Catatan Hati Bangunan Tua

Di luar terdengar gurauan dan canda tawa, tapi dalam hati ini rasanya kosong…

Tuan dan nyonya sudah meninggalkan tempat ini sejak puluhan tahun lalu. Tak ada lagi gelak tawa nona dan sinyo yang suka berlarian di sepanjang  lorong. Tak ada lagi suara denting piano saban petang, tak ada lagi bunyi detak jam di ruang tamu.

Menyisakan ruang-ruang kosong, lantai berselimut debu tebal, rumput mulai tumbuh liar seenaknya. Bau sedap ayam goreng berbumbu bikinan bibik tidak lagi menyeruak keluar dari dapur. Hanya ada bau tanah basah karena hujan. Hanya ada siulan angin malam yang mengusik tidurku.

Kesepian memang terasa menyesakkan…

jangan lupakan kisah kejayaan masa lalu
jangan lupakan kisah kejayaan masa lalu

Kadang kesepianku ini menarik simpati manusia yang punya rasa ingin tahu tinggi. Pernah suatu hari, dapur tempat bibik biasa memasak ayam goreng berbumbu untuk sinyo dipenuhi untaian kabel dan alat perekam di tiap sudutnya. Bisik-bisik tetangga mengatakan ruang itu angker. Maklum di ruang itulah bibik mati dibunuh oleh tentara Jepang setelah tuan dan nyonya pergi meninggalkan negeri ini.

Hanya bisa terkikik saat seorang pemuda yang disebut sebagai peserta uji nyali itu mulai berbicara tidak jelas sambil bergerak layaknya anjing kelaparan. Dia mengaku dirasuki bibik, padahal… arwah bibik masih berdiri bengong di pojok ruangan. Mata si pemuda terus mengikuti kamera sambil berbicara tak jelas di depan pembawa acara dan ustad yang komat-kamit membacakan doa, katanya. Sungguh akting yang luar biasa. Andai nyonya tahu mungkin akting pemuda itu akan disandingkan dengan salah satu lakon terkenal pentas ketoprak yang sering dilihatnya setiap akhir pekan.

bangunan tua yang kini tinggal kenangan
bangunan tua yang kini tinggal kenangan

Menunggu waktu adalah hal yang sangat menyebalkan…

Hujan deras dan panas matahari yang menyerang tanpa ampun selama bertahun-tahun membuat badan ini perlahan rapuh, menua dengan cepat. Pemilik yang baru tak kunjung datang. Hanya bisa pasrah dengan tangan-tangan jahil yang diam-diam mencopoti daun jendela. Pintu kayu jati pun tega mereka lepas dengan kasar. Sungguh terlalu.

"siulan angin malam mengusik tidurku"
“siulan angin malam mengusik tidurku”

Kata si burung yang bersarang di pohon mangga halaman depan, pencuri itu menjualnya di pasar loak dengan harga murah. Dasar manusia tak tahu diri. Mereka tidak tahu biaya besar yang dikeluarkan tuan dan nyonya untuk membangun bangunan megah ini. Hasil kerja keras mereka mengumpulkan gulden demi gulden tidak dihargai lagi oleh manusia zaman sekarang.

nasib salah satu yang sementara masih bertahan
nasib salah satu yang sementara masih bertahan
takdir berkala lain
takdir berkala lain

Lain nasib dengan temanku di blok sebelah. Setelah dihuni oleh orang kaya baru, nasibnya tidak lebih baik. Rancangan arsitek terkenal kala itu dirobohkan sebagian, diganti dengan desain baru yang menurutku sudah tanpa rasa seni. Kotak, kotak dan kotak! Pintu kayunya masih dipertahankan, tapi tegelnya dilucuti semua, diganti dengan keramik putih kualitas murahan. Hari gini masih pakai tegel kuno, cibir teman tuannya yang baru. Tegel mahal yang sengaja didatangkan dari Eropa entah sudah dibuang kemana.

tegel kuno yang kini diincar kolektor
tegel kuno yang kini diincar kolektor

Ada manusia yang lebih parah memperlakukan kami. Setelah mendapat juragan baru, tak lama kemudian datanglah mesin penghancur yang dikendarai manusia berhelm kuning. Mereka meratakannya dengan tanah, membuang semua kenangan temanku. Bukti kejayaan masa lalunya tak bersisa lagi, tak ada yang bisa disombongkan lagi. Perasaannya hancur berkeping-keping.

