Ada beberapa daftar kuliner khas Kota Surakarta atau Kota Solo yang telah saya tulis sebelumnya. Sebut saja Nasi Liwet, tengkleng kambing yang hits. Kemudian Selat Solo, Bakso Pawiroredjo, hingga Es Dawet Kadipolo. Eits, itu baru sedikit dari makanan tradisional yang tersebar di Kota Solo.
Seperti sebelumnya, saya hanya bisa bilang Kota Solo bukanlah sebuah kota wisata yang mempunyai keindahan alam seperti Karanganyar, apalagi kota penuh museum yang ditata sebagus milik D.I. Yogyakarta, tetapi Solo merupakan kota wisata kuliner di mana banyak makanan enak tersebar di setiap pelosoknya mulai dari pagi sampai subuh.
Nggak percaya? Buktikan sendiri. 😀
Are you ready?
__________


Nama Bakmi Thoprak sepintas terdengar seperti Ketoprak Jakarta, padahal keduanya tidak ada hubungan rasa sama sekali. Bakmi Thoprak merupakan makanan berkuah sedikit dengan lauk yang memenuhi piring. Setidaknya ada dua warung Bakmi Thoprak yang banyak dicari pemburu kuliner saat singgah di Solo, salah satunya adalah Bakmi Thoprak Yu Nani yang sudah berdiri puluhan tahun di daerah Jayengan. Warung sederhana yang dijalankan oleh generasi ketiga Yu Nani ini mempunyai rasa tradisional nan asli yang kelezatannya jangan ditanya lagi.
Selain itu di kampung yang sama ada Warung Bakmi Thoprak Yu Nani – Mbak Sri yang terletak di Jl Gatot Subroto, tak jauh dari Masjid Darusalam di Kampung Jayengan. Bisa jadi alternatif jika kesulitan menemukan warung Yu Nani lama yang nyempil di gang kecil. Menurut selera lidah saya sih lebih enak rasa di Mbak Sri ketimbang yang lama.
Bakmi Thoprak Yu Nani (Mbak Sri) terdiri dari campuran bakmi, bihun, tahu, tempe, cakwe, kubis, taoge, kacang dengan irisan daging sapi serta potongan sosis solo. Taburan bawang goreng dan karak (kerupuk beras) ikut melengkapi hidangan yang dijual mulai dari pagi sampai sore ini. Lauk yang sudah membuat satu piring penuh masih ditambah siraman kuah kaldu daging sapi yang panas. Sungguh bikin segar saat menyeruput kuahnya. Slurppp. 😀


Ada yang mengatakan bahwa zaman dulu bakmi thoprak hanya disajikan saat perayaan Lebaran di mana banyak warga berpesta dengan menggelar panggung kethoprak. Ada pula yang berkata bahwa kuliner ini muncul setelah pertunjukan Ketoprak di Taman Balekambang di masa kejayaan. Sejak itulah makanan tradisional khas Solo tersebut dinamakan Bakmi Kethoprak/ Bakmi Thoprak atau Mie Thoprak oleh warga setempat.
Terdapat sedikit perbedaan saat menyantap bakmi thoprak di daerah Mangkuyudan ( Jl Dr. Wahidin no. 34 ), yaitu ketiadaan potongan sosis solo di menunya. Namun jangan khawatir, sebab campuran cakwe, tahu, tempe, bakmi, bihun, kubis, taoge, kacang, irisan daging sapi serta taburan bawang goreng dan karak tetap membuat penuh satu mangkuk mie thoprak. Rasa dari kuah kaldu sapinya juga nggak kalah maknyus. Berkurangnya satu komponen membuat Mie Thoprak Mangkuyudan memiliki harga lebih murah dari warung Yu Nani. 🙂 (harga 8.000 rupiah – update tahun 2013)

Selain Bakmi Thoprak, warung ini juga terkenal dengan sajian Bakmi Acar yang mempunyai rasa manis sedikit asam di lidah. Bakmi Acar khas Solo terdiri dari campuran bakmi, tahu, taoge, kubis, lalu dibubuhi irisan mentimun yang sudah diberi bumbu atau sering disebut acar. Turut ditambahkan pula taburan kacang goreng dan irisan daun seledri. Kuah kehitaman encer yang diguyur di piring memang tidak disajikan hangat namun membuat semua komponen beradu rasa antara manis, gurih, dan asam di mulut. Nyum nyum.
Sebagai penutup jangan lupa untuk mencicipi Es Gempol Pleret yang isinya terdiri dari gempol dan pleret. Terbuat dari tepung beras memberikan rasa gurih pada gempol yang dibentuk bulat. Sedangkan pleret memiliki rasa manis karena diberi gula jawa. Kuahnya manis dari gula Jawa dan santan. Dessert khas ini selalu tersedia di Bakmi Thoprak Mangkuyudan. Hidangan segar yang bisa bikin ketagihan. 😀


