, Kabupaten Grobogan juga masih punya tempat wisata yang nggak kalah menariknya, yaitu Api Abadi Mrapen. Tempat ini hanya berjarak sekitar dua puluh enam kilometer dari Purwodadi, tepatnya di Desa Manggarmas, Jl Purwodadi Semarang Km 37. Lagi-lagi obyek wisata ini terbentuk dari fenomena alam akibat keluarnya gas bumi dari tanah yang tersulut api, sehingga menghasilkan nyala api yang tidak pernah padam sepanjang waktu.

Ada banyak pesta olahraga bertaraf nasional hingga internasional yang mengambil api untuk nyala obornya dari Mrapen. Sebut saja pesta olahraga internasional Ganefo I pada tahun 1963, kemudian Pekan Olahraga Nasional ( PON ) sejak PON X tahun 1981 hingga sekarang, serta obor untuk upacara Hari Raya Waisak di Candi Borobudur. Tak heran dalam waktu dekat akan diresmikan sebuah Museum Olahraga yang dibangun di belakang sebuah kolam air panas yang dipercaya menyembuhkan penyakit.

Swike Goreng Purwodadi
Swike Goreng Purwodadi

Lalu bagaimana dengan kuliner di Grobogan? Coba icip Swike Purwodadi yang warungnya mudah ditemukan sepanjang Purwodadi. Pada umumnya Swike adalah olahan kaki kodok yang direbus dengan kuah berbumbu bawang putih, jahe, tauco, garam dan lada. Namun tak jarang banyak yang memesan sajian Swike Goreng Mentega, Swike Kecap, Swike Goreng Mayones dan variasi yang lain. Kemudian ada Sayur Becek di Jl Jend Sudriman 56, Purwodadi yang menyajikan iga sapi berkuah segar dengan bumbu kemiri, bawang merah dan putih yang biasanya ditambahkan daun kedondong.

Asem-Asem Daging Purwodadi
Asem-Asem Daging Purwodadi

Jangan lewatkan juga kuliner Asem-Asem Daging yang bisa ditemui di Desa Nglejok. Kuliner ini memang bisa dijumpai di daerah lain di Jawa Tengah, tapi tak ada salahnya mencoba racikan daging sapi yang diguyur kuah kecap dengan rasa manis, sedikit asam dan pedas yang sudah disesuaikan dengan selera lidah warga Grobogan. Dijamin ketagihan… Selamat berkenalan dengan Grobogan! 😉

72 Comments Add yours

  1. Dita says:

    Capturing moment waktu mbledos itu pas dan bagus bgt kak!

  2. Dita says:

    Eh sek sek…ini kawah lumpurnya udah ada dr dulu kan? Bukan krn perusahaan salah ngebor kayak di lumpur lapindo?

    1. Keluar dengan sendirinya entah sejak tahun berapa, Dit. Maka dari itu tercipta cerita legenda Ajisaka dan Joko Linglung 🙂
      Biarkan Lapindo membuat cerita sendiri hihihi

    2. bukan kalo yang ini emang dari alam, bukan kesalahan manusia
      http://id.wikipedia.org/wiki/Bledug_Kuwu

    3. Dita says:

      Oohhh bukan salah pria ya?
      Kan wanita selalu benar
      *apeu* *dikeroyok* x))))

    4. Alam kan cowok mbak, kalo cewek kan Vety Vera #dibahas

  3. mawi wijna says:

    Kapan Lim ada waktu selo ke Air Terjun Widuri? Sekali-kali pingin merasakan touring bareng dirimu, hahaha. 😀

    1. Ahaa ngincer Air Terjun Widuri juga!!! Yuk yuk, Mawi…
      Mari cari tanggal yang pas trus langsung berangkat ke Purwodadi, lanjut Blora – Cepu sisan yen gelem 😛

    2. mawi wijna says:

      Mei yo keno Lim, April jadwalku padet merayap, hehehe.

    3. Rifqy Faiza Rahman says:

      Yo budal! 😀

    4. Budal ning ndi Qy? :-p

    5. Rifqy Faiza Rahman says:

      Blora… Grobogan… dan sekitarnya… 😀

    6. ndop says:

      Mei? Aku meluuuuuu!!!!

    7. Kapan, mas? Mbok aku nginthil, hihihi.

    8. Aku meluuuuuuuu … 😀

  4. Informasi tambahan lagi untuk dimasukkan ke daftar jalan-jalan kami. 🙂
    nice.

    1. Asikkk… Semoga bermanfaat yah 😉

  5. Yasir Yafiat says:

    Dari dulu pengen kesitu tapi belum pernah sempet 😥

    1. Berarti jadi wishlist, mari diwujudkan dalam waktu dekat 😀

    2. Yasir Yafiat says:

      Semoga saja cepat terlaksana broo

  6. omnduut says:

    *langsungfokuskemakanannya*

    1. Boleh dipelototi dari dekat tapi jangan dijilat, kasihan layar hape atau laptopnya hehehe

  7. ranselijo says:

    Wah aku baru tau ada fenomena alam seperti itu di Grobogan o_O

    Gak berbahaya ya? Terus yang api abadi itu…klo hujan juga gak akan mati?

