Jajanan Tradisional – SOLO

Kota Surakarta atau Solo identik dengan kota wisata kuliner yang bisa membuat perut buncit karena beragam pilihan makanan tradisional yang bisa ditemui dari pagi sampai subuh. Sebut saja Nasi Liwet, Tengkleng, Timlo, Gudeg Ceker lalu minuman dingin seperti Dawet Selasih, Dawet Kadipolo. Membaca nama-nama tersebut saja sudah bikin ngiler, apalagi kalau berhadapan langsung ya?

Selain kuliner main course dan minuman yang maknyus dan segar seperti saya sebutkan di atas, Kota Solo juga punya penganan khas yang di antaranya sudah terkenal dan diburu oleh wisatawan yang singgah. Ada pula jajanan yang belum populer karena kalah karisma dengan yang mainstream.

Are you ready?


Serabi Notosuman
Serabi Notosuman

Mendengar kata Serabi Solo pasti langsung tanggap dengan keberadaan Serabi Notosuman yang sudah familiar. Campuran adonan tepung beras dengan santan membuat serabi terasa gurih di lidah. Serabi Notosuman termasuk salah satu penganan yang mainstream, bahkan sepanjang Jalan Notosuman bisa ditemukan dua sampai tiga toko bertuliskan “Serabi Notosuman ASLI”. Saking larisnya, kerabat dan sahabat pecentus penganan ini berpikir sangat kreatif dengan membuka cabang dimana mereka tinggal, sehingga Serabi Notosuman ini serasa bukan jajanan asli Solo lagi karena begitu mudahnya ditemukan di beberapa kota terutama Pulau Jawa. puk puk Solo

Harga di kota asalnya mulai dari 2.000 sampai 3.000 tergantung topping ( coklat atau polos ). Jika ingin melihat proses pembuatan Serabi Notosuman bisa meluncur ke Jalan Notosuman. Jika ingin mencicipi serabi dengan aneka ragam isi seperti nangka, meses, pisang bisa meluncur ke daerah sekitar Pasar Pon, Jalan Slamet Riyadi.


lenjongan Pasar Gede
lenjongan Pasar Gede

Pasar Gede Hardjonagoro merupakan salah satu pasar tertua di Solo sekaligus pasar yang masih bertahan dengan ketradisionalan-nya. Pengunjung bisa dengan mudah menemukan aneka ragam makanan tradisional, seperti salah satunya Lenjongan yang banyak dijumpai di bagian tengah pasar. Lenjongan merupakan istilah untuk berbagai macam jajanan pasar yang umumnya terdiri dari cenil, ketan putih, ketan hitam, klepon, gatot, gendar, grontol, tiwul dan lain-lain. Pembeli bisa memilih jajanan sesuai selera masing-masing, pilih klepon campur ketan putih dan ketan hitam, monggo. Atau mau pilih semua jenis jadi satu wadah, boleh banget! Gula bubuk, parutan kelapa dan lelehan gula jawa menjadi pelengkap lenjongan. Satu pincuk lenjongan hanya dihargai 3.000 sampai 5.000 saja tergantung pilihan. Murah nan kenyang 😉


Ledre Laweyan
Ledre
Ledre Laweyan
Ledre Laweyan

Jajanan yang satu ini tak diketahui dari mana asal kampung pembuatnya, yang jelas Ledre merupakan salah satu makanan kesukaan Raja di Mangkunegaran. Terbuat dari adonan beras ketan yang dipanggang di wajan tanpa minyak hingga setengah gosong menyerupai intip, kemudian diisi parutan kelapa dan potongan pisang raja dan dilipat jadi setengah lingkaran membuat Ledre terasa susah untuk dicerna ( baca : seret ). Dengan sedikit modifikasi adonan, Bu Sri Martini berhasil membuat Ledre menjadi lebih mudah dicerna dan terkenal di kalangan wisatawan yang singgah di kampung Laweyan yang kemudian dikenal dengan sebutan Ledre Laweyan. Harga mulai dari 2.000 sampai 3.000 tergantung isi ( pisang, pisang coklat, keju, dan pisang coklat keju ). Terletak tidak jauh dari pusat shopping batik di kampung Laweyan membuat tempat ini mudah ditemukan, kalau nyasar please Gunakan Penduduk Setempat atau GPS. wink


