Pertapaan Gedono ( Bukan Tempat Wisata )

Udara sejuk pegunungan. Tidak banyak polusi suara dan didukung dengan kearifan lokal … Ahh, memang sangat mencolok sekali perbedaan lingkungan antara tempat tinggal di tengah kota bisnis yang selalu diramaikan oleh suara bising kendaraan bermotor dengan sebuah kota kecil yang sepi dan tenang seperti Kota Salatiga.

Setelah menghadiri perayaan Cap Go Meh di klenteng Hok Tek Bio dan melihat lebih dekat Rawa Pening, keesokan harinya saya dan teman saya, Andi memutuskan pergi beribadah ke sebuah gereja kecil yang terletak tidak jauh dari tengah Kota Salatiga. Kami akan melaksanakan ibadah ekaristi di sebuah tempat yang terletak di atas bukit desa Jetak. Perjalanan sedikit berkelok dan menanjak hanya ditempuh dalam waktu dua puluh menit dari kota Salatiga.

kapel di Gedono
kapel di Gedono

Sunyi, hening, nyaris tidak ada suara berisik di area pertapaan rubiah ( rohaniwati/ pertapa wanita ) Ordo Cisterciensis Obsevansi Ketat ( OCSO ) pertama di Indonesia yang didirikan sejak tahun 1987. Umat yang sudah datang pun tidak berani bercakap-cakap terlalu keras. Mereka nyaris berbisik saat berkomunikasi dengan yang lain. Seolah-olah ada tombol mute yang sengaja dipencet di Pertapaan Gedono ini.

Sembari menunggu misa yang akan dimulai pukul sepuluh pagi, pengunjung bisa menikmati keindahan halaman penuh bunga-bungaan yang terletak di depan gereja. Terlihat beberapa bangunan tersebar di pertapaan Bunda Pemersatu – Gedono. Mereka dikelilingi halaman yang ditumbuhi pohon pinus dan tumbuh-tumbuhan yang tertata rapi. Masing-masing bangunan terpisah satu sama lain. Ada ruang ibadah, ruang dapur dan makan, kemudian bangunan rumah tamu serupa dengan bungalow yang diperuntukkan untuk tamu yang hendak menginap.

Gedono window
Pertapaan Gedono

Unik, itu kata yang pas untuk mengambarkan arsitektur bangunan pertapaan Gedono. Tembok di setiap bangunan terbuat dari batu alam yang tersusun rapi, pintu dan jendela yang terbuat dari kayu berbentuk kubah serta lubang ventilasi udara yang berbentuk bulat dan persegi semakin membuat bangunan terlihat unik.

Desain dan keunikan bahan bangunan pertapaan Gedono ini merupakan buah karya dari Romo Mangunwijaya yang terkenal dengan rancangan pemukiman Kali Code di Yogyakarta.

Persis di belakang bangunan utama, terdapat biara tempat tinggal para rubiah dengan halaman hijau yang luas. Untuk area ini, tidak sembarang orang bisa masuk, hanya rohaniwati dan yang berkepentingan saja yang bisa bebas masuk keluar.

bangunan karya Romo Mangun
buah karya Romo Mangun

Misa setiap Minggu dan hari-hari tertentu merupakan misa para rubiah. Pengunjung yang datang boleh mengikuti misa yang sedang berlangsung, tetapi mereka akan duduk terpisah dengan ruangan para rubiah. Sosok suster atau biarawati di sini nyaris tidak ada bedanya dengan penampilan biarawati di lain tempat. Memakai jubah berwarna putih dan hitam dengan tutup kepala, serta rosario yang dikalungkan di leher mereka. Perbedaannya terlihat pada ikat pinggang terbuat dari kulit warna coklat yang melingkar di pinggang mereka.

Saat misa akan dimulai, seorang biarawati mulai menyalakan lampu di dalam ruang ibadah. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan selama perayaan ekaristi dan membagi-bagikan lembaran lirik lagu pujian yang dikutip dari Madah Bakti ke masing-masing pengunjung. Mereka juga membuka pagar besi pembatas setinggi orang dewasa yang semula memisahkan ruang ibadah antara umat dan para rubiah.

