Sound of Indonesia

Berulang kali melintasi Jalan Jend. Ahmad Yani hanya terpaku dengan keberadaan hotel besar yang selalu ramai wisatawan yang transit di Kota Solo, tanpa memperhatikan keberadaan sebuah gedung tua yang terlihat sepi tanpa aktifitas di siang hari dan gelap gulita saat malam hari di seberangnya. Siapa sangka bangunan tua tersebut merupakan sebuah perusahaan rekaman musik bernama Lokananta.

Masa kejayaan perusahaan yang berdiri sejak 1956 ini bisa dikatakan pahit, bahkan nyaris tinggal kenangan. Sudah tidak lagi ada produksi pembuatan piringan hitam. Studio rekaman juga tidak seramai puluhan tahun lalu. Musik keroncong kurang diminati, campursari hanya terpaksa didengar jika kondangan. Ahh. Pernah dinyatakan akan pailit beberapa tahun silam membuat Lokananta hanya bisa diam dalam riuhnya perkembangan musik modern. Mencoba bertahan hidup di tengah persaingan keras genre musik yang lebih memikat hati anak muda.

IMG_9107
Lokananta

Tidak banyak generasi muda yang tahu bahwa Lokananta memiliki studio rekaman sebesar lapangan futsal. Tidak banyak yang tahu pula bahwa Lokananta masih menyimpan ribuan piringan hitam berisi lagu-lagu lawas para maestro keroncong dan lagu-lagu daerah dari seluruh Indonesia. Padahal gedung baru yang dibangun pada tahun 1980 dan diresmikan lima tahun kemudian oleh Menteri Penerangan Republik Indonesia waktu itu, Harmoko, memiliki studio rekaman yang bisa dimasuki beragam alat musik mulai dari gong, bonang, dan alat musik yang lain karena luasnya seperti lapangan futsal.

Banyak peninggalan penting yang kelak tak ternilai harganya masih tersimpan rapi di Lokananta. Sedari awal Lokananta berdiri berfungsi sebagai perusahaan pengganda piringan hitam, tak heran beberapa master rekaman presiden pertama Republik Indonesia masih tersimpan di sana. Master asli berupa pita yang berisi kumpulan pidato-pidato Soekarno sewaktu beliau masih menjabat sebagai Presiden RI pertama tersimpan rapi di lemari besi milik Lokananta di salah satu ruangnya.

Sementara koleksi vynil atau piringan hitam hasil penggandaannya bisa diintip di ruang yang lain. Mulai dari piringan hitam lagu-lagu Waldjinah sejak awal karir beliau sampai detik ini, lalu lagu-lagu milik Gesang, musik berbahasa Minang, rekaman lagu daerah yang lain, hingga piringan hitam bergenre Pop tahun ’70-an sampai ’80-an. Sayangnya ketika saya berkunjung ke sana, koleksi keren di dalamnya belum banyak mendapat perhatian dari pemerintah, termasuk kementerian yang menaunginya.

Hanya segelintir selebriti dan pemusik yang masih peduli dengan keadaan Lokananta seperti Glenn Fredly, Sruti Respati dan penyanyi-penyanyi lain yang sempat mengadakan konser bertajuk Save Lokananta pada bulan November 2012 lalu. Sayang kesuksesan acara tersebut tidak bertahan lama gaungnya. Pengunjung seolah hanya sekali itu saja melihat dan peduli dengan kondisi Lokananta yang kembang kempis dan tidak kembali lagi di kemudian hari.

recording studio
studio rekaman

Sampai saat ini belum ada wacana pasti kapan Lokananta bisa menjadi sebuah museum musik di Indonesia, masih terdengar hembusan suara lirih tanpa kejelasan.

Yuk lihat lebih dekat Sound of Indonesia !

33 Comments Add yours

  1. sediiiih…. btw,ini motretnya pake canon yah mas ?

    1. Sejarah diabaikan begitu saja oleh negara, pdhl Lokananta menyimpan musik asli Indonesia. Miris pokoknya pas lihat langsung.
      Iya semua gambar dijepret pake canon.

  2. tidak pernah habis kata prihatin untuk barang2 kuno di negeri ini ..

    *kayaknya familiar, mode kamera mainan bukan

    1. Foto di artikel Lokananta udah kuedit lewat software terlebih dulu hehe…

  3. Ryan says:

    baru tahu mas soal Lokananta ini.
    Makasih dah sharing cerita dan fotonya.

    1. Kalo liburan ke Solo, jangan lupa mampir ke Lokananta ya 😉

    2. Ryan says:

      siap deh. nanti mampir.