Leker
Leker
Bu Sri, penjual Leker Gajahan
Bu Sri, penjual Leker Gajahan

Pengaruh bangsa asing yang sempat menduduki Nusantara menciptakan kulturisasi makanan seperti kue Leker yang sepintas mirip dengan crepes. Adonan tepung yang diletakkan di atas wajan panas dibubuhi potongan pisang raja, taburan gula pasir dan bubuk coklat dengan sedikit meses coklat membuat Leker Gajahan yang terletak dekat salah satu bekas nDalem Pangeran di Solo ini terasa istimewa. Lelehan gula meses coklat menimbulkan rasa manis yang WOW dan membedakan dari leker lain di Solo. Pilihan pisang menentukan rasa dari sebuah leker. Pisang raja yang belum terlalu masak tidak cocok sebagai bahan dari leker, kata Bu Sri pemilik Leker Gajahan. Cukup membayar 2.000 saja untuk sebuah leker yang dijual persis di seberang Hotel Trisari, Kelurahan Gajahan. Murah kan?
Dijamin nggak nyesel deh membawa pulang Leker Gajahan sebagai oleh-oleh. Slurpp…


Getuk Lindri Sriwedari
Getuk Lindri
gerobak Getuk Lindri
gerobak Getuk Lindri

Getuk asale soko telo… Moto ngantuk iku tambane opo? Getuk merupakan salah satu penganan tradisional yang banyak dijumpai di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Proses pembuatan yang tergolong mudah membuat getuk mudah dibuat oleh beragam kalangan. Getuk Lindri merupakan salah satu varian dari getuk, dimana singkong yang sudah masak ditumbuk sampai halus kemudian dicampur dengan gula dan pewarna makanan. Setelah itu adonan digiling menyerupai mie dan dipotong kecil-kecil.

Getuk Lindri bisa dijumpai di kawasan Sriwedari dimana gerobak kecil tersebut memiliki jajanan lain yang nggak kalah enaknya seperti Oyol-Oyol. Oyol-Oyol merupakan campuran tepung tapioka dan ketela yang dikukus menghasilkan tekstur kenyal dan terasa lembut di mulut. Parutan kelapa dan gula bubuk menjadi pelengkap getuk, oyol-oyol, dan klepon. Pembeli bisa memilih sesuai selera atau membayar 5.000 untuk satu bungkus lengkap dengan isi yang mengenyangkan perut.


Sudah ada empat review penganan tradisional yang ada di kota Solo. Mau nambah cemilan lagi? 😀

Mendut
Mendut

Ada jajanan pasar yang selalu saya kenalkan ke teman dari luar kota yang berkunjung ke Solo. Mendut merupakan nama sebuah jajanan tradisional yang dewasa ini semakin langka. Kabar baiknya makanan ini masih bisa dijumpai di salah satu kios jajanan Pasar Gede, kabar buruknya setelah mencicipi makanan tersebut teman saya jadi ketagihan #ups. Santan padat yang dikukus dengan klepon ( bulatan tepung ketan dengan warna hijau yang diisi gula dan parutan kelapa ) di dalamnya membuat rasa gurih beradu rasa dengan rasa manis. Hal itulah yang membuat beberapa teman ngaku jatuh cinta dengan Mendut. Sensasi apa lagi dari sebuah Mendut? Silakan rasakan sendiri 😀

Beda cerita dengan T.K.S. atau Telo Kacang Sambel yang dirintis oleh Mbah Atun di kawasan Kedung Lumbu. Racikan sederhana berupa potongan ketela goreng, kacang goreng dilumuri kuah sambal ini mampu membuat perpaduan rasa yang unik saat disantap. Makanan ringan dengan harga 3.000 per pincuk ini juga tergolong langka, tidak ada ahli waris yang meneruskan jejak Mbah Atun yang sudah sepuh. Cerita lebih lengkap tentang T.K.S silakan klik >> di sini.


Seru kan membaca aneka ragam jajanan tradisional di Solo? Jadi tunggu apa lagi?