Makanan tradisional bernama Rawon memang bukan asli Solo, tetapi racikan bumbu khas lidah wong Solo dari Rawon “Penjara” Bu Har yang terletak di Kampung Baru tersebut terasa beda. Setelah mendapat acungan jempol maknyus dari Bondan Winarno, warung Bu Har selalu dibanjiri pemburu kuliner dari Solo maupun dari luar kota.
Bukan cuma popularitas sesaat saja, kuah kental berwarna kehitaman yang dilengkapi potongan daging sapi yang empuk dengan racikan bumbu khas tetap dipertahankan sampai sekarang. Maka tak heran jika warung ini selalu terlihat penuh saat jam makan pagi dan siang.
Warung ini terletak nyempil persis di gang kecil sebelah Lapas Kelas 1 Surakarta yang terletak di Jalan Slamet Riyadi, sehingga banyak orang yang lebih mengenalnya dengan sebutan Rawon Penjara. Jangan takut, nggak bakal ada para narapidana yang nyasar makan di warung ini kok. 😉

Campuran tahu dan kupat serta gimbal ditaburi taoge, bakmi dan kacang lalu diguyur dengan kuah kecap membuat Tahu Kupat terlihat mirip dengan makanan khas kota Magelang. Namun jangan salah soal rupa dan rasa, Tahu Kupat Solo tidak memakai ulekan bumbu kacang seperti Kupat Tahu Magelang, sebaliknya makanan ini mempunyai kuah kehitaman manis yang mewakili selera lidah wong Solo.
Bahan dari kuah Tahu Kupat adalah olahan kecap manis yang dicampur dengan resep turun-temurun penjual Tahu Kupat. Lalu penjual akan menguyur lagi dengan kuah bawang. Manis dan rasa bawang yang khas membuat Tahu Kupat Solo menjadi salah satu kuliner yang digemari oleh pemburu kuliner dari luar kota.
Jika punya banyak waktu untuk mengelilingi kota Solo sempatkan makan Tahu Kupat yang dijual di pinggir jalan. Banyak gerobak tahu kupat berwarna hijau-merah tersebar di tengah kota (Widuran, Pasar Gede, Alun-Alun Utara, Pasar Klewer) yang justru terasa lebih nikmat daripada warung tahu kupat yang terletak di Jalan Gajah Mada #kode.
Note : Dengan membeli kerajinan tangan yang dibuat penduduk lokal saat kita bepergian di daerah terpencil sama arti dengan membantu perekonomian desa tersebut. Dengan menyantap makanan tradisional sama arti kita ikut mempertahankan identitas daerah tersebut.
Jauh-jauh datang ke daerah yang belum pernah dikunjungi cuma makan mie instant. Jauh-jauh datang ke kota kuliner cuma makan sup rumahan. Terdengar aneh bukan? Yuk santap kuliner tradisional, kenali kearifan penduduk lokal serta membantu mempertahankan ketradisionalan mereka.
Salam kuliner 😉
mari makann 😀
Mariii… 😉
berrrrr mantep nih kayannya heeheh 😀
blom nyobain 😉
next time pas main ke Solo kuajak muter-muter kuburan en kuliner deh ( sama-sama berawalan ku- ) hehehe
blom pernah nyoba semua *nelen ludah
Ayo ke Solo, ntar kuanter kulineran sampe perut buncit 😀
Tahu kupat d sraten, mayan…
Noted 😀
Hahaha. . 24 jam asal tahu tempatnya ga bakal kelaparan di Solo 🙂
Hahaha betul…karena itu ajaklah teman yang ngerti tempatnya :p
Bawa aku ke sana pokoknya! BAWA KAK! BAWA!
Mau dibawa ke mana hubungan kita? #eh 😀
Siyapp Cen…segeralah booking tiket ke Solo, kutunggu 😉
berkuah semua..
Nantikan edisi kuliner yang kering tanpa kuah di episode berikutnya #halah 😀
bocahnya sudah ketemu? :p
bocahnya belum pulang, masih berkenala hehehe
mas halim solonya dimana sih? pengen seharian muter2 solo gitu…
Rumahku di deket Pasar Gede, tengah kota Solo hehe…
Kpn mo main ke Solo? Info aja nti kuanter puter kota sampe puas 🙂