Tak heran tiap malam dia menghantui penghuni rumah yang baru hingga mereka lari terbirit-birit keluar dari rumah. Memang terdengar egois tapi itulah bentuk protesnya, itulah luapan rasa sakit hatinya…

bekas rumah sakit Belanda yang terabaikan
bekas rumah sakit Belanda yang terabaikan

Tentu tak semua manusia berpikiran sedangkal itu. Masih ada segelintir manusia yang mau menjaga kami hingga ajal menjemputnya. Saat uang menjadi masalah utama, mereka tak segan menjual kekunoan kepada manusia yang mau meneruskan kekunoan dengan harga sangat mahal tentunya. Warisan menjadi berlipat ganda dalam sekejab. Sungguh cerdik.

rumah tua di kompleks pabrik karung goni
rumah tua di kompleks pabrik karung goni

Sebut saja kami ini zat yang merekam semua kenangan di sebuah bangunan.

Jadi… kamu tipe manusia yang mana?

71 Comments Add yours

  1. Goiq says:

    Padahal bangunan tua kaya gini adem banget ditinggalin… inget rumah nenek

    1. Komen pertamaxxx… Selamat Anda dapat piring cantik 😀

      Rumah nenek sudah berpindah tangan atau masih terjaga sampai sekarang? 🙂

  2. Ih horor banget posting ini. Gedung2 tua itu sekarang milik siapa, Mas?

    1. Ehh horor gimana? Kelak hunian tante Evi yang ditempati sekarang juga akan dianggap “kuno” oleh cucu loh hahaha

      Bangunan tua di atas sebagian besar milik pribadi swasta, ada juga yang dimiliki keluarga Cendana. Semua menunggu waktu. Terlantar kemudian dihancurkan atau terlantar kemudian dipertahankan kekunoannya 🙂

  3. cyntara says:

    Jadi pengen mengunjungi mereka 🙂

    1. Kunjungi dan kenali mereka, mumpung belum terlambat 🙂

  4. MS says:

    aku selalu cari gedung tua klau jalan ke manapun…, gedung tua tetap jndah walau sudah mulai hancur

    1. Wahh baru tahu mbak Monda suka hunting gedung tua juga 🙂
      Gedung yang makin tua biasanya makin fotogenik, jadi betah menatap lama sembari membayangkan masa lalunya 🙂

    2. MS says:

      iya. makanya udah agak lama jadi silent reader blog ini, banyak kisah sejarahnya..

    3. Jadi terharu… Terima kasih sudah jadi pembaca blog ini, mbak Monda 😀

  5. Badai says:

    Suka sama penuturannya! *kasih jempol*

    Padahal kalo bangunan ini terawat bakalan bagus & klasik banget. Kok banyak yang gak peduli ya. Kenapa, kak? Kenapa?

    1. Itulah manusia Indonesia yang berpikiran dangkal. Mungkin mereka nggak pernah piknik ke heritage city macam Penang dan Melaka. Pernah piknik ke Eropa pun si manusia mainnya ke bangunan tua, padahal hunian berumur mereka malah dirobohin… Hmm jadi ikut bingung juga hahaha 😀

    2. Badai says:

      Itulah akibatnya kalau semua mindset berbasis ekonomi & kekinian, mungkin lho ya 😉 *komennya udah kayak pakar aja, hahaha*

    3. Ahaaa bisa jadi… Salam superman dulu, bang Gio 😛

    4. Badai says:

      aku maunya salam tempel #laaah

    5. Ternyata bang Badai suka main tempel… jangan di sini ahh, kan jadi gagal pencitraan #oposeh hahaha

  6. Gara says:

    “Hampura eukeur sakitoewae.”
    Ampuni saya untuk apa yang tidak saya lakukan.

    Jangankan orang per orang. Bahkan negara pun belum mampu menjaga istana-istana tua yang dulu direbut olehnya, Mas. Dari istana kebanggaan Daendels sampai peninggalan-peninggalan yang terserak di pelabuhan, semua memiliki cerita yang sama. Negara, lho.

