Omah Lowo Bukan Rumah Batman

Masih ada banyak bangunan kuno berusia lebih dari lima puluh tahun dengan keunikan bentuk dan sejarah yang belum resmi menjadi cagar budaya di Kota Solo atau Surakarta. Ada juga bangunan cagar budaya akhirnya lepas dari pengawasan pihak berwajib. Dirubuhkan bangunannya dan berakhir dengan bentuk baru seperti ruko, rukan, hotel, mall, sampai dibeli oleh pejabat negara dengan uang kuasa mereka. #hening

Salah satu heritage yang belum resmi menjadi cagar budaya di Kota Solo sampai artikel ini ditulis adalah sebuah rumah kuno yang pernah dikenal dengan nama Gedung Veteran. Bekas rumah peninggalan Belanda tersebut terletak persis di perempatan jalan Solo Center Point, Purwosari. Tidak memiliki catatan sejarah yang  jelas dan selalu menyebar aroma tajam yang tidak ramah terhadap indera penciuman membuat tempat ini hanya dipandang sebelah mata.

Fasad bangunannya masih terlihat megah dan kokoh, tetapi aroma tidak sedap yang menguap keluar sampai jalan raya selalu membuat orang yang melintas di depannya secara reflek menutup hidung dan menahan nafas. Bukan bau menyenggat seperti sampah atau limbah obat kimia, melainkan bau tidak sedap yang berasal dari kotoran kelelawar.

Jangan salahkan para kelelawar karena mereka adalah penghuni tetap rumah tua yang telah dibiarkan kosong oleh pemilik terakhirnya selama bertahun-tahun. Lambat laun nama gedung tersebut kini lebih akrab di telinga masyarakat Kota Solo dengan sebutan Omah Lowo ( rumah kelelawar ).

Omah Lowo
Omah Lowo

Pernah menjadi kediaman keluarga pejabat Belanda pada zaman pra kemerdekaan, tepatnya pemilik sebuah pabrik es yang pernah berdiri di depannya (sekarang menjadi Solo Center Point). Rumah ini juga sempat menjadi milik keluarga keturunan Tionghoa, salah satu pengusaha batik terkenal di Kota Solo, Sie Dhian Ho. Kabar terakhir, Omah Lowo telah dimiliki oleh dua orang pemilik yang membelinya sejak lama. Namun mereka tidak lagi menempati rumah tersebut sejak lama.

Ketika saya mencoba masuk ke dalam rumah, hanya ada sambutan dari penjaga rumah yang sudah bertugas menjaga tempat tersebut sejak tahun 1980. Kesan pertama melihat bangunan kuno ini cuma bisa berdecak kagum melihat pintu dan jendela kayu yang masih utuh, tidak raib dicuri orang ataupun dijual oleh pemiliknya mengingat rumah ini telah dibiarkan kosong selama puluhan tahun.

Untungnya kerusuhan 14 Mei 1998 yang terjadi di Kota Solo tidak membuat bangunan bersejarah ini hancur. Padahal bangunan di seberangnya (eks toserba Super Ekonomi – sekarang Solo Center Point) saat itu terkena dampak amukan gerombolan mahasiswa dan masyarakat yang mengikrarkan reformasi dengan cara yang agak keliru. Ludes dibakar dan dijarah oleh massa pada waktu itu.

teras Omah Lowo
teras Omah Lowo
selimut debu engsel pintu
selimut debu engsel pintu

Rumah ini memiliki empat kamar tidur yang luas, dua di sisi kanan dan dua lainnya di sisi kiri bangunan, masing-masing dipisahkan oleh dua buah ruangan yang luas juga. Kedua ruangan tersebut pernah difungsikan sebagai ruang keluarga dan ruang tamu. Tata ruang rumah ini seperti rumah bergaya indish tropis pada umumnya, tidak memiliki kamar mandi di dalam rumah. Kamar mandi justru dibangun di samping kiri luar rumah yang berbentuk persegi tanpa genteng sebagai atapnya.

Saat saya melewati kamar mandi terasa perasaan tidak nyaman yang membuat bulu kuduk langsung berdiri. Damn! Jantung berdegup kencang tapi kaki ingin melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Tiba tiba terdengar suara, cicitcicit… Suara berisik para kelelawar dari dalam rumah langsung menyadarkan pikiran saya yang sedikit kacau.