Yuk kulineran di Solo 😉

61 Comments Add yours

  1. boleh nih, ditraktir 😀

    1. Halim Santoso says:

      Hahaha… main ke Solo dulu yok 😀

    2. dari rumah ke solo cuma 20 menitan lho 😀

      Saya di Donohudan, Boyolali

    3. Halim Santoso says:

      Hahaha ternyata kita se Jateng, tetangga kota 😀

  2. ghozaliq says:

    enaknya di Solo, jajanannya murah dan mengenyangkan 😀

    1. Halim Santoso says:

      Murah, kenyang dan berkesan hehe

  3. Paskahan di Solo nggak, mas?

    1. Halim Santoso says:

      Belum tahu bro, ada rencana ke Solo kah? 🙂

    2. Mau pulkam ke Jogja 😀

  4. wah baru membaca z saya udah benar2 ngiler, jadi pengen bertualang ke Solooooo

    1. Halim Santoso says:

      Yukk ke Solo kota wisata kuliner 🙂

  5. Mirna says:

    wah, postingannya bikin menenggak ludah berkali-kali saat membacanya… 😀

    1. Halim Santoso says:

      Hahaha semoga bisa menahan air liur biar nggak mnetes di keyboard hape/ komputer 😀

  6. yusmei says:

    Lim tanggung jawab,,,aku langsung kelaparan hahahaha

    1. Halim Santoso says:

      Tanggung jawabnya sodorin leker Gajahan aja deh hahaha

  7. wah ledrenya beda sama ledrenya orang Malang. Kalau di Malang, ledre itu penganan tipis berwarna coklat (kayak lekker) dan rasanya pisang dan kriuk…kriuk…Harganya, menurutku, agak mahal.

    Itu mendutnya diisi klepon gitu? Di Malang beda lagi, warnanya biasanya ijo, di dalamnya dikasih kelapa yang berbalut gula merah. Aduuuuuuh laper!

    1. Halim Santoso says:

      Kalp di Malang selalu makan bakso,cui mie aja belum pernah nemu penganan khas, next time berburu ahh 🙂
      Kapan nih jd ke Solo? Siap anter hunting kuliner deh hehe

    2. belum…belum, masih nabung.

      Btw, ledre itu biasanya ditemukan di toko oleh-oleh kalau di Malang. Kalau jajanan khas mungkin menjes goreng dan tempe bosok *busuk* yang digoreng.

    3. Halim Santoso says:

      Sepertinya yang ‘tempe bosok’ pernah icipi pas di rumah sepupu di Malang dan rasanya nggak sengeri namanya hehe

    4. Iya rasanya nggak special amat, tapi juga nggak ngeri.

  8. Adie Riyanto says:

    Koh, postingannya tentang Solo selalu lengkap, semoga awal bulan nanti bisa berkunjung ke Solo 🙂 #kode

    1. Halim Santoso says:

      Wahhh wahh ada kode… siap tabur bunga ama gelar karpet merah buat sambut di stasiun hehe

  9. johanesjonaz says:

    aku belum pernah nyobain ledre… #penasaran

    1. Halim Santoso says:

      Ayo ke Solo, Jo…. Mari kita atur jadwal kentjan #lohh

    2. johanesjonaz says:

      Bulan ini bokek 😦

    3. Halim Santoso says:

      puk-puk Agmon eh… Jojo >_<

  10. Ari Azhari says:

    Pokoknya kalau ke Medan mesti bawa salah satu dari yang di atas buat sesajen tuan rumah!
    Kue Mandarin atau Orion juga boleh. Hahahaha

    1. Halim Santoso says:

      Hahaha ini kenapa udah ditagih sekarang yaa…
      *lirik celengan ayam buat beli sesajen* >.<

  11. Sandy Eggi says:

    Wah ulasan nya menarik. Foto-foto nya juga bagus. Indonesia kaya makanan yang indah difoto ya 🙂

    1. Halim Santoso says:

      Yapp dan ini baru sebagian kuliner dari Solo, belum kuliner khas dari daerah lain di Indonesia.
      Semoga bermanfaat 😀

    2. Sandy Eggi says:

      Anda pandai mengambil angle yang menarik dari makanan 🙂 Seperti para fotografer di Jepang.