    Maka sekali lagi, ampuni saya untuk apa yang tidak saya lakukan.

    1. Sampe gugling “hampura eukeur sakitoewae” itu bahasa mana, ternyata bahasa Sunda ya 🙂

      Andai semua manusia jeli dengan kekunoan dan menghubungkannya dengan sektor lain yah. Kekunoan bisa dijual asal diolah dengan baik dan terarah. Tanpa adanya bangunan-bangunan tua dengan cerita masa lalunya, makin lama negara ini jadi negara tanpa identitas…

    2. Gara says:

      Yep, dari sebuah kisah pergundikan sedih zaman Hindia Belanda yang dulu pernah saya baca 😀

      Ya, benar sekali. Sayang orang-orang penting negara ini belum melihat itu.

  7. bangunan ini klasik mas, tapi pikiran kita pasti akan bicara angker 😀

    cmiiw

    1. Kesan angker seperti yang sering dimunculkan di acara uji nyali ya? Jujur nggak suka acara begituan, tapi kadang nonton juga demi mencari data tentang bangunan tua dan kaitan sejarahnya terhadap suatu kota hehe…

      Selama ini setiap masuk bangunan tua kosong tidak pernah mengalami kejadian yang tidak diinginkan, usahakan bilang “permisi” terlebih dahulu. Ibarat Anda segan, kami sungkan 😉

  8. Dita says:

    kamu emang spesialis-nya bangunan2 bersejarah ya kak. Tapi aku kalo masuk ke tempat yg kayak gini ya takut eee…. *pegangan kak Badai* *loh kok* x)))))

    1. Lohh ini kok ada acara pegangan kak Badai segala? *calling mas bebebnya Dita* hahaha… Asal punya niat baik pas masuk bangunan tua, it’s okay. Kecuali kalau punya indera keenam itu beda perkara lagi 😀

  9. hahahah benar mas. tergantung keyakinan kita sih sebenarnya.

    saya juga gag suka nonton dunia lain, kalo acaranya malam kayaknya mending tidur 😛

  10. DebbZie says:

    Paling suka bangunan tua. Sayang emang di Indonesia malah seringnya dirobohin trus dibangun ruko 😥
    Harusnya ada rules kaya di Eropa, dimana bangunan tua ga boleh dirubah bentuknya. Cuma boleh dipugar atau dipelihara biar awet

    1. Kadang banyak yang masih mikir “dendam nggak jelas” bahwa bangunan kolonial sama dengan mengingatkan masa kelam penjajahan tahun ’46 hingga ’49. Lupa bahwa catatan itulah yang membentuk Indonesia jadi strong seperti sekarang 🙂

  11. Adie Riyanto says:

    Ada banyak kisah bangunan tua di negeri ini yang seperti ini. Semua hendak ditransformasikan ke dalam wujudnya yang dianggap kekinian oleh tuan-tuannya yang baru. Sebenarnya pemerintah bisa turut ambil tindakan dengan mengeluarkan perda, seperti yang pernah dilakukan Pak Jokowi untuk mengelola Kota Tua 🙂

    1. Dulu Solo juga tetap ada yang hilang meski ada perda dari bapak itu, Adie hehe… Perda tetap nggak mempan kalo nggak ada pembinaan dan penyuluhan terkait perlindungan cagar kepada pemilik bangunan yg sekarang. 🙂

  12. Indra Prdaya says:

    aku juga suka mendatangi bangunan bangunan tua di Bandar Lampung. eksotik dan penuh kisah … pingin suatu hari punya Kafe atau Resto tapi di Gedung tua jadi suasananya vintage.

    1. Kalau kafe atau resto nuansa vintagenya udah dibuka, let me know ya om Indra. Ntar kubantu koar-koar promosi 🙂

  13. dewitya says:

    aa keren! thanks infonyaaaa

  14. yusmei says:

    Cara bertuturmu di tulisan ini kereeen. 😀

    1. Aww dibilang keren… ini berkat temenan ama penulis macam dirimu, mbak 😀

    2. yusmei says:

      Hayaaah. Eh lim blusukan hari Minggu atau sabtu ya?