Pak penjaga hanya memandang saya dari kejauhan tanpa bersuara. Kaki mulai melangkah mundur dan bergegas masuk ke dalam rumah sebelum sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Drama horor pun berakhir dengan singkat tanpa disertai teriakan :-D.
Pesan penting : “Jangan mengganggu jika tidak ingin diganggu!”.

dua kamar ( kiri ) dan dua ruang keluarga ( kanan )
dua kamar ( kiri ) dan dua ruang keluarga ( kanan )
penghuni tetap
penghuni tetap
kamar mandi "dingin"
kamar mandi “dingin”

Ratusan kelelawar yang hinggap di atap tidak membuat onar di dalam rumah. Mereka hanya bergelantungan di kayu penyangga atap rumah dan meninggalkan kenang-kenangan berupa tumpukan kotoran yang setia menempel di lantai. Kelelawar-kelelawar itu tidak banyak beraktifitas di siang hari, mereka hanya bercicit-cicit satu sama lain. Mereka mulai berhamburan keluar rumah untuk mencari makan saat menjelang maghrib, dan kembali berteduh di dalam rumah saat matahari akan terbit.

salah satu ruang keluarga
salah satu ruang keluarga
tegel antik
tegel antik

Tempat yang memiliki nama asli Villa Liberty ini sempat mengalami renovasi di tahun ’80-an. Seperti terlihat sekarang, terdapat penambahan bangunan bertingkat di belakang rumah yang difungsikan sebagai kamar tambahan dilengkapi tangga besi yang kokoh untuk menaiki lantai dua.

Langit-langit yang dahulu terbuat dari seng kuno juga telah diganti dengan lembaran tipis dari kayu. Namun pintu kayu, jendela kayu berukuran besar, dan ventilasi setiap ruangan masih seperti awalnya. Tegel motif antik di lantai rumah juga masih memancarkan aura heritage yang memang sudah selayaknya dipertahankan oleh pihak berwajib.

patung harimau di samping rumah
patung harimau di samping rumah

Note : Rumah ini tidak dibuka untuk umum. Silakan minta izin ke penjaga rumah apabila ingin menengok kerabat Batman. Penting untuk dipahami bahwa Omah Lowo merupakan salah satu bangunan bersejarah di Kota Solo, bukan sekadar sebuah bangunan yang dianggap angker untuk iseng uji nyali.

47 Comments Add yours

  1. waaa… Purwosari itu jauh ga dari pusat kotanya?
    inget solo jadi inget walikota sebelumnya yang naik pangkat, hehehe

    1. Purwosari masih di sepanjang Slamet Riyadi, bisa dikatakan nggak jauh dari kota hehe… Bisa stop di Stasiun Purwosari trus jalan kaki 5 menit ke Omah Lowo nyampe deh 🙂

  2. kemarin dapet komen dari salah satu komunitas di Solo katanya bangunan ini sudah resmi jadi bangunan cagar budaya bro *cmiw*

    1. Penjaga rumah juga bilang demikian, tapi belum ada simbol resmi “cagar budaya” seperti bangunan penting lain di Solo. Ya semoga cepat dipasang biar nggak diutak-atik oleh orang berduit 😀

  3. Goiq says:

    betul harus segera dilindungi sebelum diratakan dengan tanah untuk dijadikan bangunan modern

  4. yusmei says:

    kapan2 anterin masuk ke sini ya Lim 🙂

    1. Bolehhh….mari siapkan tanggal dan dupa #eehhh
      Semoga pas blusukan bareng bisa ngobrol ttg next heritage buat dijelajahi 😉

    2. Fe Joeniar says:

      aku ikut ya lim

  5. Ruslan says:

    rumahnya sereeem kyki rmh2 di film horror, btw itu ga ada “sesuatu” di rmh itu?

    1. pasti ada “sesuatu” apalagi di rumah yang nggak pernah dihuni lama, cuma aku nggak berani berasumsi sendiri hehe…

  6. bikin malu yah, kalah ama India yang menjaga bener heritage mereka, pdahal negara miskin……sedih kalau mesti ngebandingin mah:(

    1. Iya nih…kadang miris lihat negeri tercinta belum maksimal melindungi bangunan kuno yang sarat sejarah… 😐

  7. Aggy says:

    Serem gitu rumahnya. Kalo gw ke Solo, temenin yaks kesini! Okesip! 😛

    1. Siyapppp…. 🙂

  8. Wow, sungguh sangat disayangkan ya. Coba deh kalau agak dibenahi terus dijadikan ruang pameran Batik atau lukisan gitu, ditambah pencahayaan yg pas dijamin mantap nih bangunan antik.

    1. Hanya bisa berharap semoga Omah Lowo bisa segera mempunyai pemilik baru yang sadar akan nilai sejarah bangunan tsb sehingga bisa merawatnya dengan baik. 🙂

  9. Badai says:

    wah saya paling suka kunjungan ke bangunan terbengkalai seperti ini.. semoga saja tidak dibumihanguskan..

    1. Iya semoga segera resmi jadi cagar budaya dan nggak rata dengan tanah 🙂

  10. kasian ya…coba buat q jaga….pasti q rawat deh…janji…hehehe

    1. Kayanya sih buka lowongan penjaga rumah baru…coba aja masukin lamaran pekerjaan di situ :-p

  11. Nafis says:

    keren banget! sayang perawatannya kurang. harusnya bangunan kayak gini mendapat perhatian lebih dari pemerintah setempat. soalnya kan ini saksi bisu kelahiran atau pertumbuhan kota surakarta. padahal tiap lebaran, setiap lebaran, saya dan keluarga pulang kampung ke rumah ayah saya di begalon, tapi gak tau kalo ternyata rumah itu namanya rumah kalong. -_- salam kenal! 😀

    1. Hanya dirawat seadanya oleh penjaga rumah. Semoga ke depannya bisa lebih diperhatiin setelah jadi cagar budaya.
      Kalo mau boleh kok masuk ke dalam asal minta izin lebih dulu 🙂

  12. baru tau ada gedung ini di Solo padahal udah 2 kali kesana.. 😦 kapan2 lagi deh kalo ke Solo, sayang banget ya gedungnya terlihat kumuh..

