Jangan Panggil Aku Pulau Sampah!

Sebab dikelilingi oleh pegunungan dan laut, Kabupaten Probolinggo memiliki banyak obyek wisata alam. Sayangnya mereka belum seterkenal Gunung Bromo dan air terjun Madakaripura. Pantai sebelah utara pulau Jawa memang tidak semenarik pantai selatan, tetapi jangan remehkan perairan di utara. Berbatasan langsung dengan Selat Madura di sebelah utara memberikan hasil laut yang melimpah bagi Probolinggo.

Pelabuhan Tanjung Tembaga
Pelabuhan Tanjung Tembaga
Gili Ketapang - Google Map
Gili Ketapang – Google Map

Jajaran kapal nelayan dengan aneka warna menghiasi pelabuhan Tanjung Tembaga, tempat di mana saya dan peserta Tour De Probolinggo yang lain menunggu kapal yang akan membantu kami menuju sebuah pulau kecil di perairan Selat Madura. Setelah dua hari sebelumnya melaju dengan truk tentara, kali ini kami menggunakan kapal nelayan dengan waktu tempuh sekitar 45 menit untuk mencapai Pulau Gili Ketapang.

Jika dilihat dari langit dunia maya (baca : googlemap), pulau dengan luas sekitar 68 hektare tersebut tampak seperti pulau eksotis yang memiliki hamparan pasir putih mengintari daratannya. Terbayang lambaian pohon kelapa di pesisir pantai, perairan tenang yang asyik untuk snorkeling, penginapan dengan pemandangan menjorok ke laut, dan sajian seafood yang lezat. Hmmm …

Perlahan tapi pasti, bayangan saya mulai terwujud satu-persatu.

Terumbu karang yang memenuhi sisi selatan Pulau Gili Ketapang tidak memungkinkan kapal merapat sampai pantai, sehingga penumpang harus rela mencelupkan kaki ke dalam air setinggi kurang lebih tiga puluh sentimeter untuk menuju daratan. Bulu babi yang tersebar di sela karang membuat kaki harus melangkah dengan hati-hati agar tidak menginjaknya. Setelah sekian menit berjalan akhirnya saya mencapai pantai berpasir putih, disambut senyuman anak-anak yang ramah, deretan kapal nelayan, gunungan sampah plastik, dan… kambing.

Pulau dengan penghuni mayoritas suku Madura yang bermata pencaharian sebagai nelayan ini terbilang makmur. Ada data yang mengatakan bahwa sebagian besar dari mereka sudah menunaikan ibadah haji. Ketika menelusuri jalan kecil menuju tempat kami bermalam pun terlihat rumah-rumah berdiri kokoh dengan beberapa masjid megah di antaranya.

Penamaan Pulau Gili Ketapang sendiri berasal dari bahasa Madura “gili” yang berarti “mengalir”. Konon pulau ini pernah menyatu dengan desa Ketapang di pulau Jawa yang kemudian terpisah dan bergerak menjauh perlahan setiap tahunnya. Meski secara administratif masuk wilayah Kecamatan Sumberasih, tetapi kenyataan sekarang Pulau Gili Ketapang terlihat lebih dekat dengan Kecamatan Mayangan.

Listrik belum masuk desa. Mereka masih tergantung pada genset yang dinyalakan jelang petang sampai subuh. Kabar baiknya kebutuhan air tawar sudah disalurkan oleh pemerintah daerah melalui pipa yang tertanam di bawah laut. Namun apesnya saat saya bermalam di salah satu rumah penduduk mendapat kabar bahwa pasokan air bersih tersendat sekian hari akibat saluran pipa bocor. Mau tidak mau air sumur dengan rasa payau digunakan untuk mandi. Bahkan tampungan air hujan dikonsumsi oleh warga yang tidak mampu membeli air galon dari kota.

Sapaan dengan bahasa Madura dan senyum ramah menyambut kami di sepanjang jalan. Pertanyaan besar saya, kenapa keramahan mereka tidak seimbang dengan kesadaran mereka dalam mengolah sampah yang mengunung di pinggir pantai? Sampah merupakan masalah klasik bagi beberapa pulau kecil di Indonesia. Mulai dari sampah buangan dari kota yang terseret arus ataupun limbah rumah tangga dari penduduk setempat.

Ketika saya menanyakan masalah sampah kepada salah satu penduduk, beliau dengan ssantai menjawab bahwa sampah tidak dianggap menganggu mereka. Timbunan limbah plastik sampai kain tersebut justru menjadi solusi bagi penduduk. Solusi? Struktur tanah berkarang yang gersang tidak bisa menghasilkan rumput hijau yang tumbuh subur. Sampah itulah yang jadi penghias desa sekaligus makanan ternak mereka!