Satu-persatu para rubiah duduk di ruang khusus mereka dalam keheningan dengan posisi paling depan terlihat sosok biarawati asal Eropa bernama Sr Martha E Driscoll. Beliau adalah ibu Abbdis, sebutan pemimpin biara yang mengabdikan hidupnya di Gedono sejak puluhan tahun yang lalu. Tak lama kemudian datang seorang Romo yang akan memimpin misa selama satu jam dan misa pun dimulai …

Setelah misa selesai, para pengunjung bisa membeli buah tangan khas Gedono di sebuah toko kecil yang menjual hasil bumi dari perkebunan biara serta makanan kecil buatan para rubiah. Mereka menjual kefir (susu fermentasi semacam yogurt), sirup asem, sirup markisa, selai stroberi, dan snack yang terbuat dari remah-remah hosti. Pun souvenir khas Gedono seperti hiasan meja bergambar Bunda Maria dengan sosok berpakaian kebaya dan jarik serta bersanggul yang mengendong bayi Yesus.

Semua buah tangan yang dijual di sana merupakan hasil kerja para biarawati. Menurut beberapa info, sebagian keuntungan bersih dari penjualan tersebut digunakan untuk membantu masyarakat sekitar yang sekiranya membutuhkan, salah satunya membantu biaya sekolah anak-anak di desa tersebut.


Note : Tempat ini bukan tempat wisata, Pertapaan Gedono adalah sebuah tempat bagi orang yang ingin beribadah secara khusyuk. Pertapaan Gedono memperbolehkan para tamu yang berkunjung untuk mengikuti misa mereka yang diselenggarakan tidak hanya hari Minggu saja, hari biasa di jam tertentu juga terdapat misa khusus yang bisa diikuti.

33 Comments Add yours

  1. johanesjonaz says:

    oh, kirain tempat bertapa.. ternyata gereja 🙂

    1. Hehe…semula ya kupikir ada goa atau tempat bertapa khusus, ternyata cuma ada gereja dan biara yang sedikit difungsikan sebagai pertapaan bagi para rubiah. 😀

  2. isna saragih says:

    sering lewat tempat ini, kirain tempat bertapa para resi, pendeta dsb hehehe .. nice info mas 😀

  3. ryan says:

    jadi kalau ke sana bukan utk misa, tidak boleh ya mas?

    1. Kalau bukan jadwal misa, tempat ini tertutup, hanya jam tertentu bisa masuk halaman gereja. Karena ini bukan tempat wisata, hanya menerima orang yang akan beribadah atau mungkin mau retret 🙂

  4. tempatnya bagus ya.. salut deh kalau pengurusnya tegas bisa membatasi jumlah kunjungan orang (hanya boleh untuk beribadah)

  5. Ruslan says:

    atapnya unik kayak atap khas sunda, bener2 ga keliatan seperti gereja 😀

    1. Itulah keunikan desain bangunan dari Romo Mangun 🙂

  6. Bams Triwoko says:

    Nice sharing mas… Kapan2 ingin ikut misa di gereja Gedono… 🙂
    – Arsitek gereja Klaten juga romo Mangunwijaya. Konon gereja Klaten merupakan karya arsitektur pertama beliau sepulang dari studi di Jerman –

    1. Nama gerejanya apa, pak? meski tetanggaan dengan Klaten tapi belum pernah explore Klaten hehe…
      Semoga dalam waktu dekat bisa menelusuri Klaten 🙂

    2. Bams Triwoko says:

      Gereja Maria Assumta, di kota Klaten.. 🙂

  7. easy says:

    bagus banget tempatnya. pasti khusyuk ya beribadah ditempat sehening ini

  8. Wisata Bali says:

    Wah, keliahatannya bagus sekalli tempatnya, sepi dan cocok untuk orang yang mau berdoa dengan tenang. Terima kasih atas infonya. 😀

  9. toko yg jual sirup di sebelah mana pertapaan ya ?

    1. Di ruang bagian luar dekat gerejanya, mas… Dibuka waktu ibadah sudah selesai 🙂

  10. oh…bukan di tepi jalan ya mas ?