    3. Halim Santoso says:

      Makasih buat pujiannya, masih tahap belajar nih bro 😀
      Intip blog.sandyeggi langsung suka ama ilustrasi dan tulisan ttg Jepang nya.
      Salam kenal yah 🙂

    4. Sandy Eggi says:

      Udah terlihat Pro tuh dari konten dan foto-fotonya. Thanks udah mampir ke blog saya.

      Pake kamera apa Mas Halim? Saya masih brosing2 blognya..

    5. Halim Santoso says:

      Pakai pocket canon ixus aja 🙂

    6. Sandy Eggi says:

      wow … berarti memang ahli moto …
      nggak kebayang kalo make DSLR gitu ya …

  12. sip pagi2 baca ini langsung pengen semua. tanggung jawab nih lim. 😀

    1. Halim Santoso says:

      Maaf sebelumnya, gambar yang sudah dilihat nggak bisa dicomot apalagi dimakan. Diharapkan segera ke pasar atau minimarket untuk membeli cemilan sebelum perut bereaksi hahaha.

    2. hahaha lempar trolley nih.

  13. Dede Ruslan says:

    bentuknya lucu kue mendutnya, apa jangan2 nama mendut dari nama candi mendut ya *mikir keras*

    1. Halim Santoso says:

      Ehmm coba kalau ketemu ama yang bikin ntar kupastiin Candi Mendut yang njiplak nama Mendut atau jajanan Mendut yang njiplak nama candi hahaha

  14. Foto-fotonya mengundang selera banget..Jadi pengen didicpi semua.

    http://www.littlenomadid.blogspot.com

  15. mysukmana says:

    klo saya sukanya sih nasi liwet nya , seminggu sekali pasti sarapan itu klo pagi 😀

    1. Halim Santoso says:

      Sama donk… sego liwet memang tetep jadi kuliner favorit wong Solo hehe

    2. mysukmana says:

      jenengan posisi dimana mas sekarang , travelling trs hobinya 😀

  16. Duh ini… Jadi laperrrrrrrrr! Semua pingin, apalagi si Mendut.

    1. Halim Santoso says:

      Hahaha Mendut lebih menggoda lagi kalau udah di depan mata 😉

  17. Waduh kuwi lekker’e maknyos. Di Jogja biasanya lekkernya tipis2 padalah lekker yang mantap tu isine pisang, meises, keju …. *lap iler* …ke Solo ah!

    1. Halim Santoso says:

      Leker dan ledre menantimu, Gy 😀

  18. hadeeuuhhhhh salah deh laper-laper buka postingannya om hal =,=
    serabiiiinyaa ga sopan itu dadah dadah di layar :((
    lekernya jugaaa *anak suka jajan*

    1. Halim Santoso says:

      Semoga dedeknya nggak ngiler setelah buka ini ya haha. Mei, dicariin abang yang jual serabi nih… 😀

  19. Baru tau ada ledre, jadi pingin nyobain. kalo serabi di jakarta banyak hehe

    1. Halim Santoso says:

      Kalo ke Laweyan Solo coba beli ledre-nya Bu Sri, dijamin bikin nagih 🙂

  20. Thank You, kebetulan lagi pulang solo, jadi bisa jadi dijadikan peta kuliner Solo…

    1. Halim Santoso says:

      Semoga bermanfaat, kawan 🙂
      Bisa klik di sini –> http://jejak-bocahilang.com/category/wisata-kuliner/ agar lebih leluasa lihat daftar kuliner di Solo hehehe

  21. nah kalo yg ini aku banyak blm nyobain nih… honestly, kalo ke solo aku jrang ke pasarnya :D.. ntr deh.. yg udh dicobain cuma serabi notosuman, dan getuk lindri :D.

    1. Kalau mudik ke rumah suami silakan coba icip jajanan seperti yang sudah saya tulis di atas. Dijamin nggak nyesel 😀

  22. kucingbloon says:

    mau semuanyaaaaa

    1. Hahaha siap-siap perut buncit kalo kulineran di Solo.
      Boleh lah intip yang ini –> http://jejak-bocahilang.com/2013/11/19/wisata-kuliner-serupa-tapi-beda-rasa-solo/ #sebarratjun 😛

    2. kucingbloon says:

      udah dibaca semua kok lim :’)

  23. wooclipmovie says:

    Oh my gaaaahhhd serabi my favorites *wipes keyboard* :)))

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.