    1. Selama gas masih menyembur ke permukaan tanah, Api abadi Mrapen tetap menyala meski diguyur hujan deras. Dan letupan Bledug Kuwu juga makin besar dan tinggi saat hujan. Ayo telusuri Grobogan 🙂

  8. Dian Rustya says:

    Swike goreng itu rasanya gimana, Lim?

    *salah fokus*

    1. Enakkk banget, daging kaki kodoknya empuk kaya perpaduan daging ayam dan ikan. Apalagi kuah swike-nya. Ughh nendang banget!!! *dibalang ranjungan* 😛

  9. Badai says:

    Mau komen bledugannya, kemudian liat foto makanan
    *langsung buyar semua komen, hahaha*

    1. Jadi kak Badai mau pilih yang mana? Swike atau Asem Asem Daging Purwodadi? *sodor menu* 😛

  10. ameeeeel says:

    Wah, udah dirapikan ya api abadi mrapen? Ada pagarnya segala ya? Pas ke sana sekitar 2 tahun lalu, masih kayak api unggun di tengah kebon 😀

    1. Iya betul sudah terlihat rapi, pagar batu Sunan Kalijaga nya juga akan dibuat lebih bagus. Mungkin untuk memperindah suasana Museum Olahraga jadi dirapiin semua hehe

  11. Bama says:

    Udah beberapa tahun terakhir ini meniatkan untuk mengunjungi bledug kuwu, tapi sampai sekarang belum sempat terus. Kalau dari Semarang kira-kira berapa jam ya perjalanannya? Mobil biasa bisa terobos jalannya atau cuma bisa mobil jenis tertentu? (SUV, mobil yang ground clearance-nya tinggi, dll).

    1. Dari Semarang menuju Purwodadi waktu tempuh hanya sekitar 2-3 jam tergantung arus lalu lintasnya, Bama. Jalan rusaknya bukan off-road, cuma banyak lubang mulai dari kecil sampai sebesar roda mobil. Inilah yang menyebabkan jalan padat merayap karena menghindari lubang hehe.

      Kalo mau ke sana, aku daftar ikut yak 😀

  12. winnymarch says:

    buset udah kesini aja u halim

    1. Ntar kushare daerah menarik lain di Jawa Tengah lagi, WIn. Biar dirimu sempetin liburan ke sini dalam waktu lama buat eksplore semuanya 😛

  13. Indra says:

    blok cepu tuh dkat laut ga sih..pikir saya minyak Bumi itu adanya
    di lepas pantai. btw naik loko uap bahagia yang 8 orang byar brapaan?:

    1. Blok Cepu jauh dari laut, mungkin adanya pergeseran berjuta tahun lalu yang bikin kawasan ini menyimpan fosil minyak bumi. Semoga penjelasannya nggak ngawur banget hehehe…
      Kereta dengan tenaga diesel kurang tahu harga pastinya, sekitar ratusan ribu, nggak sampe jutaan kok 😀

  14. api abadi mirip di madura ya

    1. Ahha betul banget, Mrapen di Grobogan mirip dengan yang di Madura. Sayangnya yang di Mrapen sepi kalau malam, yang di Madura malah masih terlihat rame jelang petang 🙂

  15. ndop says:

    Lim, iki sak jane postinganmu iso dadi beberapa judul. Hahaha.. Bleduk Kuwu, Api Abadi, karo kulinereee… Nah iso 3 postingan toooo

    1. Tak jadiin satu ben sing baca gak kesel ngeklik. Kurang apik opo coba 😛

    2. ndop says:

      He eh, apik pol pancenan awakmu HAHAHAH…

  16. fandhy says:

    sak mrene aku rung pernah mampir ming bledug kuwu :3

    1. Yuk ke Grobogan, Bledug Kuwu nggak pindah alamat kok 😉

  17. imamalavi says:

    Ka itu lumpurnya udah setinggi apa ya kalo boleh tau?jadi itu lumpurnya buat wisata juga gitu?baru tau ada lumpur-lumpuran selain di lapindo hehe : v

    1. Kalau nggak hujan, letupan paling tinggi hanya 5 meter, pengunjung bisa lihat dari jarak 10-15 meter dari kawah. Aman karena hanya titik tertentu yg mengeluarkan lumpur mengandung garam tsb.
      Pas hujan letupan bisa setinggi 10 meter, jarak pengunjung yg ingin melihat kawah harus lebih jauh lagi.