Iya, nggak salah baca, makanan ternak. Populasi kambing yang semakin mendekati jumlah penduduk pulau dibiarkan berkeliaran bebas memenuhi gang sempit dan pesisir pantai untuk mencari makan, dan makanan mereka adalah sampah yang berserakan tersebut. Demi mencukupi kebutuhan mendesak perut, mereka membiasakan diri dengan lingkungannya. Perlahan tapi pasti kebiasaan menjadi tingkah laku, kemudian berubah menjadi budaya yang seolah mendarah daging.

kampanye caleg
kampanye caleg

Kambing yang dibiarkan berkeliaran pun meninggalkan kotoran di mana-mana. Aroma kotoran kambing sudah mencemari udara bersih Gili Ketapang. Buyar sudah ekspektasi berlebih saya terhadap pulai ini. Seandainya kotoran dikumpulkan, diolah menjadi biogas, niscaya kebutuhan listrik dan kebutuhan memasak dengan gas akan terpenuhi, kan?

Belum ada ide mengenai pengolahan sampah bersinambungan yang diajukan oleh para calon legislatif yang balihonya memenuhi jalan utama dekat pelabuhan. Caleg-caleg hanya datang bergilir, mengibarkan bendera partai, dan mengobral janji saja, kata salah seorang warga. Bahkan beliau juga mengeluhkan pemerintah daerah yang terdengar korup dengan bukti pembagian BLT yang tidak adil, bantuan justru diberikan kepada warga yang tergolong mampu daripada warga yang lebih membutuhkan. Ahh…

Pulau Gili Ketapang merupakan salah satu gambaran dari ratusan pulau kecil di Indonesia. Hanya bisa menuliskan Pulau Gili Ketapang di dalam blog ini supaya pembaca tahu kondisi sesungguhnya. Hanya bisa membantu memunggut sedikit sampah yang tersebar di sepanjang pantai saat peserta dan panitia @imProses_ melakukan aksi bumi. Terasa mustahil jika aksi bumi ini dilaksanakan tanpa kepedulian dan kesadaran dari warga sekitar. Namun rasa pesimis saya sedikit berkurang saat melihat ada anak muda setempat yang mau ikut membantu memunggut sampah bareng kami.

Saya percaya bahwa suatu hari nanti Pulau Gili Ketapang bisa menjadi lebih bersih jika anak muda di sana diberi pengertian tentang sanitasi dan pengetahuan dalam mengolah sampah. Lingkungan yang bersih akan mengundang wisatawan untuk berkunjung. Bukankah kebersihan adalah bagian dari iman?

Pulau ini memiliki garis pantai luas berpasir putih di sisi barat, hasil laut yang melimpah untuk disajikan langsung, serta sebuah goa bernama Goa Kucing yang sarat dengan cerita mistik, sejarah dan religi. Andai semua itu bisa diberdayakan sebagai objek wisata, kelak jangan panggil Pulau Gili Ketapang sebagai pulau sampah. 😉

29 Comments Add yours

  1. Teman yang pernah ke sana bilang kalau banyak sampah dan bau kambing. hahaha. Perlu himbauan dari pemerintah, kasian sih dengar ceritanya.

    1. Halim Santoso says:

      Pulau Tidung di Kepulauan Seribu aja bisa jadi tempat wisata meski sempat penuh sampah hehe.
      Prihatin sejaligus menaruh harapan besar untuk kelangsungan Pulau Gili Ketapang 😉

  2. Ceritaeka says:

    Sayang kalau nggak dirawat 😦
    Bener, Lim. Edukasi akan sanitasi dan kebersihan itu penting

    1. Halim Santoso says:

      Sekolah di sana hanya sampai SD saja, sehingga bagi yang kurang mampu nggak bisa nerusin sekolah ke jenjang lebih tinggi di kota. Semoga ada yg tergerak hatinya untuk mengajari mereka hal sepele tapi penting tentang sanitasi dan kebersihan aja 🙂

  3. Bang Ardin says:

    kalau bgitu biar dipanggil pulau kambing..

    1. Halim Santoso says:

      Hahaha jadi inget sebutan Pulau Kambing di dekat Pulau Komodo yang ternyata nggak ada kambing sama sekali 😀

  4. Dian Rustya says:

    Iya ya, kalau pantai2nya bersih dari sampah, pulau ini pasti menarik sekali ^_^
    *Ngebayangin jalan diantara karang2 dan bulu babi*

    1. Halim Santoso says:

      Jangan guling-guling di antara bulu babi ya mbak, repot cabutin bulunya hihihi

  5. johanesjonaz says:

    dan kalo kita masuk ke kampungnya… kita bakalan dimintain duit… macam mengemis begitu.. dengan terang2an…

    1. Halim Santoso says:

      Masa sampe dimintain uang Jo?
      Untungnya nggak nemu yang begituan pas bermalam di sana 😉

  6. kazwini13 says:

    Duh kok sampah kayanya jadi ancaman banget buat wisata di Indo ya.. Saya prihatin *niru gaya esbeye*

    1. Halim Santoso says:

      Iya saya juga prihatin…
      *benerin kacamata buat pidato* 😀

  7. indahs says:

    Sayangnya sampah di perairan Indonesia tidak berhenti di pesisir pulau saja. Saya menyelam di Sulawesi Utara dan Komodo, saya juga menemukan sampah plastik di bawah laut. Bayangkan, terumbu karang tertutup kantong plastik dan botol plastik minuman..padahal terumbu karang itu mahluk hidup dan sumber makanan ikan-ikan. Otomatis mereka akan mati dan ikan-ikan malah makan plastik..ah, sudah, kalau setiap kali saya ingat pemandangan sampah di tengah-tengah keindahan terumbu karang Indonesia rasanya mau nangis.
    Maaf jadi curhat di sini ya, ini karena saya sudah menyelam di beberapa negara, dan bawah laut di Indonesia luar biasa indah dengan terumbu karang warna warni, tapi di saat bersamaan tidak ada kesadaran untuk memeliharanya, pantai penuh sampah, bawah laut pun jadi tempat sampah..menyedihkan… 😦

    1. Halim Santoso says:

      Komen yang menarik sekaligus tahu kondisi bawah laut yang sebenarnya 🙂
      Banyak media yang tidak mengekpos tentang sampah, beberapa justru mengembor-gemborkan keindahannya. Setelah satu tempat indah hancur, orang berlomba-lomba mencari tempat indah yang baru, begitu seterusnya. Andai rantai sampah bisa dikurangi mulai dari kesadaran kecil setiap wisatawan 🙂

  8. Ceudah says:

    Hmmm, sampah dimana2, kapan ya org kita sadar untuk tdk buang sampah sembarangan?

  9. noerazhka says:

    Gili Ketapang ini mengingatkan saya pada Tidung, Lim, sedikit banyak ada kemiripan, dari tampilan sekilas dan pemandangan sampah yang tersebar disana-sini. Nice post, Bro.. 😀

    1. Halim Santoso says:

      Ahhaa bener… Pulau Tidung parah… sayangnya banyak yang memuji keindahan palsu Pulau Tidung, dan parahnya banyak yang nggak suka pada orang yang mengatakan Pulau2 di kepulauan seribu kotor… ahh Indonesia…

  10. Wah kayak pulau Tunda dong, penuh kotoran kambing!

    1. Halim Santoso says:

      *search google* ternyata Pulau Tunda terletak di Banten. Ada postingannya? 🙂

  11. Reza Maulana says:

    saya belum pernah kesana , seburuk apa daerah itu ?,
    saya baru tau sekarang,

    1. Halim Santoso says:

      Penduduknya ramah menyambut tamu yang datang, tapi sampah dan kotoran kambing cukup menganggu aktivitas selama di pulau 🙂

  12. Simpelnya gini, kalau orang terpelajar yang tinggal di kota besar macam jakarta aja masih banyak yang buang sampahnya ngawur, bagaimana dengan yang di pelosok? yang edukasinya agak kurang 🙂 mari yang sudah sadar dengan ancaman sampah, tetap tidak bosan mengedukasi cayo! :))

    1. Halim Santoso says:

      Yapp mari jadi responsible traveler 🙂

  13. Oh kirain dulu gili itu artinya pulau…

    1. Halim Santoso says:

      Gili di Lombok dan sekitarnya berarti “Pulau”. Sedangkan Gili dalam bahasa Madura berarti “mengalir” 🙂

  14. mawi wijna says:

    Saya juga baca artikel tentang pulau Gili Ketapang ini dari blognya mas Andika Hermawan. Sama-sama ikut Tour De Probolinggo dengan dirimu to ternyata Mas Halim?

    Di blognya, dia menyebutkan kalau pulau Gili Ketapang ini penuh dengan nelayan dan kambing. Tapi darimu saya baru tahu kalau di pulau ini banyak sampah dan bahkan kambingnya pun makan sampah. Nggak kebayang, apa yang ada di perut si kambing itu pas disembelih nanti. Hiii…

    Kayaknya ya bangsa kita ini kurang berpengalaman dalam menangangi sampah. Semestinya ada pembinaan dari pemerintah tentang cara mengolah sampah di pulau seperti ini. Masak ya kalau buang sampah harus ke TPA yang ada di Probolinggo?

    1. Halim Santoso says:

      Harapanku setiap sekolah diberi materi khusus tentang pengolahan sampah yang benar. Tapi semua kembali ke para sepuh di pulau yang masih menganggap enteng dampak negatif masalah sanitasi. Kambing disembelih, disantap, dan menemukan serat plastik…nggak kebayang lagi berapa banyak bakteri yang hinggap di perut manusianya >.<

  15. memang disana gak ada tempat sampah apa mas? kok berantakan dan bau jika melihat dari fotonya.

    1. Halim Santoso says:

      Ada tempat sampah, namun kambing mengobrak-abrik tempat sampah untuk mereka konsumsi. Sampah tidak pernah dibakar atau dijadikan kompos, penduduk justru terbantu dengan sampah yangberserakan untuk dijadikan makanan kambing ( pengganti rumput ) 😐

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.