    1. Wajib melihat dari dekat kalo mampir ke Solo lagi hehe…
      Biasanya ada larangan untuk masuk ke dalam, tapi dari depan udah kelihatan kemegahannya kok 🙂

  13. nina says:

    Saya sangat senang sekali setiap kali lewat distu saya tidak pernah lupa untuk melihat sekilas, karna saya juga pengagum rumah” kuno peningglan belanda salah satunya di daerah kepatihan atau kepunton kalau ga salah juga ada tiap hari saya lewat situ n sesekali berhenti untuk mengambil gambar

  14. jack lizard king says:

    Gedung lowo…terkesan angker itu yang terbesit dalam benakku kalau aku lewat dan melihat gedung ini

  15. vina says:

    kalo cuma foto bangunannya gapapa kan?:|

    1. Halim Santoso says:

      Foto bangunan aja gapapa kok, aman 🙂

  16. renata kilapong says:

    keren banget,, sekeren yang punya cerita hehehe..

    1. Hehe terima kasih, Renata 🙂

  17. dhinar eka says:

    penjaga nya galak gag kakak ??

    1. Sudah tidak boleh masuk lagi sekarang. Hanya bisa melihat dari luar. Atau mau bertemu “penjaga” kasat mata juga bisa 😀

  18. nDayeng says:

    Syg bgt dibiarkan mangkrak pdhl trlht msh lmyn bgus

    1. Tegel kunonya jika dipoles lagi pasti akan terlihat mewah sekali. Pintu kayu jatinya masih kokoh, jendelanya juga sama. Sayang mereka enggan merenovasinya dengan alasan kelelawar susah dibasmi kecuali merubuhkan semua atapnya, tentu perlu biaya yang sangat besar sekali. Bisa masuk ke dalam jadi keberuntungan pertama dan terakhir, saat kedua kali meminta izin masuk tidak diberi oleh pemilik rumah yang tinggal selang dua blok dari Omah Lowo. 🙂

    2. nDayeng says:

      Wah…beruntung banget ya..karena sekarang sudah nggak bisa masuk lagi

  19. Bryan Aringga says:

    Waduh, udah gak bisa masuk lagi ya bang? Padahal pengen pake bentar buat bikin project film heritage dr dosen :’D

    1. Bisa dicoba minta izin langsung ke pemiliknya agar pihak mereka memberikan kelonggaran bagi pelajar yang peduli dengan heritage terabaikan ini 🙂

    2. ainul yakin says:

      Minta infonya, sekarang gak boleh masuk ke dalam gedung to, soalnya saya mau foto katalog di sana, kira – kira bisa masuk gak ya ?
      Makasih.

    3. Bisa coba langsung ke sana dan minta izin ke penjaganya langsung. Kalau beruntung dan suasana hati yang jaga sedang gembira pasti diperbolehin kok. 🙂

    4. ainul yakin says:

      sebelumnya udah ada yang pernah foto disana apa belum?

    5. Eugene says:

      Ini sdh jadi cagar budaya dan ownernya yg skrg bakal mengembalikan all of its past glory …tunggu bbrp taun lagi deh

  20. Beberapa tahun lagi mungkin akan jadi hotel kayak Sari Petojo :’). Btw, sebelum jadi hotel temenin ke sana dulu mas 😀

    1. Miris memang nasib salah satu cagar budaya di Solo ini. Digantung dan nggak jelas arahnya mau dibawa ke mana.
      Hahaha siap, semoga pas penunggunya baik hati dan mau bukain pintu buat kita masuk. 😉

  21. Eugene says:

    Yg aku tahu sdh jadi cagar budaya dan tunggu bbrp tahun lagi pasti sdh bagus…ownernya skrg punya ikatan keluarga dgn ownernya yg dahulu …dan bbrp tahun lagi pasti bagus…gak bisa disclose skrg semua hehe

    1. Mudah-mudahan demikian supaya masyarakat umum bisa belajar dan peduli terhadap bangunan tua seperti bekas Villa Liberti ini ya, Yusak. 🙂

  22. Aku pas ke situ cuma foto di depannya, di luar pagar

  23. Rehatta says:

    Saya seorang pengagum rumah kolonial belanda. Itu rumahnya dulu pasti sangat megah dan anggun, hanya saja saat ini terkesan sangat tidak terawat. Padahal sedikit direnovasi saja akan muncul kemegahan wujud asli rumah tersebut. What a pity…

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.