    3. Minggu… salah satu sudut bangunane sengaja kupasang di tulisan ini 😀

    4. yofangga says:

      terus.. teruss?
      aku gak keren gitu?
      kok gak disebut?
      *PURIK…

  15. winnymarch says:

    kesannya horor ya

    1. Terkesan horor tapi bikin ketagihan Win… maksudku ketagihan buat pelototin tiap sudut arsitektur uniknya dan cerita di balik itu kenapa bisa terbengkalai 🙂

    2. winnymarch says:

      untungnya gk malam u kesana halim

  16. Rifqy Faiza Rahman says:

    Saya tipe manusia, yang sangat ingin menjaga bangunan-bangunan itu, tetapi masih belum bisa berbuat apa-apa 😦

    1. Hayuklah mulai beri nasihat dan arahan saat mengunjungi suatu bangunan tua yang masih dihuni. Dengan dipuji kemegahan bangunan dan kegigihannya mempertahankan bangunan tersebut, biasanya manusia itu akan tersipu dan berbangga hati, tak lagi memikirkan pikiran negatif yang lain…
      Terkadang punya harapan tinggi juga agar mereka menjadi manusia yang mau menjaganya hingga ajal menjemputnya dan mampu meyakinkan keturunannya untuk terus menjaga warisan itu…

    2. Rifqy Faiza Rahman says:

      Benar juga, tak mudah ya Mas. Sama seperti saya ke lapangan, bersua petani yang sulit menghilangkan ketergantungan akan pupuk anorganik atau menggunakan bibit hibrida, karena sudah terlanjur mengakar.

  17. Dian Rustya says:

    Aku merasa seperti membaca dongeng di posingan ini, Lim 😀

    Menelisik bangunan2 tua itu memang menyenangkan ya. Masuk ke sana seperti berada di “mesin waktu” yang bisa “membawa” imajinasi kita ke kehidupan yg ada di sana saat bangunan2 itu baru didirikan *mulai ngayal*

    1. Kemudian ditempati sepasang suami istri yang memulai hidup barunya di tanah rantau. Melahirkan seorang putra dan putri, membesarkan mereka dengan penuh kasih sayang. Si kakek membacakan fabel kancil di balkon depan hingga cucu-cucunya terbuai alunan lambaian daun ditiup angin… lalu… lanjutkan sendiri khayalanmu 😛

  18. Avant Garde says:

    yg bangunan no.2 dari atas bangunan baru mas?

    1. Model tahun 50-60’an, tapi sekarang udah dirubuhkan tak bersisa sama sekali

    2. Avant Garde says:

      #nangis kejer T_______________T

  19. imalavins says:

    saya juga ikutan sendu baca ini,mirip sama tulisan saya yang ini kak http://imalavins.blogspot.com/2014/06/menengok-sejarah-di-kampung-arab.html

    idem sama mas rifqy sebenernya pingin bantu, tapi bingung mesti gimana 😐

    1. Kalau saya berpikir simpel saja. Misalkan ada teman yang tertarik melihat bangunan tua semacam ini, akan kukenalkan dan niscaya akan tersebar luas lewat mulut ke mulut tentang menariknya bangunan tersebut. Penjaga rumah ( baik yang resmi maupun bayangan ) semakin familiar dengan kedatangan peminat bangunan tua tidak lagi tertutup. Pemilik pun ( semoga ) tersentuh dan bisa melihatnya sebagai aset yang berharga jika terus dibiarkan kuno, bukan modern 🙂

  20. Ridwan SK says:

    Padahal… arwah bibik masih berdiri bengong di pojok ruangan… huahaha, serem tapi kocak masbro bagian ini. Andai si bibik baca blog ini pasti langsung ikut komen :D,

    btw nice story

    1. Ngeriii kalo si bibik sampai ikut komen, eh tapi mungkin juga kalau bibik pinjam laptop punya anak tetangga ya hahaha.
      Terima kasih sudah mampir di mari, mas Ridwan 🙂

  21. terdengar horor bacanya, hihi

  22. ini daerah mana sihh gan ? surabaya kah ??

    bagus nih buat buat film …..

