Pantai Bama vs Milkyway

Berawal dari celetukan di sebuah grup ( sebut saja #AJN ) yang teracuni oleh keindahan sebuah taman nasional di ujung timur Pulau Jawa. Diantara kami berempat hanya saya seorang yang sudah pernah menginjakkan kaki di taman nasional yang terletak di Situbondo, Jawa Timur.

Kesan pertama saat memasuki taman nasional yang sering disebut Africa Van Java itu masih membekas di pikiran meski petualangan seru yang saya alami tersebut sudah berlalu setahun yang lalu. Bagi saya setiap perjalanan selalu memiliki keasyikan tersendiri yang tidak bisa dibandingan dengan perjalanan sebelumnya, salah satunya adalah petualangan “nyasar”. 😀

bus patas AKAS

Transportasi menuju Taman Nasional Baluran mudah ditemukan dari mana saja, bisa ditempuh dari kota Surabaya menuju arah Banyuwangi atau sebaliknya. Hanya saja pemilihan bus umum yang ada di terminal Purabaya ( Bungurasih ) sedikit membuat emosi jiwa. Sudah bukan rahasia lagi jika terminal terbesar di Surabaya ini rawan calo yang beringas bagai serigala bersembunyi di balik batu #halah. Banyak desakan calo yang berhasil menjebak para penumpang supaya menaiki bus dengan rute ngawur, sampai jurus ngepet paksa yang membuat penumpang tertipu mentah-mentah membayar harga tiket yang tidak sesuai ketentuan harga yang berlaku.

Lupakan sejenak kebobrokan terminal Purabaya, yang jelas saya terpaksa ikut ngetem bersama bus AKAS jurusan Surabaya – Banyuwangi selama 4 jam. Bus patas tanpa AC yang memadai ini mulai berangkat pukul dua siang dan tiba di gerbang masuk Batangan, Taman Nasional Baluran pukul sembilan malam. Cukup membayar 145.000 ( harga bisa berubah sewaktu-waktu tergantung calo dan agen #kode ) untuk menaiki bus AKAS selama 7 jam dari Surabaya menuju Baluran ini.

Welcome to Baluran

Terdapat dua penginapan di area Taman Nasional Baluran, satu di Bekol dan satu lagi di Pantai Bama. Jika ingin melihat sunrise ciamik di Baluran bisa bermalam di guesthouse pinggir pantai yang memiliki harga permalam mulai dari 150.000/ kamar. Lain lagi jika ingin berburu gambar satwa liar pagi hari di padang rumput, bisa memilih penginapan di Bekol yang harga semalamnya mulai dari 70.000 / kamar.

Pilihan saya jatuh ke Pilang Guesthouse di Pantai Bama yang memiliki satu kamar double bed ditambah dua extra bed dengan view langsung menjorok ke laut ditemani suara nyaring kera berekor panjang yang berkeliaran di hutan belakang guesthouse. Belajar dari pengalaman tahun sebelumnya saat brunch gagal total gara-gara direbut paksa oleh monyet unyu, kali ini saya menggengam erat-erat barang bawaan termasuk botol minuman.

sunset savanah Bekol

evergreen area – Baluran

guesthouse Pantai Bama

sunrise Pantai Bama

Cuaca mendung sore itu lumayan menghantui perasaan para jomblo yang hanya bisa menatap laut dari kejauhan. Matahari yang enggan muncul dengan terik disertai ombak besar di pantai membuat saya gagal berjemur dan snorkeling ( lagi ) di Pantai Bama yang katanya masih memiliki terumbu karang yang cukup bagus.

Pantai Bama

Namun rasa kecewa gagal snorkeling terobati dengan cuaca cerah penuh bintang di malam hari. Gugusan Bima Sakti bisa terlihat saat cuaca cerah di alam terbuka. Kondisi yang minim penerangan lampu membuat foto jadi semakin cantik. Saya tidak pernah menyangka sebelumnya bisa melihat milky way di Pantai Bama dan mengabadikannya lewat kamera.

milky way Pantai Bama

Hanya bisa tersenyum lebar melihat hasil keren jepretan dari kamera sederhana saya dan mengucapkan banyak terima kasih ke master Alwi sudah berbagi ilmunya mengabadikan milky way sungkem 🙂

to be continued…