      Sejauh ini aman, beda dengan Lapindo yg terus meluas. Maka dari itu Bledug Kuwu dimanfaatkan sebagai obyek wisata dan tambang garam oleh warga. 🙂

    2. imamalavi says:

      jadi kalo habis ujan letupannya makin tinggi ya ka? wih kok bisa ya, makasih udah dibikin cerita kayak gini jadi tau ada keajaiban di Jateng hehe

  18. Malah belum pernah ke sana. Padahal nggak jauh-jauh amat nih dari rumah. Merasa gagal jadi orang Semarang 😦

    1. Wahh dirimu tinggal di Semarang, Pap? Nggak jauh brarti weekend ini sempetin ke Grobogan donk hehehe

  19. Salman Faris says:

    menarik sekali, ternyata ada sisi lain yang ada di grobogan ya

    1. Diremehin karena jalan raya labil, Grobogan malah menyimpan fenomena alam yang nggak biasa kan Salman? 🙂

  20. asem asemnyaaaaaaa *drooling*

    1. Tahannn… tahannn dulu… *sodor sepiring asem-asem daging*

  21. Sisi lain dari jateng, indah ya

  22. Wuih manteb… Seumur2 belum pernah ke Purwodadi. Pengin berkunjung kesana, berapa jam ya dari solo?

    1. Dari Solo ke Bledug Kuwu sekitar 3 jam tergantung kondisi lalu lintas di sepanjang Jl. Solo-Purwodadi 🙂

  23. more reason to visit Jateng, nih! 🙂

  24. Upppss saya baru nyadar kalau bledug kuwu keren ya.. bisa bergejolak gitu lumpurnya..

    1. Reaksi dari semburan gas alam dan air laut yang aman untuk dikunjungi 🙂

  25. Oommmm swikeeeee :9

    Mbok aku diajakin ke sono thooo … 🙂

    1. Keliling Jawa yuk 😀

  26. ahmad says:

    Saat ini warga grobogan lagi demam2nya wisata keliling grobogan. Karena masyarakat grobogan sendiri tidak menyangka alamnya begitu indah. Dan salah satunya ada tempat wisata baru yang masih virgin yang baru di temukan yaitu air terjun gulingan. Dan juga masih banyak wisata alam lainnya. Yang peng en berwisata keliling grobogan bisa tuh lihat info di fb/fanpage wisata grobogan dari situ bisa hubungi adminnya. Biasanya jadwal wisatanya pada week end atau hari libur. Saya aja orang grobogan pengen ikut. Tapi karena pekerjaan banyak, belum bisa menyempatkan waktu

    1. Ikut senang warga Grobogan sudah mulai giat mengenal wisata di daerahnya sendiri. Kalau ada info terkait obyek wisata baru, beritahu saya ya, Ahmad 🙂

  27. Ngiler liat sayur beceknya..hehe

    dan baru tau ini ada bledug kuwu

    1. Bledug Kuwu sempat ngehits tahun ’80an, sayang sekarang udah kalah pamor dengan Lapindo 🙂

  28. betti says:

    Paling kangen ama ayam cola disalah satu sudut kota pas masih kuliah 12 th yg lalu….skrng masih ga ya???

  29. sayangrahma says:

    Bedeuh, kayaknya keren melihat letupan lumpur setinggi 5 Meter, seharusnya ini bisa menjadi objek wisata menarik, tapi kenapa ga di promosikan oleh pemerintah ya? saya baru tau …

    1. Sebenarnya Bledug Kuwu obyek wisata yang sudah terkenal lama, tapi perlahan memudar kharisma nya karena kurang gencar dipromosikan lewat media. Hanya promosi dari mulut ke mulut saja ketenaran obyeknya bertahan 🙂

  30. Informasi tambahan lagi untuk dimasukkan ke daftar jalan-jalan kami. 🙂
    nice.

    1. Semoga bermanfaat 🙂

  31. Gara says:

    Mengingat Kabupaten Grobogan ini sebenarnya land-locked, maka munculnya situs lumpur yang rasanya asin tentu jadi pertanyaan. Peta di Wikiped sih bilang kalau ini dulu garis pantai purba, tapi ya kenapa munculnya cuma di sini doang ya, tidak di sepanjang garis pantai itu, hehe. Apa sama seperti daerah Sangiran yang dulunya lautan juga? Hmm… menarik. Ini bisa jadi destinasi wisata macam Yellowstone ya, habisnya keren banget kalau melihat bola lumpur meledak seperti itu! Bum… seperti gelembung sabun hanya saja berjuta kali lebih besar.

    1. Fenomena alam yang nggak biasa itu lalu dikaitkan oleh warga setempat dengan munculnya legenda tentang Joko Linglung. 🙂
      Tekstur tanah dari jalan Sangiran yang dulu pernah kita lewati sampai ke Grobogan selalu bergelombang, Gar. Setiap dicor aspal selalu pecah selang sekian bulan, nggak pernah awet. Baru mulai diberi blok semen dengan maksud lebih tahan lama hehe. Ntar lanjut jalan lagi sampai ke Cepu (Blora) yang merupakan sumber minyak bumi terbesar di Jawa masa Hindia Belanda. Kalau ditelaah dari segi geografis ketiga kabupaten itu ( Sragen-Grobogan-Blora ) mungkin bisa ketemu benang merahnya. 😀

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.