    1. Beberapa lokasi ada yang memperbolehkan untuk sesi pemotretan. Gambar lokasi ada di Solo Raya ( Surakarta, Klaten, Sukoharjo ), ada satu yang diambil di Kota Lama Semarang 🙂

  23. dansapar.com says:

    bacanya pas malam2….seremmmm
    inilah salahnya
    ga tau kenapa klo di Indonesia berasa serem
    di sini mah ga ad serem2nya meski itu bangunan tua

    1. Hahaha untung bacanya nggak didampingi “bibik”, Par 😛
      Heran lagi bangunan tua di Eropa malah jadi kunjungan wisatawan Indonesia pas mereka tour yang bayarnya mahal banget itu yah, dan mereka suka! Miris…

  24. mawi wijna says:

    Berdoa semoga bangunan-bangunan ini dibeli sama pihak bank terus direnovasi jadi guesthouse buat menjamu tamu-tamu asing…

    1. Tak pikir-pikir Solo ini yang bangunan tuanya dijadiin guesthouse suitik banget, kalah ama Yogya sak puol e… Jadi pingin buka guesthouse *intip celengan semar* 😛

  25. Aria T. Kharisma says:

    Suka banget kalau mendatangi tempat kaya begini. Kadang, dingin dan suasana keheningannya jadi nila tambah tersendiri.

    1. Senangnya mendengar komentar ini. Kalo ada cerita bangunan tua yang pernah ditulis di blog boleh dishare, Aria 😉

  26. justgreen says:

    ini lokasinya dimana ya mas? aku selalu jatuh cinta sama bangunan tua, mau dong info lokasinya, sapa tau bisa jalan ke sana dan mengeksplorasinya, nuhunnn

    1. Sebagian besar diambil di Solo, mulai dari RS Kadipolo, rumah tua di kawasan Jebres, dan kompleks pabrik karung goni di Delanggu. Kalau mau ke sana ajak-ajak saya yah hehe

  27. yosephkelik says:

    itu rumah art deco/jengki yg pake menara yg fotonya paling atas dl punya siapa ya?

    1. Rumah jengki yag ada menaranya dulu terletak di seberang RS Moewardi, Jebres. Sayangnya akhir tahun lalu udah diratain sama tanah, Kelik >_<

  28. Wignya says:

    Nice artikel. Beberapa bangunan tua di beberapa kota memang terlihat menyedihkan. Surabaya bisa menjadi contoh dalam pengelolaannya.

    Tetapi kawasan kota tua sudah berbenah. Mungkin kini semua orang menyadari, bangunan tua itu kenangan. Kenangan tak semua harus dilupakan, kan?

    1. Mudah-mudahan pemilik bangunan tua semakin jeli dengan potensi baik wisata maupun bisnis yang bisa dikembangkan. Perawatan memang mahal, tapi jika dipercantik niscaya akan memberikan rejeki yang lebih. Jangan lupakan sejarah 😉

  29. niken says:

    bacanya sampe nangis, semoga suatu saat bisa berbuat sesuatu untuk bangunan-bangunan tua

    1. Terima kasih atas apresiasinya, mbak Niken. Mudah-mudahan banyak yang tersentuh seperti Anda dan mau menyayangi dan merawat huniannya yang sudah dikategorikan sebagai bangunan tua. Cheers 🙂

  30. Sweetandsourapplepie says:

    Sad, so sad.. Some people dont have taste of historical glory. Saya juga miris dg bangunan2 belanda yang tak terawat, terabaikan disudut jalan, tertutup tanaman liar dan tersembunyi diantara riuh ramai modernisasi. Saya membayangkan betapa megah dan mewah nya bangunan-bangunan itu pada masa lampau. Belanda, cina, dan arab juga sangat berpengaruh banyak membangun peradaban Indonesia kala itu. Dan kebanyakan bangunan belanda, bendungan dll masih banyak yang berdiri kokoh, kuat menghadapi gerusan masa.

  31. Sweetandsourapplepie says:

    Klo seumpama bikin komunitas pecinta bangunan indis, bangunan colonial, kira-kira kita mo ngapain ya?
    Di Solo ada benteng Vastenburg yang saya sendiri baru tau kalo di Solo ada benteng, selama puluhan tahun hanya dipugar pakai seng. Baru setelah kepemimpinan pak Jokowi sewaktu beliau jadi walikota Solo, pugaran seng dibuka, dibersihin, di tata lebih ‘manusiawi’ dan sekarang sering dipakai untuk event-event kota Solo. Well done pak Jokowi..

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.