Berkuda di Gedong Songo

Gedong adalah bahasa Jawa dari kata rumah atau bangunan, sedangkan songo berarti sembilan. Gedong Songo kurang lebih memiliki arti sembilan bangunan. Ini merupakan nama kompleks candi Hindu yang terletak di Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah.

Kompleks candi yang dibangun pada abad delapan masehi ini tersebar di lereng Gunung Ungaran. Konon memiliki total sembilan kompleks candi. Namun saat Sir Thomas Stamford Raffles melakukan pemugaran pada tahun 1804 hanya menemukan tujuh kelompok bangunan.

Pemugaran masih terus dilakukan dan sampai saat ini pengunjung hanya bisa menikmati lima kompleks candi saja. Kompleks candi satu dengan lainnya terletak berderet dari bawah sampai puncak bukit. Pengunjung bisa berjalan kaki menikmati pemandangan indah sambil merasakan udara segar nan dingin Gunung Ungaran.

misty Gedong Songo
misty Gedong Songo

Naik naik ke puncak gunung… Tinggi tinggi sekali… 

Candi Gedong pertama terletak di ketinggian 1.208 mdpl dan hanya terdapat sebuah candi yang menghadap ke barat. Berjalan sekitar seratus meter akan bertemu dengan Candi Gedong kedua yang memiliki dua bangunan candi induk (menghadap barat) berhadapan dengan sebuah reruntuhan candi perwara (candi pendamping).

Naik ke atas lagi udara dingin pegunungan semakin terasa, bau pohon pinus di sepanjang perjalanan membuat pikiran segar dan lupa akan capek mendaki bukit. Candi Gedong ketiga terdiri dari tiga bangunan (candi induk yang menghadap ke barat, candi apit di sebelah utara dan candi perwara di depan candi induk).

Berjalan menuju candi berikutnya, bau pohon pinus tergantikan dengan bau belerang yang muncul dari kawah tak jauh dari candi Gedong ketiga. Di antara ketiga dan keempat terdapat sebuah kawah belerang yang masih aktif, mata air panas yang dihasilkan oleh kawah dialirkan ke ruang khusus yang terletak tidak jauh dari lokasi kawah untuk dipakai berendam para pengunjung.

Candi Gedong keempat diperkirakan memiliki 12 bangunan candi perwara yang terbagi menjadi tiga kelompok, namun sampai sekarang hanya berdiri satu candi saja, sisanya masih berserakan tidak bisa disusun ulang. Terakhir, Candi Gedong kelima yang terletak di ketinggian 1.308 mdpl memiliki nasib yang sama dengan candi sebelumnya, hanya berdiri sebuah candi di tengah serakan batu yang belum bisa disusun ulang lagi.

Ada beberapa arca yang sudah dipindah di Museum Nasional Jakarta. Ada pula arca-arca sampai batu candi yang sudah hilang karena dicuri dan diperjual belikan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Oh ya, harga tiket masuk wisatawan domestik hanya 6.000 rupiah untuk hari biasa dan 7.500 untuk hari libur, sedangkan untuk wisatawan asing dikenakan harga tiket yang sedikit tidak masuk di akal 50.000 rupiah.

kuda di Gedong Songo
kuda di Gedong Songo

Apabila takut kecapekan naik sampai puncak, Gedong Songo menyediakan kuda-kuda yang siap mengantar pengunjung dari bawah sampai ke candi teratas. Jasa wisata kuda tersebut memiliki variasi harga, mulai dari 20.000 (berkuda dari bawah menuju Candi Gedong pertama saja) sampai 50.000 (berkuda dari bawah sampai Candi Gedong teratas).

Penumpang yang sudah naik di atas pelana kuda tidak dibiarkan melaju dengan kuda seorang diri. Mas pawang kuda akan mengawal sepanjang perjalanan menaiki puncak. Sensasi berkuda di sini tidak sama dengan di Tawangmangu yang berkuda di medan jalan agak lebar. Berkuda di Gedong Songo harus berjalan pelan-pelan di jalan setapak khusus kuda.