    1. Masih di kompleks Pertapaan Gedono, dijual di bangunan depan asrama biarawati, kawan…

  11. rudi says:

    mas ijin copy dan edit dikit yah buat blog saya. blog non komersil hanya untuk warta seputar katolik saja. bisa dilihat di http://parokikutoarjo.org/ziarah/pertapan-bunda-pemersatu-gedono semua artikel saya ambil dari berbagai sumber,dan sudah saya jelaskan di http://parokikutoarjo.org/copyright-policy jika mas keberatan bisa hubungi saya via http://parokikutoarjo.org/contact-us saya akan hapus sesegera mungkin. terima kasih sebelumnya mas. GBU.

  12. rudi says:

    maaf kalo banyak live link diposting saya sebelumnya. lupa mas bukan mau promo blog yah,hehe

  13. Emelda says:

    wah Gerejanya menarik, sy blm pernah ke salatiga, sy suka ziarah rohani, thanks infonya 🙂

  14. Pieter says:

    Salam kasih Kristus,klo di Gedono utk Retret utk tamu pria boleh nginap ndak yah? Krn klo di pertapaan Rawaseneng utk para rahib, wanita boleh nginap, mohon infox yah, Tuhan memberkati, Amin

    1. Halim Santoso says:

      Sejauh yang saya tahu, Gedono memperbolehkan semua tamu ( pria dan wanita ) menginap di asrama yang disediakan, Ada baiknya hubungi mereka jauh hari sebelumnya supaya tidak penuh saat akan bermalam 🙂

  15. uli says:

    kalau yang disemarang jual syrup asem+ yogurt gedono alamat & no telp berapa ya Pak?

  16. aluizeus says:

    izin reblog ya mas ke fanpage saya di dcross, terima kasih banget

    1. Silakan kawan. Semoga bermanfaat 🙂

  17. Pieter says:

    Banyak umat yg kurang mengetahui pertapaan Gedono dan juga pertapaan Rawaseneng, lebih byk yg mengetahui Tumpang, Sendangsono, dll, coba luangkan waktu ke pertapaan tsb diatas, dan luangkan waktu barang’ menginap 1-2 mlm dan mengikuti kegiatan doa Brevil ( Ibadat Harian – bukan misa Ekaristi yah ) yg keterangannya di Puji Syukur hal.7 – kebiasaan orang Kristen bag.melaksanakan Ibadat Harian, semoga ada sesuatu yg “dpt dibawa pulang ” terutama kemurnian hati yg sdh jenuh krn kesibukan aktifitas duniawi kita.
    Nop thn lalu berkat info2 disini dan blog yg lain sy dkk berkunjung di pertapaan Rawaseneng 3 mlm, dan krn kerinduan kami mk rencana thn depan Juni 2015 akan kesana lg, semoga hati kami dpt dimurnikan oleh Tuhan, Amin

  18. argo says:

    harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, romo mangun mati meninggalkan karya arsitekturnya.. mantab..!!

  19. Wah mas Halim juga pernah kesini… Asik tempatnya ,sejuk juga, kaya lagi nggak di Indonesia.. Selai dan roti bikinan susternya enak, oh iya Kefir yoghurt mereka juga terkenal…

    1. Dulu cuma beli satu kefir yogurtnya, dan setuju rasanya enak. Jadi pingin ulang ke sana lagi buat borong kefir nya hehehe

  20. Lo Swie Tien says:

    Gereja paling senyap sehingga khusyuk untuk beribadah

  21. Pontianus Aran says:

    Suka sekali sama sirup asem jawanya
    bener bener menyegarkan
    waktu penggalangan dana KEP angkatan VI St. Yoseph Matraman pernah jualin sirup asam gedono

    kalau mau beli apa bisa dikirim ya?
    jika bisa dan ada yang tau.. mohon info no pic nya

  22. Mia says:

    Mas ada nomor contact suster yg bisa dihubungi jika ingin menginap? terimaksih

    1. Pieter says:

      Bisa japri sy di messanger ? pieter kribo

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.