woh..di chinatown yak 🙂
minta nohpnya mas, lewat email aja ke beibackpacker@gmail.com
fbnya apa?
Namany agak eksotis ya, khas solo…..
Semuanya khas Solo kota kuliner hehe
kayaknya saya bakal doyan semua deh, soalnya demen yang kuah2 gini 😉
btw, suka baca note-nya! lanjutkan, kak Hal!
Ayoo kapan main ke Solo? Siyap jadi guide 😀
Pasti! Udah masuk bucket list, kak Hal! 🙂
wah makananya enak2 semuany..bikin laperrr..q jg org solo kok..tapi jg baru tahu ada tempat yg lebih enak kykny..he3x
Salam kenal dari sesama wong Solo…
Ini masih beberapa makanan tradisional yg baru sempat ditulis loh. Masih ada banyakk lagi yang belum terlalu populer 🙂
Saya juga lahir di Solo, dan memang Solo kota yg paling enak makanannya kog.
masih banyak lagi macamnya : srabi notosuman, srabi gajah, roti Orion, abon Varia, gudeg Pasar Legi, pecel ndeso, galantin, rambak sapi Jagalan mmmmmm wis pokoke dadi kangen mulih nyang Solo.
Timlo Solo udah dibahas belum Lim ?
Timlo Sastro Balong sudah pernah dibahas, silakan klik >> http://wp.me/p14s2a-MB
Kalau Timlo Solo di Mesen nggak aku bahas 🙂
seminggu cukup ga kulineran di solo (tepuk2perut)
Cukupp kak… satu hari makan tiga kali kan? 😛
PELANGGARAN !!!
Semarang lagi hujan deres, dingin ngga karu2an, baru kemasukan mie instan goreng, eeehhh, baca postingan yg bikin encesan ..
HALIM JAHATTT ..
*ndrama ah, biar kaya kanjeng mami*
Huahaha justru udara dingin bgini dibutuhkan bacaan yang menggugah perut 😀
waktu main ke solo,,nda sempat mampir ke sini 😀
Monggo mlipir ke Solo lagi, Rivaldi 🙂
yang paling bikin penasaran bakmi acar..yummy kayanya hehehe
Yuk ke Solo trus coba langsung biar bisa menilai rasanya hehehe
Hai Blogger, tulisan blog kulinernya informatif sekali:) Ikutan yuk di lomba blog ‘Jelajah Kuliner Unik Nusantara’ #KulinerDaihatsu
Hadiahnya menarik lho! perjalanan wisata ke 5 kota gratis bersama Daihatsu.
Ingin tahu informasi lengkapnya? lihat di sini http://bit.ly/jelajahkuliner
Masukan diterima 😀
numpang tanya.. kalau wiskul yang enak utk kluarga (bawa anak & bayi) enaknya dimana ya? matur nuwun.
Bisa ke selat mbak Lies yg terletak di Serengan, tempat sedikit luas. Kalau Mie Thoprak bisa coba yg Mangkuyudan, tempat tidak terlalu rame seperti yg di Jayengan.
Selamat berwisata kuliner di Solo 🙂
Jangan lupa ke pasar gedhe berburu makanan solo yg hampir punah: cabuk rambak & brambang asem 😀
Kuliner Pasar Gede bisa dibaca di >> http://wp.me/p14s2a-zL
Tulisan tentang brambang asem, lenjongan, dan babi kuah belum sempat ditulis, mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa lengkapi kuliner di Solo yang nggak ada habisnya hehe
minggu depan saya ke solo mau cobain semuanya
Mantap… ditunggu infonya kalau udah icip semuanya, jangan lupa bawa celana longgar buat antisipasi perut tambah buncit hehe
maknyosss info kulinernya gan !!! http://bit.ly/1qXwAU3
Salam kuliner dari Solo, Imam 😀
apakah lidah orang solo itu suka makanan yang cenderung manis? kalau iya, rasanya cocok dengan seleraku yang suka masakan manis dibanding asin macam di daerah pantura
Solo gemar bikin masakan yang manis-manis, ada yang gurih juga tapi tetap kerasa manisnya hehehe. Wah asik nih kalau selera lidahnya suka masakan yang punya rasa manis, dijamin ketagihan kuliner khas Solo. 😀
mungkin bedanya kalau di keluargaku suka makanan yang manis dan juga asinnya seimbang, bukan timpang salah satunya