Sesekali kaki harus ditekuk ke belakang mengikuti badan, lalu dicondongkan ke depan saat menaiki tanjakan. Lain halnya dengan menghadapi jalan turunan yang lumayan curam, badan saya harus sedikit merebah ke belakang diikuti kaki yang harus dilentangkan ke depan. Semua itu dilakukan agar keseimbangan kuda terjaga dan penumpang tidak jatuh tersungkur di atas tanah. Kalau ditanya bagaimana sensasi berkuda di Gedongsongo, saya hanya bisa menjawab, ruaaarrrr biasaaa asyik.

Silakan mencoba sendiri 😉

Hutan Gedong Songo
Hutan vs Candi
kawah belerang
kawah belerang

Note : Foto berjudul “Hutan vs Candi” di atas menjadi wujud partisipasi untuk Turnamen Foto Perjalanan Ronde 18 di link –> http://soputan.wordpress.com/2013/04/02/turnamen-foto-perjalanan-ronde-18-hutan/ dengan host @regycleva.

17 Comments Add yours

  1. buzzerbeezz says:

    Aku ke sini sekitar 2 tahun lalu ngelilingin candi jalan kaki sendirian. Banyak liat orang pacaran malah. hehe

    1. Sampai sekarang masih banyak orang pacaran mojok di sela-sela candi. Kayanya sudah jd tradisi hehe…

  2. johanesjonaz says:

    belum pernah kesini… ada losmen gak mas?

    1. Losmen murah bisa cari di Bandungan. Kalo di Gedongsongo hanya ada villa milik Perhutani yang disewakan permalam sekitar 500rb-600rb. View villanya keren, kaya tempat syuting Twilight yang dikelilingi pohon pinus.
      Mau syuting adegan Twilight? Nggak perlu jauh-jauh ke Inggris deh hehe…

    2. johanesjonaz says:

      sip! thanks infonya 🙂

    3. Hayoooo … mau ngapain cari losmen ???? #belagakbego

  3. mawi wijna says:

    fotonya pas berkuda mana? hehehe

    dulu saya ke sana juga sama, turun kabut, habis itu hujan, untung bawa mantel.

    1. Foto berkudanya terlalu narsis jd cukup lihat foto si kuda dan pawangnya aja hehe…

    2. Anas says:

      saya juga waktu kesana turun hujan, neduh di warung dan beli jas hujan sekali pake, banyak yg jual 😀

  4. ricky bagus says:

    wah belum pernah kesana
    pasti adem udaranya..

  5. ranselhitam says:

    Ini candi lokasinya cantik banget. Saya pernah kesana pagi-pagi banget, berharap masih cerah eh ternyata tetep aja keduluan kabut 🙂

    1. Gedong songo dinobatkan sebagai dataran tinggi dengan udara paling sehat juga, tapi sayang cuaca galau bikin pengunjung panik cari tempat berteduh hehe…

  6. jenni says:

    just read some of your amazing story!
    you really have a great experience!
    gimana, apa kamu juga berhasil ikut kontes Nekad Traveler?

    1. Halim Santoso says:

      Saya belum mencoba ikut kontes Naked Traveler, mungkin akan mencobanya 🙂

  7. Gara says:

    Tidak sabar rasanya saya untuk bisa datang, menjejak, dan mulai melangkah di kompleks ini secara perlahan-lahan, untuk menyelesaikannya. Mudah-mudahan bisa :hehe :amin. Memang di masa awal Hindu di Jawa Tengah, kompleks percandian cenderung begini ya, ketimbang monumental dan gigantis, malah kecil dan tersebar, itu pun di pegunungan. Tapi memang karakteristik candi Hindu ya demikian… bahkan sampai saat ini pun.

    Cuma berhubung saya agak “berat”, saya kayaknya absen dulu naik kudanya… :hehe. Jalan kaki saja, biar lebih sehat! :hoho.

    1. Asikk Gara mau ke Candi Gedong Songo. Kalo pas cuaca cerah candi-candi fotogenik semua, kalo pas mendung candinya jadi black n white juga bagus dink hehe. Sempetin berendam di kolam air belerangnya, Gar. Oh iya jgn lupa bawa air mineral biar nggak dehidrasi pas di jalan ya. 😀

    2. Gara says:

      Kemarin sudah ke sana :hihi. Pengalaman yang sangat seru, meski agak melelahkan :haha.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.