  4. yusmei says:

    Keren pas ada yang rekaman 🙂

    1. Iya mbak…ndelalah pas ada rombongan mo rekaman.
      Bisa ikut dengerin dua lagu hasil rekaman mereka sambil goyang-goyang kaki gitu hehehe…

  5. kalo mau rekaman biayanya berapa ya? pengen rekaman nyanyi lagu keroncong di situ

    1. Serius mo rekaman keroncong?
      Ntar kutanyain dulu ke pengurusnya yah 😀

    2. Hmmmmm … artis lampung mau mencoba nyaingin waljinah yaaa ???? hahahaha

  6. Ceritaeka says:

    Aku juga baru tau soal Lokananta ini pas nonton konsernya Glenn Fredly nyebut-nyebut ini 🙂 Pengen mampir sini jugaaaaa

    1. Masukin ke daftar wajib kunjung pas ke Solo ya…biar guidenya nggak kelupaan hehe… 🙂

  7. belum sempat-sempat mau ke sini.. emang piringan hitam sepertinya udah gak jaman.. namun siapa sangka jaman sekarang kembali lagi ke analog, kerenn, pengen liat koleksinya.. kebetulan suka koleksi piringan hitam juga..

    1. Ayok mampir ke Lokananta. Terbuka untuk umum, cukup minta izin ke penjaga atau karyawan yang bertugas aja 🙂

    2. okeee sob.. masuk ceklist kalo ke solo nihh.. thanks yaa..

  8. Ayu Welirang says:

    Kalo gak salah, beberapa musisi independen sering kok ngadain acara di Lokananta. Yah, kan cuma musisi independen alias indie yang peduli jugaa. Hehehe. Kalo musisi2 mainstream di tipi-tipi mah jarang peduli yah… 😦

    Kalo gak salah juga, Save Lokananta masih jalan kok, apalagi di antara komunitas musik indie (soalnya saya bergelut di komunitas itu juga). Cuma, emang yang susah dari sebuah wacana itu kan realisasinya. Yah, saya sih berdoa aja semoga Save Lokananta bisa jalan terus. 😀

    1. Wahh informasi berguna nih Ayu… Banyak banget wacana baik dan buruk tentang Save Lokananta yg diadain tahun lalu itu. Ada cerita versi pro ada juga kontra hehe…
      Yah semoga kelesuan Lokananta cepat terobati aja, lebih cepat jadi museum musik lebih baik 😉

  9. ranselhitam says:

    Beberapa waktu lalu abis baca tulisan panjang milik teman soal Lokananta ini. jadi pengen kesini. Betewe ini memang bebas dikunjungi publik ya, mas?

    1. Sebatas berkunjung dalam jumlah sedikit ( nggak lebih dari lima orang ) masih dipersilakan masuk tanpa kesulitan apapun. Kalau jumlah besar ( rombongan ) harus minta izin ke karyawan yang bertugas dulu hehe…

  10. Meidi says:

    ini yang waktu itu kita bahas kan lim, nanti kalo ke solo mau yaaah dianterin ke sini 🙂

    semoga aja dalam waktu dekat pemerintah benar-benar mau menjadikan tempat ini sebagai Museum Musik yah

    1. Iya…ini yang pernah kubahas di grup hehe…
      Objek nggak menonjol yang punya banyak potensi di Solo 🙂

  11. dansapar says:

    jadi pengin maen ke sana juga pas mudik

    1. Ayoo…kuanter muter Solo sekalian deh…
      Ditunggu info mudiknya bro 🙂

  12. Fahmi says:

    well sekarang pada suka musik korea sih, yang kakinya panjang2 tuh :D, btw ini di solo ya? mau maen ke situ deh~~ kesannya klasik 😀

    1. Ayoo main ke Lokananta kalo ke Solo 🙂

  13. mysukmana says:

    wah saya juga lewat terus nih mas klo pas dari kartosuro, jenengan lenggahipun wonten pundi 🙂

  14. Hutomo Yogasworo says:

    Tulisan yang menarik. Jadi pengen tau lagi tentang Lokananta. Ngomong-ngomong punya nomer Lokananta yang bisa dihubungi gak mas?

    1. Halo Yoga, senang mendengar ada yang tertarik dengan Studio Lokananta. Berikut alamat Lokananta Jalan Achmad yani no 379, nomor telepon yang bisa dihubungi, (0271) 718412 atau fax (0271) 718424.

      Semoga bermanfaat. 🙂

    2. Hutomo Yogasworo says:

      Wah makasih banget mas, udah nyari dari dulu nyari ga dapet-dapet.

  15. la kuwi cedak omahku hehehehehe jaman cilikanku aku sok playo nang kono hehehehe

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.